• Berita Terkini

    Selasa, 06 Februari 2018

    Banjir Rendam Jakarta

    GAMBIR–Jakarta terendam lagi. Tidak hanya curah hujan tinggi, kiriman air dari Bendung Katulampa, Bogor, pun memberikan kontribusi dalam banjir kali ini. Warga Jakarta menilai, banjir besar di ibu kota selalu terjadi dalam siklus lima tahunan.



    Asumsi tersebut berdasar bencana banjir besar yang terjadi berulang pada 1996, 2002, 2007, dan 2012 serta awal 2013.

    Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi menyatakan, Pemprov DKI mesti siap semuanya menghadapi banjir besar lima tahunan yang biasa terjadi di Jakarta. Dia meminta, rumah pompa dan pompa tidak ada kerusakan agar air bisa cepat surut.


    Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP DKI itu mengaku, tidak ingin mendengar asalan pompa rusak. Sebab, anggaran Dinas Sumber Daya Air (SDA) pada APBD 2018 mencapai Rp 3.4 triliun.  ’’Itu, sangat besar,’’ jelas dia.


    Dari Rp 4.4 triliun, Rp 800 miliar untuk pembangunan sarana saluran, sungai, dan kelengkapannya; Rp 552 miliar untuk pemeliharaan saluran; Rp 278 miliar untuk pembangunan tanggul; Rp 217 miliar untuk pengelolaan pompa; dan Rp 90,5 miliar untuk pembangunan waduk. ’’Nah, pompa 217 miliar. Kalau, masih rusak namanya kebangetan,’’ tegas dia.


    Pemprov DKI sudah harus memiliki data daerah mana saja yang diprediksi akan diterjang banjir. Karena itu, Pras menyarankan, peralatan seperti pompa biasa langsung disiagakan. ’’Jadi, tak ada alasan lagi. Ini sudah bisa diprediksi karena kiriman. Saya minta dimapping,” tegasnya. ’’Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur (Wagub) Sandiaga Uno harus turun langsung cek kelapangan,’’ tambah dia.


    Sementara itu, Kepala Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)  DKI Jupan Royter menilai, tidak ada banjir siklus lima tahunan di ibu kota. Menurut dia, banjir yang terjadi pada 2018 ini kiriman dari Bendungan Katulampa, Bogor dan intensitas hujan tinggi. ’’Tidak ada siklus lima tahunan. Ini memang, kiriman dari Bogor,’’ kata Jupan di Jakata kemarin.


    Menurut Jupan, jika intensitas hujan terus meningg dari hulu, maka banjir Jakarta akan terjadi hingga hari ini (6/2).  Jupan menambahkan, banjir di DKI merupakan kejadian tahunan. Persoalan, besar atau kecilnya bisa diprediksi setelah dikatahui curah hujan terus tinggi.

    BPBD DKI, kata dia, sudah memberikan peringatan terhadap warga yang wilayahnya terkena banjir. Terutama, masyarakat yang tinggal dibantaran sepanjang kali Ciliwung. Lebih lanjut, Jupan berharap situasi di Katulampa, menyurut agar banjir di Jakarta segera bisa surut.  ’’Kami, berharap banjir cepat berlalu,’’ ungkapnya.



    Pantauan Jawa Pos di Kota Depok, banjir mulai masuk ke permukiman sejak ketinggian air di Pintu Air Jembatan Panus berstatus siaga 1 sejak pagi. Tak ayal, sejak siang hingga sore kemarin, banjir terpantau terjadi di sejumlah wilayah. Umumnya, wilayah yang tergenang banjir parah atau mencapai dua meter lebih terjadi di kawasan yang langsung berbatasan dengan Sungai Ciliwung.


    Seperti yang terjadi di wilayah Kampung Gotong Royong RT 5, Kelurahan Kemiri Muka, Kota Depok. Tercatat  20 rumah tenggelam karena banjir mencapai 2 meter. Salah satu warga yang menjadi korban banjir di wilayah tersebut, Rindu mengatakan, banjir datang begitu cepat. Dirinya sampai tidak mampu menyelamatkan barang berharga miliknya. "Ketika kejadian, nggak sempat ngeluarin barang. Banjir udah tinggi aja," keluh Rindu.


    Dirinya mengaku, telah mengunsi dan membawa serta barang-barang berharga yang masih mampu diselamatkan. "Banjir yang terjadi saat ini yang palong parah. Sebelumnya nggak pernah kejadian seperti ini," ungkap dia. Berdasar informasi yang Rindu dapat, ketinggian banjir masih terus bertambah. Karenanya dia terus bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.


    Sementara itu, Wakil Wali Kota Depok Pradi Supariatna mengatakan, jika banjir di sejumlah wilayah di Kota Depok bukan hanya terjadi karena intensitas hujan yang tinggi di daerahnya. Namun, juga karena banjir kiriman dari daerah hulu. Dirinya mengaku, beberapa posko banjir telah disiagakan olehnya. "Ada beberapa wilayah di Depok yang terkena banjir. Datanya masih kami intenfarisir. Namun, tadi secara langsung, kami juga telah melihat keadaan rumah-rumah warga yang terkena banjir," ujar dia.

    Tidak hanya banjir, beberapa rumah di penyangga ibu kota tersebut juga mengalami longsor. seperti turap setinggi 7 meter ambrol dan menimpa rumah warga  di Kampung Rawa Geni Kelurahan Ratu Jaya Kecamatan Cipayung.


    Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Depok Manto Djorghi mengatakan peristiwa itu terjadi pada Minggu malam. "Turap menimpa satu rumah warga yakni milik Bapak M. Mihtahudin yang berlokasi di RT 03 RW 02 Kampung Rawa Geni Kelurahan Ratu Jaya, Cipayung. Akibatnya tiga kamar rusak berat, dinding rumah hancur, namun beruntung tidak ada korban jiwa," ujarnya kemarin.


    Atas kejadian tersebut, pihaknya sudah mengirimkan petugas dari Dinas PUPR untuk mengecek lokasi."Kami tugaskan petugas lapangan untuk bantu warga yang rumahnya kena longsor. Polisi juga sudah memberi garis polisi," katanya. Dirinya mengungkapkan jika peristiwa longsor tersebut adalah yang pertama terjadi di tahun. (riz/bry)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top