KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Ahmad Irfani Azis (38), warga Desa Grogolbeningsari, Kecamatan Petanahan, menjadi korban penganiayaan tetangga sekaligus teman karibnya,
Suharto (40). Ditemui di rumahnya, Rabu (28/3/2018), Azis membeberkan peristiwa yang terjadi pada Minggu (25/3/2018)tersebut.
Berawal saat dia mengantarkan ibu mertuanya, yang akan mengikuti pengajian. Dalam perjalanan pulang dengan menggunakan sepeda motor, dia bertemu dengan pelaku. Dengan kondisi masih sama-sama di atas kendaraan, pelaku mengatakan sudah lama ingin mengobrol dengannya.
Azis menyanggupinya dan menawari pelaku mampir ke rumahnya. Namun, pelaku menolak. Suharto meminta obrolan dilakukan di rumahnya, yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah Aziz. "Akhirnya saya manut dan mengikuti di belakangnya," ujar Aziz.
Sesampai di rumah, pelaku langsung ke belakang dan menyalakan kompor gas. Kemudian kembali ke ruang tamu dan mengobrol sembari menunggu air mendidih. Setelah itu, tuan rumah menyajikan kopi dan mereka mengobrol.
Obrolan awal seputar rencana Khaul Syeh Anom Sidakarsa yang akan berlangsung tak lama lagi. "Saya dan Pak Harto memang duduk di kepanitiaan. Pak Harto bendahara 1 dan saya bendahara 2. Soal ini, Pak Harto mengatakan saya tidak diajak ke Magelang dalam rangka kunjungan kepada seorang kyai. Saya tidak keberatan mengingat waktu dan padatnya aktivitas. Saya juga sadar kapasitas saya sebagai bendahara 2," kata Azis.
Nah, pada obrolan selanjutnya soal penjaringan perangkat desa, pelaku menunjukkan gelagat marah. Pelaku, kata Azis, menuduhnya berbuat curang dalam proses itu. Bahkan, pelaku menyebutnya telah "mengondisikan" proses penjaringan perangkat desa dan menggalang "barisan sakit hati", untuk tujuan buruk bagi desa.
Pelaku lantas menyinggung adanya pertemuan Azis dengan Bagian Tata Pemerintahan Kecamatan Petanahan, Agus Pambudi pada malam sebelum kejadian. Terkait pertemuan tersebut, Aziz mengaku sudah memberi penjelasan kepada pelaku. Menurutnya, tak ada yang ditutup-tutupi soal pertemuan tersebut.
"Sebagai Ketua LKMD, wajar saya bertemu dengan pihak kecamatan yang mengurusi desa. Saat pertemuan itu, gorden jendela saya buka. Hanya memang, saat itu sempat ada beberapa orang yang melintas dan salah satunya Pak Harto," kata Aziz yang memang menjabat Ketua LKMD Desa Grogolbeningsari tersebut.
Penjelasan Azis sepertinya tak bisa diterima pelaku. Suharto yang menjabat Ketua Karang Taruna itu bersikukuh tahu isi pembicaraan Azis dan Agus dari Kecamatan Petanahan. Hingga kemudian, diungkapkan Aziz, pelaku melontarkan ucapan sudah lama ingin membunuhnya. "Kowe ora usah ngelak. Aku ngerti apa sing diomongna karo Pak Agus. Kowe anu arep tek pateni. Aku wis suwe arep mateni kowe. Siki kowe arep tek pateni," kata pelaku seperti disampaikan Azis.
Setelah mengucapkan hal itu, pelaku lantas ke belakang dan kembali dengan sebilah celurit di tangan. Melihat hal itu, Azis bereaksi dengan berdiri. Dalam posisi berdiri itulah, pelaku menempelkan celurit ke pinggang bagian kiri Aziz.
Aziz mengaku merasakan ada dua sayatan yang mengarah ke pinggangnya. "Sampai saat itu, saya merasa belum terluka. Tapi kemudian saya merasa ada yang basah di baju saya dan saya sadar terluka. Kemudian kami sempat berebut celurit. Saya juga mengingatkan Pak Harto, Astagfirullahal Adzim Astagfirullahal Adzim, eling Mas eling Mas. Dengan wajah penuh kemarahan, dia menyuruh saya duduk dengan mengatakan njagong kowe njagong kowe," ujarnya.
Sadar jiwanya terancam, Azis lantas berusaha menyelamatkan diri dengan meninggalkan rumah pelaku. "Sambil memegang luka dengan tangan, saya berteriak AllahuAkbar Allahu Akbar," ujarnya.
Sekitar 50 meter dari rumah pelaku, Aziz bertemu warga lain yang kemudian membawanya ke Puskesmas Petanahan. Lantaran lukanya cukup parah, Aziz kemudian dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah Gombong. Azis mengaku kondisinya sudah membaik saat ini. Hanya, dia masih harus rawat jalan agar dua luka sepanjang 10 cm dan 2 cm di bagian pinggang kirinya itu sembuh total.(cah)
Suharto (40). Ditemui di rumahnya, Rabu (28/3/2018), Azis membeberkan peristiwa yang terjadi pada Minggu (25/3/2018)tersebut.
Berawal saat dia mengantarkan ibu mertuanya, yang akan mengikuti pengajian. Dalam perjalanan pulang dengan menggunakan sepeda motor, dia bertemu dengan pelaku. Dengan kondisi masih sama-sama di atas kendaraan, pelaku mengatakan sudah lama ingin mengobrol dengannya.
Azis menyanggupinya dan menawari pelaku mampir ke rumahnya. Namun, pelaku menolak. Suharto meminta obrolan dilakukan di rumahnya, yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah Aziz. "Akhirnya saya manut dan mengikuti di belakangnya," ujar Aziz.
Sesampai di rumah, pelaku langsung ke belakang dan menyalakan kompor gas. Kemudian kembali ke ruang tamu dan mengobrol sembari menunggu air mendidih. Setelah itu, tuan rumah menyajikan kopi dan mereka mengobrol.
Obrolan awal seputar rencana Khaul Syeh Anom Sidakarsa yang akan berlangsung tak lama lagi. "Saya dan Pak Harto memang duduk di kepanitiaan. Pak Harto bendahara 1 dan saya bendahara 2. Soal ini, Pak Harto mengatakan saya tidak diajak ke Magelang dalam rangka kunjungan kepada seorang kyai. Saya tidak keberatan mengingat waktu dan padatnya aktivitas. Saya juga sadar kapasitas saya sebagai bendahara 2," kata Azis.
Nah, pada obrolan selanjutnya soal penjaringan perangkat desa, pelaku menunjukkan gelagat marah. Pelaku, kata Azis, menuduhnya berbuat curang dalam proses itu. Bahkan, pelaku menyebutnya telah "mengondisikan" proses penjaringan perangkat desa dan menggalang "barisan sakit hati", untuk tujuan buruk bagi desa.
Pelaku lantas menyinggung adanya pertemuan Azis dengan Bagian Tata Pemerintahan Kecamatan Petanahan, Agus Pambudi pada malam sebelum kejadian. Terkait pertemuan tersebut, Aziz mengaku sudah memberi penjelasan kepada pelaku. Menurutnya, tak ada yang ditutup-tutupi soal pertemuan tersebut.
"Sebagai Ketua LKMD, wajar saya bertemu dengan pihak kecamatan yang mengurusi desa. Saat pertemuan itu, gorden jendela saya buka. Hanya memang, saat itu sempat ada beberapa orang yang melintas dan salah satunya Pak Harto," kata Aziz yang memang menjabat Ketua LKMD Desa Grogolbeningsari tersebut.
Penjelasan Azis sepertinya tak bisa diterima pelaku. Suharto yang menjabat Ketua Karang Taruna itu bersikukuh tahu isi pembicaraan Azis dan Agus dari Kecamatan Petanahan. Hingga kemudian, diungkapkan Aziz, pelaku melontarkan ucapan sudah lama ingin membunuhnya. "Kowe ora usah ngelak. Aku ngerti apa sing diomongna karo Pak Agus. Kowe anu arep tek pateni. Aku wis suwe arep mateni kowe. Siki kowe arep tek pateni," kata pelaku seperti disampaikan Azis.
Setelah mengucapkan hal itu, pelaku lantas ke belakang dan kembali dengan sebilah celurit di tangan. Melihat hal itu, Azis bereaksi dengan berdiri. Dalam posisi berdiri itulah, pelaku menempelkan celurit ke pinggang bagian kiri Aziz.
Aziz mengaku merasakan ada dua sayatan yang mengarah ke pinggangnya. "Sampai saat itu, saya merasa belum terluka. Tapi kemudian saya merasa ada yang basah di baju saya dan saya sadar terluka. Kemudian kami sempat berebut celurit. Saya juga mengingatkan Pak Harto, Astagfirullahal Adzim Astagfirullahal Adzim, eling Mas eling Mas. Dengan wajah penuh kemarahan, dia menyuruh saya duduk dengan mengatakan njagong kowe njagong kowe," ujarnya.
Sadar jiwanya terancam, Azis lantas berusaha menyelamatkan diri dengan meninggalkan rumah pelaku. "Sambil memegang luka dengan tangan, saya berteriak AllahuAkbar Allahu Akbar," ujarnya.
Sekitar 50 meter dari rumah pelaku, Aziz bertemu warga lain yang kemudian membawanya ke Puskesmas Petanahan. Lantaran lukanya cukup parah, Aziz kemudian dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah Gombong. Azis mengaku kondisinya sudah membaik saat ini. Hanya, dia masih harus rawat jalan agar dua luka sepanjang 10 cm dan 2 cm di bagian pinggang kirinya itu sembuh total.(cah)