• Berita Terkini

    Selasa, 06 Maret 2018

    Cerita Mbah Samini, Jualan Daun Jati Demi Bertahan Hidup

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Bagi sebagian orang yang beruntung, umur 65 tahun menjadi masa-masa menikmati hari tuanya dengan damai. Namun, itu tidak berlaku bagi Samini (65), warga Dusun Karangtengah, RT 4 RW 2 Desa Jatiroto Kecamatan Buayan ini.

    Perempuan yang sudah menjanda di usia senjanya itu masih harus merasakakan kerasnya hidup. Rumahnya tak layak huni. Dengan ukuran 4x6 meter, rumah Samini masih berlantai tanah. Dapurnya beratap dan berdinding plastik terpal. Tak juga ada meja kursi dan perabotan rumah tangga. Hanya ada dipan dari bambu tanpa kasur sebagai tempat Samini beristirahat.

    Untuk memasak, Samini hanya menggunakan sebuah tungku kecil dan kayu sebagai bahan bakarnya. Saking miskinnya, Samini harus menumpang ke tetangga untuk memenuhi kebutuhan mandi cuci kakus (MCK).

    Dengan kondisi begitu, Samini belum tersentuh bantuan pemerintah selama 20 tahun terakhir. Untuk sekedar bertahan hidup, Samini berjualan daun jati dengan penghasilan tak lebih dari Rp 10 ribu perhari.

    Apa yang terjadi pada Mbah Samini itu lantas didengar oleh tokoh Masyarakat Gombong, Peter Sidharta. Prihatin dengan kondisi Samini, Peter lantas mengupayakan bantuan dari dana pribadinya. Lalu, dana itu dipergunakan untuk membangun lantai dan dinding rumah agar Samini tak lagi kedinginan saat malam hari.

    Ungkapan syukur dan terimakasih pun terlontar dari mulut Samini. "Saya tak mampu untuk perbaiki rumah. Jadi saya hanya bisa berdoa ada bantuan untuk membantu memperbaiki rumah. Doa saya kali ini terkabul," ujarnya, Senin (5/3/2018).

    Sementara itu, Peter berharap, bantuannya itu dapat meringankan beban hidup Samini. Sekaligus, mengetuk kepedulian pihak lain agar dapat turut serta membantu. "Beliau (Samini) membutuhkan bantuan. Harapannya nanti akan ada pihak lain yang juga terketuk hatinya dan ikut membantu memugar rumah Beliau," kata Peter yang juga pemilik Toko alat tulis dan Komputer 99 Gombong dan Banyumas itu.

    Peter mengatakan, Samini adalah potres dan realitas kemiskinan. Tak hanya di Kebumen, namun juga di Indonesia dimana sejumlah masyarakat masih hidup dalam belitan kemiskinan.

    Tak jauh-jauh, tetangga Samini juga tergolong kurang beruntung. Adalah Sunari, (52), bapak dua orang anak yang terpaksa tinggal di rumah yang nyaris ambruk. Karena kondisi rumahnya dan demi alasan keselamatan, Sunari memindahkan istri dan dua anaknya tidur di dapur.  Jadi, dapur kini tak lagi sekedar tempat memasak bagi keluarga sekaligus menjadi tempat berkumpul keluarga itu.

    Lantai dapur itu masih berupa tanah. Sementara rumahnya yang berdinding kayu sudah setahun terakhir dibiarkan tak diperbaiki karena ketiadaan biaya. Hanya, Sunari mungkin lebih beruntung dibanding Samini. Rumahnya itu sudah akan dibedah oleh Pemerintah Kabupaten Kebumen. "Kalau hujan, masih juga ada yang bocor. Tapi mau bagaimana lagi. Mudah-mudahan ada bantuan pemerintah atau pihak lain yang mau membantu," ujar Sunari pasrah.

    Kepala desa Jatiroto, Buayan, Daryadi mengaku sangat berterimakasih kepada Peter Sidharta yang telah membantu warganya itu. Dari pihak desa, memberikan bantuan berupa tenaga kerja untuk menyelesaikan pemugaran rumah. "Alhamdulillah, rumah Bu Samini sudah jadi. Dinding yang tadinya bambu diganti dengan kalsibot lantai pun sudah disemen. Termasuk perabot rumah tangga dan kasur sudah diberikan," katanya.

    Di Jatiroto, kata Kades, ada 194 rumah yang kurang layak huni. Pemugaran dilakukan bertahap. Untuk tahun 2018, akan ada 15 rumah yang akan dipugar. "Setiap rumah dibantu Rp 10 juta. Jumlah itu akan diterima sebanyak Rp 8,5 juta karena dipotong PPn dan operasional," kata Daryadi.(cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top