• Berita Terkini

    Rabu, 14 Maret 2018

    MTs Maarif Candirenggo Karanggayam Gelar Pasar Murah

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Madrasah Tsanawiyah (MTs) Maarif NU Candirenggo Kecamatan Karanggayam menggelar Pasar Murah sembako. Itu dilaksanakan di lima kantor balai desa dan satu sekolahan di Kecamatan Karanggayam.  Pasar murah diharapkan dapat meringankan kebutuhan masyarakat.  Dalam kesempatan itu dilaksanakan pula sosialiasi sekolah gratis di MTs Maarif Candirenggo.

    Keenam kantor balai desa tersebut yakni Ginandong, Kalirejo, Karangmaja, Kajoran, SDN Krandegan dan Kantor Balai Desa  Penimbun. Untuk di Ginandong dilaksanakan pada 20 Februari lalu, di Kalirejo 27 Februari lalu. Di Karangmaja pada 6 Maret dan  Kajoran 13 Maret. Sementara Untuk SDN Krandegan pada 20 Maret mendatang dan Penimbun 27 Maret mendatang.

    Kepala MTs Maarif Candirenggo Kecamatan Karanggayam Laras Indriati SE MM menyampaikan pasar murah dilaksanakan dengan menjual keperluan sehari-hari. Itu meliputi beras, gula, minyak dan mie instan. Semua barang dijual dengan harga dibawah pasaran atau murah. “Diharapkan ini akan sangat membantu masyarakat,” tuturnya Selasa (13/3/2018) di sela-sela memantau pasar murah di Balai Desa Kajoran.

    Pada pasar murah, beras dijual dengan harga Rp 8-8.5 ribu, gula pasir Rp 8.5-9.50 ribu. Selain itu masih banyak barang-barang yang dijual dengan murah. Meski murah namun barang yang dijual kualitasnya baik dan bukan barang afkiran. “Niat kami sosial yakni membantu,” katanya.

    Laras Indriati juga menyampaikan MTs Ma’arif NU Candirenggo Karanggayam membebaskan seluruh biaya siswa. Semua pembiayaan SPP dan Uang Gedung dilaksanakan gratis. Itu dilaksanakan guna mendukung program pemerintah wajib belajar 9 tahun. Program gratis juga untuk menfasilitasi warga yang putus sekolah lantaran tidak ada biaya. Masih tingginya angka putus sekolah dengan alasan biaya dan rendahnya support orang tua membuat MTs Ma’arif NU Candirenggo Karanggayam membebaskan siswa dari biaya sekolah,” katanya.

    Hingga kini angka putus sekolah masih tergolong tinggi. Setidaknya setiap tahun terdapat hampir 50 persen dari siswa lulus SD yang tidak melanjutkan. Siswa putus sekolah lebih memilih untuk menganggur di rumah. “Kebetulan kemarin kami baru melakukan penelitian, secara kualitatif hampir tiap tahun siswa yang lulus SD hanya 50 persen yang melanjutkan,” jelasnya, sembari menambahkan dengan tidak adanya biaya, serta seragam dan tas cuma-cuma, diharapkan warga akan senang untuk bersekolah,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top