• Berita Terkini

    Jumat, 27 April 2018

    Jumlah Pengungsi Banjarnegara Melonjak Capai 4.481 Jiwa

    fotoheru/radarbanyumas
    BANJARNEGARA-Jumlah pengungsi akibat gempa Kalibening melonjak hingga dua kali lipat. Menurut data terakhir Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara jumlah pengungsi hingga Kamis(26/4/2018) mencapai 4.481 jiwa dari jumlah sebelumnya 1.224 jiwa.

    Kepala BPBD Kabupaten Banjarnegara Arief Rahman mengatakan adanya penambahan jumlah pengungsi yang signifikan itu disebabkan karena masih adanya ketakutan penduduk akan adanya gempa susulan yang mungkin akan terjadi. “Uforia ketakutan warga menyebabkan banyak dari mereka yang panik,” katanya.

    Menurut Arief, warga yang telah keluar dari pengungsian untuk menempati rumahnya kembali mengungsi akibat kepanikan yang dialaminya. Kebanyakan tambahan pengungsi berasal dari mereka yang rumahnya tidak mengalami kerusakan parah.

    Adanya kendala pendataan terhadap jumlah pengungsi juga disebut Arief menjadi salah satu sebab adanya fluktuasi jumlah pengungsi yang terdata. Pihak BPBD Kabupaten Banjarnegara juga memperkirakan adanya fluktuasi pengungsi rata-rata 10% pasca data terakhir dilansirkan.

    “Sangat mungkin masih terjadi perubahan naik-turunya pengungsi, mengingat tidak semua pengungsi dapat terpantau. Saat ini mereka (red:pengungsi) tersebar di empat belas (14) wilayah desa dan kecamatan bahkan ada yang mengungsi hingga Pekalongan,” terang Arief.

    Untuk memenuhi kebutuhan akibat lonjakan pengungsi, Palang Merah Indonesia (PMI) Banjarnegara telah mendirikan 25 tenda tambahan dan dapur umum serta persediaan logistik. Penambahan posko kesehatan dan tenaga medis juga direncanakan untuk segera dilakukan untuk mengantisipasi naiknya jumlah pengungsi yang memerlukan pelayanan kesehatan.

    Ketua PMI Banjarnegara Wawan Setiawan mengatakan dirinya telah berkordinasi dengan BPBD Banjarnegara terkait lokalisir pengungsi ditenda tenda yang telah didirikanya. “Lokalisir pengungsi penting karena akan mempengaruhi validitas data,” katanya, dimana ia mengasumsikan mobilitas pengungsi yang tidak menentu menimbulkan sulitnya pendataan.

    Ia juga menuturkan , dari 25 tenda yang didirikan PMI, 15 diantaranya berada di Desa Kasinoman. Masing-masing tenda dapat menampung 400 jiwa sekaligus. Namun, kemampuan tampung tenda sebesar itu belum diimbangi dengan kecukupan jumlah mck yang ada. “Hanya ada satu mck, idealnya enam,” katanya.

    Hal yang sama juga terjadi dibeberapa titim pengungsian lain. Kebutuhan mck masih menjadi hal yang utama. Pasalnya menurut Wawan faktor kebersihan dan sanitasi akan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan pengungsi. Selain itu kebutuhan lain seperti selimut, tikar, dan tempat tidur bayi masih sangat diperlukan.

    Gempa 4,4 SR di wilayah Kalibening Banjarnegara yang mengakibatkan 593 rumah penduduk rusak masih membuat warga enggan untuk kembali kerumahnya meski telah ada himbauan yang diberikan. Aktivitas pendidikan, pertanian dan ekonomi juga masih belum dapat berjalan normal.

    Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika Dwikorita Karnawati telah menghimbau penduduk diwilayah dan sekitar Kalibening untuk tidak takut kembali kerumahnya. Tentu dengan tidak mengurangi kewaspadaan akan resiko terjadinya gempa susulan yang mungkin dalat terjadi sewaktu-waktu.

    Dwi menyebutkan dalam waktu satu minggu terakhir tercatat ada delapan belas (18) kali gempa susulan yang terjadi. “Gempa susulan terakhir berskala 3,4 SR dengan kedalaman 1 Km di pusat Kalibening,” tuturnya, sehingga getaran terasa cukup kuat.

    Melihat kondisi tersebut, BMKG telah memasang lima alat digital seismograf yang disebar di beberapa wilayah Kalibening. Dengan adanya beberapa sensor seismik itu, papar Dwi, akurasi terhadap gempa yang terjadi akan semakin baik.(Her)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top