• Berita Terkini

    Selasa, 20 Februari 2018

    Mbah Sapon Puluhan Tahun Setia Rawat Benda Pusaka

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- “Wong Jawa aja nganti ilang Jawane”, salah satu pesan itulah yang disampaikan oleh San Mikarta (90) warga RT 2 RW 1 Desa Rogodono Kecamatan Buayan saat disambangi wartawan, Senin (19/2/2018).  Meski tergolong sudah berusia lanjut, namun San Mikarta atau mbah Sapon masih suka nguri-uri budaya. Hal ini salah satunya dilaksanakan dengan merawat banyak pusaka.

    Di rumahnya yang berdinding seng, simbah 16 cucu tersebut, mempunyai banyak sekali pusaka. Beberapa pusaka meliputi keris dengan berbagai ukuran dan bentuk, tombak, cemeti, pedang, pring petuk, hingga mimang (sejenis kayu yang kerap dijadikan pusaka). Bukan hanya itu saja, sebutir kelapa tanpa mata juga terdapat di rumah Mbah Sapon. Saat ini tak kurang dari 60 pusaka terdapat di rumahnya. “Dulu lebih dari 200 namun kadang tak kasih ke orang,” tuturnya, Senin (19/2/2018).

    Menurutnya, keberadaan pusaka tidak terlepas dari budaya dan kekuatan yang dimiliki oleh para orang Jawa dulu. Pasalnya pada zaman dahulu pusaka memang menjadi senjata bagi para leluhur. Dengan merawat pusaka yang merupakan tinggalan para leluhur, itu artinya sama saja dengan nguri-uru budaya. “Jangan sampai orang Jawa kehilangan Jawanya,” paparnya.

    Menurut Sapon, Jawa mempunyai budaya yang agung dan luhur.  Orang  Jawa juga mempunyai etika dan sopan santun serta adat istiadat yang baik. Untuk itu penting sekali nguri-uri budaya sebagai bentuk melestarikan nilai-nilai agung yang ada. “Jika sampai orang Jawa kehilangan jawanya, itu artinya mereka telah kehilangan jati diri,” katanya.

    Menurutnya, saat Wong Jawa ilang Jawane, atau masyarakat Jawa telah kehilangan jati dirinya, maka disaat itulah mereka tidak lagi punya pegangan hidup. Jika sudah demikian, maka akan muncul masyarakat yang tidak mempunyai pendirian dan hanya suka meniru orang lain, sebab mereka tidak lagi mempunyai pegangan hidup. “Saat ini sudah mulai kelihatan, jika kita mulai tidak bangga dengan diri kita sendiri,” jelasnya.

    Salah satu hal yang paling kentara, lanjut Sapon, yakni mulai hilangnya Bahasa Jawa yang mempunyai nilai etika tinggi. Generasi saat ini banyak yang sudah tidak lagi dapat berbicara menggunakan Bahasa Jawa dengan baik. “Bahasa Jawa saja kini sudah mulai hilang, apalagi yang lainnya seperti penggunaan huruf, hitungan dan pusaka. Untuk itu mari kita bersama-sama nguru-uri budaya ,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top