• Berita Terkini

    Jumat, 09 Februari 2018

    Waspada Longsor Selama Februari , Jadi Bencana Paling Mematikan

    JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis peringatan dini longsor terhadap wilayah Jawa utamanya yang berdekatan dengan wilayah pegunungan dan perbukitan.


    Kapusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa sesuai dengan prediksi BMKG, hujan berintensitas tinggi akan berlangsung hingga 2019 mendatang. Puncaknya terjadi selama bulan Februari. ”Dalam periode ini, potensi banjir, longsor, dan puting beliung akan meningkat,” katanya kemarin (8/2/2018).


    BNPB mencatat, selama tahun 2018, telah terjadi 275 bencana yang menyebabkan 30 jiwa meninggal dan hilang, 66 jiwa luka, dan membuat 153.183 jiwa diungsikan.

    Sementara dari sisi kerugian materil, berbagai bencana tersebut telah merusak  10.254 unit rumah. 1.315 unit diantaranya rusak berat, 2.801 unit rusak sedang dan 6.138 unit rusak ringan. Ditambah 92 bangunan fasilitas umum rusak.


    Sejauh ini, kata Sutopo longsor Bencana longsor adalah bencana yang paling mematikan. Sejak 1 Januari 2018 hingga 7 Februai 2018, longsor sudah menelan 109 nyawa. Diikuti puting beliung dengan korban 5 orang, serta banjir dengan korban 3 orang. ”Sisanya kombinasi banjir dan longsor 2 orang dan gempa 1 orang,” jelasnya.

    Selama Februari, potensi longsor di Pulau Jawa meluas. Terutama  di daerah-daerah yang memiliki topografi berupa pegunungan dan perbukitan, serta lereng-lereng tebing yang di bawahnya banyak berdiri permukiman. ”Wilayah ini memanjang di Jawa bagian tengah hingga selatan,” katanya.


    Dari peta potensi longsor yang dirilis Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), pada Februari 2018, wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah daerah yang memiliki potensi paling banyak dari ancaman longsor.


    Di Jawa Barat, daerah rawan longsor meliputi Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Bandung Selatan, Purwakarta, Garut, Sumedang, Kuningan, dan Tasikmalaya.


    Sedangkan di Jawa Tengah, daerah rawan longsor terdapat di Kabupaten Banjarnegara, Cilacap, Purwokerto, Purworejo, Pekalongan, Temanggung, Semarang, Karanganyar, Tegal, Wonogiri, Magelang, Purbalingga dan Boyolali.


    Sementara di Jawa Timur, kata Sutopo tersebar utamanya di wilayah Kabupaten Ponorogo, Trenggalek, Malang, Pacitan, Mojokerto, Jember, dan Banyuwangi.

    Sutopo mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaannya. Sangat penting mengenali lingkungan sekitar dan tanda-tanda akan terjadinya longsor. Jika perlu, masyarakt bisa memeriksa adanya retakan tanah di bukit yang merupakan cikal bakal dari mahkota longsor. ”Saat hujan lebat waspadalah. Jika perlu mengungsi sesaat ke tempat aman,” Pungkasnya.


    Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (PDASHL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hilman Nugroho mengatakan setidaknya ada 8 tanda yang dapat dikenali jika suatu tebing atau lereng akan mengalami longsor.


    Yang paling kentara adalah rekahan tanah diatas lereng. Tanah yang tiba-tiba ambles, serta munculnya mata air pada lereng. Selain itu, selepas hujan biasanya diatas lereng masih terdapat satu atau dua genangan air. Namun, pada lereng yang  bersiap longsor, tidak ada lagi genangan air. ”Itu tanda-tanda struktur tanah di bawahnya sudah ambles,” katanya.


    Selain itu, tanda longsor bisa dikenali dengan melihat air sumur maupun mata air di sekitar lereng. Jika tiba-tiba keruh, maka tanah di sekitar pertanda akan longsor. Jika terdapat bangunan diatasnya, seperti tiang listrik ataupun pohon yang tiba-tiba miring juga merupakan tanda-tand longsor.


    Pondasi dan tembok bangunan yang tiba-tiba retak juga bisa dikenali sebagai tanda-longsor. Perubahan struktur tanah di bawah rumah juga biasanya menggeser posisi kusen dan bingkai jendela. ”Jadi kalau pintu dan jendela tiba-tiba sulit dibuka atau ditutup, itu sudah tanda-tanda longsor,” Jelas Hilman.(tau)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top