• Berita Terkini

    Selasa, 06 Februari 2018

    Polri Terima Red Notice Penangkapan Pelaku Penculikan Bocah Argentina

    JAKARTA - Air mata Elizabeth Avalos, 27, tidak lagi terbendung. Dia mulai menangis saat membagikan cerita tentang putri semata wayangnya Alum Langone Avalos, 7, yang dibawa kabur ayahnya, Jorge Gabriel Langone, sejak Juli 2017 lalu. Sambil terisak, Elizabeth menceritakan betapa hancur hatinya selama delapan bulan terakhir.



    "Saya terus memimpikan Alum. Setiap malam. Mimpi buruk tentang dia selalu menghantui saya. Saya takut," tutur Elizabeth kepada Jawa Pos saat ditemui di Kedutaan Besar Argentina kemarin (5/2). Perempuan yang bekerja di museum di Bueno Aires itu mengatakan, dirinya sudah kehilangan hasrat melakukan apapun setelah Alum dibawa kabur ayahnya. Bagi Elizabeth, Alum adalah hidupnya. Dia mengaku tidak sanggup lagi jika harus hidup tanpa Alum di sisinya.


    "Ibu mana yang tidak terluka dengan kondisi seperti ini. Saya yakin semua ibu pasti merasakan hal serupa. Alum adalah hidup saya. Saya berharap polisi Indonesia bisa segera menemukan Alum," ucapnya sambil menyeka air mata. Elizabeth mengatakan, Jorge punya tabiat yang cukup buruk. Selama dua tahun tinggal bersama, Elizabeth pernah tiga kali dipukul oleh pria 41 tahun itu. Menurut pengakuan Elizabeth, Alum bahkan sempat menyaksikan langsung peristiwa itu.


    Saat dipukul untuk pertama kalinya, Elizabeth memilih bungkam. Dia takut setengah mati. Elizabeth juga masih menaruh harapan pria itu tidak akan melakukan kekerasan lagi. "Saat itu, saya juga tidak mau berurusan dengan pihak berwajib karena pasti akan berbelit-belit," ungkap Elizabeth.


    Pemukulan kedua, Elizabeth tidak tinggal diam. Dia melaporkan kejadian tersebut. Belum tuntas kasusnya, pria itu kembali memukul Elizabeth. "Kali ini, saya memilih untuk berpisah dari dia. Lima tahun lalu kami berpisah," ujarnya. Tabiat buruk itu membuat Elizabeth takut akan terjadi hal buruk pada Alum. Memang, Jorge sangat menyayangi Alum.


    Namun, tentu tidak ada yang bisa menjamin Alum tidak mendapatkan perlakuan buruk. Belakangan, seorang pria bernama Agus terus melaporkan kondisi Alum yang tengah berada di Toraja, Sulawesi Selatan. "Dia bilang Alum mulai terus-menerus menangis dan berteriak. Tapi ayahnya dan perempuan yang bepergian bersama mereka tidak melakukan apapun," cerita Elizabeth.


    Saat ini, kata Elizabeth, Alum masih terpantau berada di Toraja. Dia berada di sana sejak Jumat lalu. "Menurut laporan orang yang menelepon ke kedutaan, Alum sehat. Tapi memang belakangan sering menangis dan berteriak," ungkap dia.


    Sementara itu, Polri dipastikan telah mendapatkan red notice untuk penangkapan Jorge Langone dan Candella Gutierrez, pelaku penculikan anak asal Argentina Alum Langone, 7. Dengan red notice itu, Polri dan Ditjen Imigrasi memiliki dasar hukum untuk menguatkan tindakan penangkapan terhadap kedua pelaku.


    Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombespol Martinus Sitompul menuturkan, red notice diterima dua minggu lalu dari Interpol pusat di Prancis. Red notice itu bersifat wanted notice atau permintaan pencarian tersangka. Red notice itu untuk dua pelaku, Jorge dan pacarnya.

     ”Kami juga mendapatkan yellow notice atau pencarian orang hilang atas nama Alum. Yellow notice ini untuk menyelamatkan korban penculikan," jelasnya ditemui di Divhumas Polri kemarin.


    Dengan kedua notice, saat ini Polri berupaya mencari dua pelaku dan satu korban yang diduga diculik tersebut. Penangkapan terhadap pelaku tidak membutuhkan adanya laporan ke kepolisian. ''Langsung berdasar red notice,'' paparnya.


    Bahkan, dengan red notice itu kepolisian bisa untuk melakukan penahanan selama 20 hari. Penahanan itu bisa diperpanjang menjadi 30 hari. Untuk menunggu proses deportasi bagi pelaku dan penjemputan untuk korban. ''Kami koordinasnya tidak lagi perlu dengan interpol, langsung ke kepolisian Argentina,'' jelasnya. (and/idr/oki)



    Untuk cara pencariannya dengan menyebarkan Red Notice ke seluruh Polda. Bila, ada informasi pelaku dan korban ada di Sulawesi Selatan, kami juga sudah menginformasikan ke Polda tersebut, terangnya.



    Mekanismenya, selain ke Polda, Polri juga berkoordinasi dengan Ditjen Imigrasi untuk melakukan penangkapan. Peran Ditjen Imigrasi ini penting sebagai upaya pencegahan kedua pelaku kabur kembali. Ditjen Imigrasi ini bisa mendeteksi bila pelaku membawa korban menggunakan pesawat dan sebagainya, jelasnya.



    Bila pelaku ini menggunakan paspornya saat akan naik pesawat, maka saat proses pengecekan akan diketahui bahwa kedua pelaku ini sedang menjadi target pencarian Interpol. Sehingga, pelaku bisa dicegah untuk pergi dan Ditjen Imigrasi akan meminta kepolisian untuk melakukan penangkapan. Teknisnya, bila kedua pelaku dicek paspornya, saat pengecekan itu akan berbunyi alarm yang menunjukkan bahwa mereka buronan, tegasnya. (and/idr)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top