• Berita Terkini

    Senin, 12 Maret 2018

    TNI Pastikan Investigasi Sampai Tuntas Tenggelamnya Tank di Sungai Bogowonto

    JAKARTA – Insiden tenggelamnya kendaraan tempur (ranpur) milik Yonif 412/Bharata Eka Sakti yang bermarkas di Purworejo, Jateng, masih menyisakan duka. Dua korban meninggal dunia sudah lebih dari cukup bagi Markas Besar TNI AD (Mabesad) dan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) untuk menginvestigasi insiden tersebut sampai tuntas. Apalagi salah seorang korban bernama Iswandari merupakan masyarakat sipil.



    Kepala Penerangan (Kapen) Kostrad Letkol Infanteri Putra Widyawinaya memastikan bahwa investigasi terhadap insiden tersebut dilaksanakan sampai tuntas. Minggu (11/3/2018) pria yang akrab dipanggil Putra itu mengungkapkan, investigasi masih dilakukan. ”Masih fokus investigas,” ungkapnya. Sesuai keterangan resmi yang disampaikan oleh Mabesad, investigasi tidak hanya dilakukan TNI AD. Melainkan turut melibatkan kepolisian setempat.



    Lantaran investigasi masih berjalan, Putra belum bisa memastikan nasib tank lapis baja jenis M113 A1 armored personnel carrier (APC) yang tenggelam di Sungai Bogowonto dua hari lalu (10/3). Apakah alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut akan kembali digunakan atau dipensiunkan. ”Belum (ada keputusan),” kata dia singkat. Keputusan bakal diambil oleh Kostrad apabila investigasi yang mereka lakukan sudah selesai.



    Bukan hanya nasib alutsista tersebut, sambung Putra, hasil investigasi bakal turut menentukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Yonif 412/Bharata Eka Sakti. ”Hasil investigasi akan digunakan untuk mengevaluasi seluruh kegiatan,” terangnya. Dia pun menyampaikan bahwa instansinya bakal berupaya sebaik mungkin agar investigasi yang dilakukan segera tuntas. Dengan begitu, keputusan bisa segera diambil.



    Mengingat ada dua korban meninggal dunia, pengamat militer Khairul Fahami berharap besar investigasi yang dilakukan tidak hanya mengungkap kronologi rinci sampai insiden tersebut terjadi. Melainkan harus jauh lebih dalam dari itu. ”Misalnya apakah benar kecelakaan itu terjadi semata-mata karena (tank) tergelincir akibat tanah ambles. Mengingat tank itu punya kemampuan amfibi,” ujarnya. Dengan begitu, seharusnya tank tersebut bisa beroperasi di darat dan di air.



    Selanjutnya, sambung Khairul, perlu dipastikan juga kondisi tank sebelum digunakan untuk aktivitas siswa PAUD (pendidikan anak usia dini). ”Sudah dipastikan dalam kondisi prima? Jika iya, mungkinkah ada kecerobohan seperti jumlah personel yang diangkut,” kata direktur Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) tersebut. Tidak hanya itu, dia pun mempertanyakan kelengkapan keamanan yang tidak digunakan para siswa PAUD saat menunggang tank melintasi Sungai Bogowonto.



    Dari sejumlah foto yanga diterima oleh Khairul, tampak anak-anak tanpa alat keamanan naik ranpur yang terkenal dalam Perang Vietnam itu. Menurut Khairul kelengkapan keamanan adalah hal paling dasar. ”Kegiatan seperti itu jelas punya risiko tinggi. Bagaimana bisa diizinkan untuk anak-anak,” ujarnya. Apalagi tanpa kelengkapan keamanan. ”Tak ada yang menggunakan pelampung. Itu sebuah faktor kecerobohan yang sangat fatal. Faktor keselamatan telah diremehkan dan diabaikan,” tambah dia.



    Untuk hal itu, lanjut Khairul, harus ada yang bertanggung jawab. Terlebih jika mengingat bahwa yang mengalami kecelakaan bukanlah kendaraan wisata. Melainkan ranpur yang notanebe adalah alutsista sekaligus alat perang. ”Siapapun yang merencanakan, mengizinkan, dan memerintahkan kegiatan itu harus bertanggung jawab,” terang dia. Karena itu, pula dia berharap hasil investigasi tidak sampai kronologi saja. (syn/)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top