• Berita Terkini

    Selasa, 27 Februari 2018

    Jokowi Ajak Bos IMF Blusukan

    Jakarta - Momen kedatangan Managing Director International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde dimanfaatkan Presiden Joko Widodo untuk blusukan. Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) dan Pasar Tanah Abang menjadi objek lokasi safari keduanya di Jakarta.



    Di RSPP, Bos IMF itu diperlihatkan pelaksanaan jaminan kesehatan di Indonesia. Baik melalui layanan Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan maupun Kartu Indonesia Sehat (KIS).



    Tiba dilokasi sekitar pukul 11.15 WIB, presiden dan rombongan langsung berkeliling rumah sakit. Mereka mengecek pelayanan, mulai dari administrasi, hingga ruang perawatan di berbagai kelas.



    "Tadi waktu pertemuan di istana ibu Madam minta kita melihat sistem jaminan kesehatan seperti apa, pelayanannya seperti apa. Tadi kita tunjukkan sudah," ujar presiden usai berkeliling rumah sakit.



    Menurutnya, sistem jaminan kesehatan di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Di mana pesertanya mencapai ratusan juta jiwa. "Jadi banyak negara melihat ini betul-betul jaminan kesehatan yang gede banget," terangnya.



    Lagarde sendiri mengaku takjub dengan jumlah pesertanya yang sangat besar. "Bravo, untuk Pak Presiden," ujarnya.



    Dari RSPP, rombongan berjalan ke Pasar Tanah Abang. Rombongan tiba di pusat perbelanjaan tekstil itu sekitar pukul 12.30 WIB. Di situ, Jokowi, Lagerde dan sejumlah menteri kabinet kerja disambut antusias masyarakat yang berbelanja.



    Jokowi mengatakan, kunjungan ke Tanah Abang bertujuan untuk memperlihatkan contoh iklim usaha kecil menengah (UKN) di Indonesia. Persoalan UKM sendiri menjadi salah satu perbincangan yang dilakukan keduanya di Istana Merdeka, Senin pagi.



    "Bagaimana ekonomo kecil, ekonomi mikro, ekonomi tengah ini  menghadapi keterbukaan, menghadapi digitalisasi ekonomi," ujarnya di sela-sela kunjungannya.



    Sayangnya, mantan Walikota Solo itu enggan membeberkan detail pembicaraan soal itu. Dia hanya mengatakan, jika pengalaman lapangan itu diharapkan bisa menjadi bahan bagi IMF dalam membuat kebijakan ekonomi.



    "Ini menjadi sebuah pengalaman lapangan bagi Ibu Lagerde agar desain ekonomi yang akan dilakukan, kebijakan ekonomi ini juga," imbuhnya.



    Ditanya soal apakah ada kerjasama ekonomi dengan IMF, Jokowi membantahnya. Dalam kunjungan kali ini, IMF hanya sharing sekaligus melihat kondisi ekonomi di Indonesia.



    Kalaupun ada kerjasama, Jokowi mengatakan hal itu mungkin dilakukan pada bulan oktober mendatang. Di mana Indonesia menjadi tuan rumah IMF Worldbank Annual Meeting di Bali. "Orang banyak, peserta banyak. Dan mereka bawa uang banyak sehingga akan berpengaruh bagi ekonomi kita," imbuhnya.



    Sementara itu, Lagarde mengapresiasi perkembangan ekonomi di Indonesia. Dia menilai, sejumlah upaya yang dilakukan pemerintah dengan mempermudah proses investasi sebagai hal yang positif.



    "Saya berharap bisa dilanjutkan," ujarnya usai membeli satu stel baju koko di Pasar Tanah Abang.



    Dia juga memastikan, kunjungan kemarin bukanlah yang terakhir di tahun 2018. Sebab, pada bulan oktober nanti akan dilakukan Annual Meeting IMF di Bali.



    Sementara itu, Kepala Unit Kerja Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 Peter Jacobs mengatakan kedatangan Lagarde kali ini ke Indonesia adalah yang terlama, yakni sekitar 8 hari. Biasanya, kunjungan Lagarde ke luar negeri hanya berkisar 3-4 hari.



    Setelah bertemu dengan Presiden Jokowi dan para menteri di bidang ekonomi, Lagarde akan menyelenggarakan konferensi ekonomi di Jakarta, kemudian mengunjungi Bali untuk mengecek persiapan pergelaran Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018. Selain itu dia juga akan mengunjungi D.I Jogjakarta.



    "Beliau tidak hanya bekerja, tapi juga ingin menikmati kunjungannya kali ini ke Indonesia. Sebab, menurutnya Indonesia sangat menarik dan menyenangkan untuk aktivitas leisure," ujar Peter.



    Dia menambahkan, Bali akan kedatangan sekitar 15 ribu tamu pada 8-14 Oktober 2018 mendatang. Acara Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 sebenarnya akan digelar mulai 12-14 Oktober. Namun sejak tanggal 8-13 Oktober, akan ada banyak seminar dan forum investasi dari masing-masing negara. Mereka memanfaatkan momentum Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia sebagai sarana untuk mencari investor strategis.



    Jumlah delegasi resmi pada pertemuan tahunan tersebut sebanyak 4 ribu orang yang berasal dari 189 negara. Mereka terdiri dari staf IMF, Bank Dunia, pejabat bank-bank sentral dan kementerian keuangan beserta asistennya, ekonom, para peraih nobel di bidang ekonomi, investor dan jurnalis dari berbagai negara.



    Para delegasi itu diperkirakan akan membawa serta keluarganya, sehingga total ada 15 ribu tamu yang akan datang ke Bali. "Ada lebih dari 4 ribu kamar yang kami siapkan di Bali, tepatnya di hotel-hotel daerah Nusa Dua. Jika para tamu berminat, mereka juga bisa ditawari kesempatan wisata ke daerah lain di sekitar Bali, seperti Pulau Lombok, Kota Jogjakarta dan Banyuwangi," kata Peter.



    Sejauh ini sudah ada 21 hotel di Bali yang dipersiapkan untuk menjadi lokasi menginap para delegasi Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia. Untuk acara ini, pemerintah menyiapkan dana Rp 810 miliar. Sebanyak Rp 672 miliar berasal dari APBN dan sisanya dari Bank Indonesia (BI) Rp137 miliar.



    Peter memperkirakan spending konsumsi dari tamu yang hadir selama gelaran Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 itu akan mencapai USD 100 juta atau setara Rp 1,36 triliun. "Jumlah itu belum termasuk potensi investasi yang akan masuk, baik investasi portofolio maupun FDI (foreign direct investment atau investasi asing langsung, Red). Selain itu ada juga potensi transaksi perdagangan antar negara dari pertemuan itu," lanjut Peter.



    Menurutnya, momen Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 kali ini harus dimanfaatkan untuk kemajuan pariwisata Indonesia. Beberapa proyek yang belum selesai seperti underpass Bandara Ngurai dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) ditargetkan selesai sebelum pertemuan tahunan itu berlangsung.



    Dari sisi keaman, Bali sudah dinilai layak menjadi lokasi pertemuan besar ini. Sebab, fasilitas konferensi internasionalnya sangat memadai dan kondisi keamanannya sejauh ini cukup terkendali.



    Terlebih, status Gunung Agung sudah diturunkan menjadi siaga 3, dengan radius berbahaya sekitar 4-6 km dari puncak gunung. "Kalau pun status Gunung Agung kembali naik, panitia sudah menyiapkan rencana evakuasi dan rencana pengalihan transportasi, baik untuk masuk atau pun ke luar Bali," tutup Peter. (far/rin)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top