• Berita Terkini

    Selasa, 06 Maret 2018

    Pelaku Penyerangan Kantor NU di Blora Sempat Minta Maaf Kepada Orang Tua

    BLORA - Entah apa yang merasuki Mufid Mubarok, 22, warga Dukuh Ngreneng, Desa/Kecamatan Tunjungan, Blora, sehingga menjadi temperamental dan merusak alat inventaris kantor NU Minggu malam (4/3/2018).

    Padahal anak pertama dari tiga bersaudara itu dikenal pendiam dan sopan santun. Tidak pernah membantah sama orang tua. Apalagi membentak-bentak. Dia juga tidak punya musuh dan rajin ibadah.

    Sukatun, ibu pelaku mengaku kaget bukan kepalang. Dia tidak habis pikir anak kesayangannya itu menjadi seperti orang gila. Padahal sehari sebelumnya masih dalam keadaan baik-baik saja.

    “Kemarin (Minggu) memang ada yang aneh dengan anak saya. Barang dagangan saya(sayur-sayuran) dibagi-bagikan kepada pembeli dipasar. Dia juga minta untuk mondok di Ponpes Ngadipurwo,” jelasnya.

    Selain itu, para tetangga dan tamu yang datang kerumah (warga Dukuh Ngreneng, Desa/Kecamatan Tunjungan, Blora) diminta untuk mendengarkan lantunan Alquran dari handhponnya. Poster yang ada dirumah juga dipreteli semuanya. Hampir tidak tersisa. Saat tiba waktu sholat Mufid juga adhan dirumah.

    “Sempat minta maaf kepada saya dan bapaknya. Kalau ada salah minta dimaafkan dan diminta untuk sabar,” tambahnya.

    Puncaknya, Sekitar pukul 23.00 tiba-tiba Mufid berteriak takbir, Istigfar, bersahadat dengan keras, dan bersujud berkali-kali. Dia juga berteriak dan menyebut nama dajal. Lantas pergi dengan sepeda motor tanpa pamit dan salam. Saat dikejar sudah tidak menjangkau. “Semalaman saya tidak bisa tidur, adiknya juga. Karena memikirkan Mufid,” tegasnya.

    Dia mengaku, tidak tau penyebab anaknya bisa sampai seperti ini. Pasalnya tidak ada yang aneh selama ini. Sejak kecil orangnya memang pendiam dan sopan santun. Setiap mau berangkat kerja (GMM-Bulog) selalu pamit dan cium tangan.

    “Saya yakin ini adalah cobaan dari Allah SWT. Pasti ada hikmahnya. Mohon doanya semoga bisa sembuh. Mungkin saya yang salah karena tidak banyak komunikasi dengan anak saya sehingga menjadi seperti ini,” ucapnya.

    Beberapa kali dia(Ibunya) juga mencoba untuk berkomunikasi dengan anaknya. Namun seakan Mufid hilang ingatan dan tidak mengenalnya. Saat diminta memandang ibunya juga tidak mau dan selalu menutup wajahnya dengan kaos putih yang tercampur bekas tinta saat pengrusakan tersebut.

    Rencananya Mufid akan dikirim ke RSJ. Namun saat ini masih dikomunikasikan dengan pihak keluarga dan kepala desa. Sebab kalau dibawa kerumah, ditakutkan akan membahayakan orang lain. “Dimana saja boleh, Solo atau Semarang, yang penting anak saya sembuh,” jelasnya.

    Sementara itu, Kasatkorcab Banser Blora Purwanto Maghfur menduga Mufid merupakan korban dari doktrin-doktrin sesat. Sudah hilang ingatan. Buktinya tidak kenal dengan ibunya. Bahasanya juga runtut dan seperti doktrinan. Sudah dicuci otaknya. Ini adalah bahasa doktrinisasi. Bisa lewat HP dan Video. Sekali mendengar dan melihat doktrin itu akan masuk dan sulit dihilangkan,” jelasnya.

    Hal yang aneh juga terjadi saat petugas bertanya kepada Mufid. Namun Mufid meminta petugas untuk melepas sabuk, sepatu, kaca mata dan perhiasan. Sebab dia yakin itu buatan orang kafir. “Lepas, lepas itu,” ucapnya lantang.

    Kapolres Blora AKBP Saptono Melalui Kapolsek Blora AKP Slamet mengaku tidak mau berspekulasi dengan kondisi Mufid. Namun dalam waktu dekat pihaknya akan mememriksa apakah benar-benar gila atau pura-pura gila.

    “Itu (Gila) yang tau dokter. Saya hanya memeriksa terkat tindak pidana pengrusakan,” jelasnya. (sub)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top