• Berita Terkini

    Rabu, 07 Maret 2018

    AHY Ke Istana Bawa Undangan Rapimnas Demokrat ke Jokowi

    JAKARTA-Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memang datang ke Istana Merdeka, Jakarta, kemarin untuk mengantarkan undangan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) diundang menghadiri Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat pada 10-11 Maret mendatang di Sentul, Bogor.


    Tapi, ketika dikaitkan dengan kemungkinan pembicaraan koalisi dengan Jokowi, putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu tak menampik. Diakui Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) pemenangan Pilkada dan Pemilu 2019 Partai Demokrat itu, saat ini, Jokowi merupakan salah satu calon presiden yang potensial. Itu mengingat statusnya sebagai incumbent.


    Apalagi, hingga saat ini, Demokrat belum menentukan sikap jelang pemilihan presiden (pilpres) tahun depan. "Dalam politik segala sesuatunya mungkin," ujarnya kepada wartawan di Komplek Istana Kepresidenan.


    Sejumlah hasil lembaga survei mensimulasikan AHY sebagai salah satu kandidat wakil presiden mendampingi Jokowi dalam pilpres tahun depan. Poltracking Indonesia, misalnya, merilis pada 18 Februari lalu, tingkat elektabilitas pasangan Jokowi-AHY menembus 43 persen. Lebuh unggul dibandingkan pasangan Prabowo Subianto-Anies Baswedan yang mencatat 30,3 persen. Itu jika hajatan pemilihan tersebut hanya diikuti dua pasangan. 

    AHY menambahkan, melakukan koalisi pada Pilpres 2019 merupakan suatu keharusan. Sebab, untuk bisa mencalonkan Presiden dan wakil Presiden, partai membutuhkan 20 persen suara sebagaimana ketentuan presidential threshold. Sementara, Demokrat hanya memiliki sekitar 10 persen suara berdasarkan hasil pemilu 2014.

    Oleh karenanya, peluang koalisi sangat terbuka. Tak terkecuali dengan koalisi partai pendukung pemerintah. "Tetapi kapan, dengan siapa, tentu akan terus dipikirkan, dipertimbangkan dan dihitung segala sesuatunya," imbuhnya.


    Dia menjelaskan, untuk sampai pada keputusan bulat, Partai Demokrat perlu menyerap aspirasi kader di daerah terlebih dahulu. Dalam pertimbangan nantinya, tuturnya, bukan hanya soal posisi apa yang akan didapatkan partai. Namun, juga kontribusi apa yang bisa diperankan partai.


    Apakah akan diputuskan dalam Rapimnas? AHY membantah. Kata dia, dalam Rapimnas besok, Demokrat fokus melakukan konsolidasi partai jelang pemilu.

    "Ini masih terus dihitung seluruh parpol, termasuk yang telah memberikam dukungannya secara bulat kepada tokoh-tokoh tertentu," tuturnya.

    Dengan sisa waktu yang ada, dia menilai semua kemungkinan masih bisa terjadi.


    Sebelum dengan AHY, Jokowi telah bertemu dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) di Istana. Juru Bicara Presiden Johan Budi Sapto Prabowo mengatakan, pertemuan presiden dengan sejumlah partai itu merupakan hal yang biasa. Sejak dulu itu sudah kerap dilakukan.

    "Pak SBY juga pernah ke sini, Bu Mega juga pernah, Prabowo juga pernah," ujarnya.

    Usai bertemu dengan Partai PSI dan Perindo, Presiden Joko Widodo melanjutkan pertemuannya dengan sejumlah politisi. Kemarin, Jokowi bertemu Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) pemenangan Pilkada dan Pemilu 2019 Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, kemarin (6/3).


    Ditemui usai pertemuan, politisi yang akrab disapa AHY itu menyebut kedatangannya untuk menyampaikan undangan ke Presiden untuk hadir di Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat. Rapimnas sendiri akan diselenggarakan di Sentul, Bogor 10-11 Maret mendatang.


    Meski demikian, saat disinggung soal kemungkinan pembicaraan koalisi dengan Jokowi, Putra sulung mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu tak menampik peluang tersebut. Diakuinya, saat ini, Jokowi merupakan salah satu calon presiden yang potensial mengingat berstatus incumbent.

    Apalagi, hingga saat ini, partainya belum menentukan sikap jelang Pilpres tahun depan. "Dalam politik segala sesuatunya mungkin," ujarnya kepada wartawan di Komplek Istana Kepresidenan.


    AHY menambahkan, melakukan koalisi pada Pilpres 2019 merupakan suatu keharusan. Sebab, untuk bisa mencalonkan Presiden dan wakil Presiden, partai membutuhkan 20 persen suara sebagaimana ketentuan Presidential Threshold. Sementara, Demokrat sendiri hanya memiliki sekitar 10 persen suara.

    Oleh karenanya, peluang koalisi sangat terbuka. Tak terkecuali dengan koalisi partai pendukung pemerintah. "Tetapi kapan, dengan siapa, tentu akan terus  dipikirkan, dipertimbangkan dan dihitung segala sesuatunya," imbuhnya.


    Dia menjelaskan, untuk sampai pada keputusan bulat, Partai Demokrat perlu menyerap aspirasi kader di daerah terlebih dahulu. Dalam pertimbangan nantinya, tuturnya, bukan hanya soal posisi apa yang akan didapatkan partainya, namun juga kontribusi apa yang bisa diperankan partai.


    Apakah akan diputuskan dalam Rapimnas? AHY membantahnya. Kata dia, dalam Rapimnas besok, Demokrat fokus melakukan konsolidasi partai jelang pemilu.

    "Ini masih terus dihitung seluruh parpol, termasuk yang telah memberikam dukungannya secara bulat kepada tokoh-tokoh tertentu," tuturnya. Dengan sisa waktu yang ada, dia menilai semua kemungkinan masih bisa terjadi.




    Juru Bicara Presiden Johan Budi Sapto Prabowo mengatakan, pertemuan presiden dengan sejumlah partai merupakan hal yang biasa. Sejak dulu hal itu sudah kerap dilakukan.



    "Pak SBY juga pernah ke sini, Bu Mega juga pernah, Prabowo juga pernah," ujarnya. Soal adanya anggapan yang menyebut pertemuan sebagai hal yang politis, Johan menilai itu hanyalah persepsi. (far)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top