• Berita Terkini

    Sabtu, 17 Februari 2018

    Agur Yuke Mulia, Pendiri Sekolah Robotik Pertama di Klaten

    ANGGA PURENDA/RADAR SOLO
    Tolak Tawaran Perusahaan Besar demi Melatih Anak-Anak


    Siapa sangka, di Klaten ada sebuah sekolah robotik. Namanya Rotobot Robotics School. Didirikan Agur Yuke Mulia, 22, warga Kelurahan Bareng, Kecamatan Klaten Tengah. Siapa dia?
    ----------------------
    ANGGA PURENDA, Klaten
    ----------------------
    LULUS D3 Politeknik Mekatronika, Universitas Sanata Dharma Jogja, Agur Yuke Mulia langsung ditawari bekerja pada sebuah perusahaan besar di Kudus, Jawa Tengah. Tapi tawaran menggiurkan tersebut dengan halus ditolaknya. Sebab, dia punya cita-cita mulia, mendidik anak-anak di Klate, mahir membikin robot.

    Yuke lantas mendirikan Rotobot Robotics School di Jalan Kopral Sayom No.23, Karanganom, Klaten Utara. Lokasinya menyatu dengan sebuah kafe ternama di Kota Bersinar. Saat wartawan Koran ini menyambangi sekolah tersebut, Agur terlihat sedang sibuk menata ulang komponen robot dalam sebuah meja.

    ”Awalnya ada orang yang meminta saya mengajari anaknya membuat robot. Saat itu saya dengan teman-teman sedang mengembangkan usaha peralatan otomasi industri. Waktu itu saya belum memiliki kurikulum pendidikan terkait sekolah robotik,” kata Agur kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin (16/2/2018).

    Tanpa pikir panjang, Agur terima tawaran tersbebut. Awalnya dia mendidik lima anak sekaligus. Menyewa sebuah rumah di kawasan Trunuh, Kecamatan Klaten Selatan. Lambat laun, sekolah ini mulai diminati anak-anak tingkat SD dan SMP. Sekarang, Rotobot punya 52 siswa didik yang diampu 15 orang pengajar.

    Baru berjalan 1,5 tahun, Rotobot berhasil melahirkan dua anak didik berprestasi. Bersaing di kompetisi tingkat Asia. Dari empat kategori yang dilombakan, dua anak didiknya memenangi tiga di antaranya.

    ”Setelah saya lulus kuliah, saya ingin memajukan dunia robot Indonesia. Tetapi kalau hanya sendiri, berkembangnya lambat. Karena itu saya mengajak anak-anak ini untuk belajar membuat robot dari dasar,” beber Agur.

    Perkembangan dunia robot Indonesia di mata Agur tak kalah dengan negara-negara tetangga. Persoalannya, setelah lulus kuliah, banyak ahli robotik asal Indonesia yang pilih mengais rezeki di negeri orang. Sebab di negeri sendiri, bakat mereka terpinggirkan.

    Harus diakui, biaya jadi tantangan terberat mengembangkan robotik di Tanah Air. Namun di Rotobot, per siswa didik hanya ditarik iuran Rp 600 ribu per tiga bulan. Sudah mendapatkan materi dan praktik membuat robot.

    ”Memang harus ada investor yang sudi mengembangkan robot. Impian saya, membuat sekolah robot di berbagai daerah. Kalau Klaten bisa maju dengan robotnya, kenapa daerah lainnya tidak? Mengingat di masa depan, banyak industri yang memakai jasa robot,” jelas pria yang pernah menyabet juara 3 dalam kontes robot Indonesia tingkat nasional kategori robot pemadam api Indonesia dan desain terbaik pada 2015 silam.

    Kegigihan Agur yang mendirikan sekolah robot dengan menyisihkan sebagian beasiswanya itu dilirik Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Sepekan lalu, dia mendapat kunjungan Direktur Jenderal (Dirjen) Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristekdikti, Muhammad Dimyati. Dijanjikan formulasi tepat bagi pengembangan pembelajaran robot untuk anak-anak. (*/fer)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top