• Berita Terkini

    Senin, 12 Februari 2018

    Reog Ponorogo Meriahkan Grebeg Sudiro di Solo

    DAMIANUS BRAM/RADAR SOLO
    SOLO-Dalam sekejap, kawasan Pasar Gede berubah menjadi lautan manusia, Minggu (11/2/2018). Mereka rela berdesak-desakan menyaksikan Grebeg Sudiro yang merupakan rangkaian Solo Imlek Festival 2018.

    “Untuk peserta lebih tertib dibandingkan tahun lalu. Mereka menaati aturan jawah waktu perform di depan panggung utama selama dua menit. Cuma masyarakat yang mencoba mendekat masih menjadi masalah dari tahun ke tahun,” ujar Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2018 Bul Hartomo.

    Di sisi lain, event yang memasuki tahun ke-11 ini lebih spektakuler dibandingkan sebelumnya. Peserta kirab mencapai 67 kelompok. Terdiri dari warga Kelurahan Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, hingga instansi pemerintah dan swasta di Eks Karesidenan Surakarta.

    Melihat besarnya antusiase masyarakat, Bul semakin terpacu melakukan inovasi. “Mungkin tahun depan untuk lomba dayung kita tambah kelasnya. Bila sebelumnya pakai perahu karet, kalau kondisi sungai memungkinkan ada kelas perahu Kano,” tuturnya.

    Pantauan Jawa Pos Radar Solo, kirab yang diikuti 1.500 tersebut dilepas oleh Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo. Mereka kemudian berjalan melintasi panggung kehormatan di depan Pasar Gede menuju Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Juanda, Jalan Urip Sumorhardjo dan kembali ke Pasar Gede.

    Keberagaman para penampil sesuai dengan tema Solo Imlek Festival 2018, yakni Melestarikan Budaya Bangsa untuk Merajut Kebhinnekaan. Mulai dari reog, barongsai dan liong, kostum dewa-dewi mitologi Tiongkok, baju adat nusantara, berkolaborasi menyuguhkan hiburan istimewa.

    “Merajut kebhinekaan bukan pekerjaan mudah, tetapi juga tidak sulit. Perlu ada sinergitas. Untungnya warga Solo sudah  bisa menjalankan hal tersebut. Kalau tidak, mana mungkin Kota Solo menduduki posisi pertama sebagi kota layak huni,” urai wali kota.

    Dengan adanya event budaya itu, lanjut Rudy, menjadi salah satu bukti nyata akulturasi budaya Tiongkok dan Jawa. “Tidak kenal tua, muda, suku, ras, dan agama, mereka berkumpul. Kegiatan ini terselengara sukses,” ungkap Rudy.

    Sementara itu, meskipun telah dilakukan penjagaan cukup ketat, masih ada saja copet berkeliaran dan menyasar lima orang. Sedangkan dua anak terpisah dari orang tuanya.
    “Untuk anak yang terpisah sudah kita pertemukan dengan orang tuanya. Sedangkan copet masih kita lakukan penyelidikan dan pengawasan petugas. Untuk korban, tadi langsung diarahkan membuat laporan resmi di polsek,” tandas Kapolsek Jebres Kompol Juliana. (atn/wa)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top