• Berita Terkini

    Selasa, 09 Januari 2018

    USBN Delapan Mapel di SD Batal

    JAKARTA – Sedaianya ujian sekolah berstandar nasional (USBN) di jenjang SD tahun ini terdiri dari delapan mata pelajaran (mapel). Atau lebih banyak lima mapel dibandingkan tahun lalu. Tetapi akhirnya rencana yang sudah beredar luar itu dibatalkan oleh pemerintah.


    Tahun lalu ujian pamungkas di SD hanya terdiri dari matematika, bahasa Indonesia, dan ilmu pengetahuan alam (IPA). Kemudian akhir tahun lalu beredar kabar bahwa Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) menambahnya jadi delapan mapel. Lima mapel tambahannya adalah ilmu pengetahuan sosial (IPS), pendidikan kewarganegaraan (PKn), seni budaya dan prakarya, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK), dan agama.


    Di tengah pembahasan Peraturan Mendikbud (Permendikbud) tentang ujian nasional (unas) dan USBN, Kepala BSNP Bambang Suryadi mengeluarkan informasi penting. ’’Berdasarkan pembahasan internal Kemendikbud, USBN SD/MI untuk tiga mapel,’’ katanya kemarin (8/1/2018). BSNP merupakan badan independen penyelenggaran unas.

    Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menuturkan kebijakan terkait Unas dan USBN selalu dibahas bersama antara Kemendikbud dengan BSNP. Dia tidak memungkirin bahwa sempat ada rencana menambah jumlah mapel untuk USBN SD/MI.


    Ada beberapa pertimbangan terkait pembatalan USBN SD/MI delapan mapel itu. Diantaranya adalah kesiapan dan kemampuan guru dalam menyiapkan butir soal untuk mapel baru perlu dipersiapankan dengan matang. Akhirnya USBN SD/MI tahun ini tetap seperti tahun lalu, yakni terdiri dari matematika, IPA, dan bahasa Indonesia.

    Meski tidak jadi digelar dalam delapan mapel, ada ketentuan baru dalam USBN untuk semua jenjang pendidikan. Yakni soal ujian terdiri dari pilihan ganda dan uraian (essay). Untuk butir soal berbentuk uraian disesuaikan dengan karakteristik masing-masing mapel.


    Sedangkan di unas jenjang SMA sederajat, soal ujian terdiri dari pilihan ganda dan isian singkat (short answer). Bambang menegaskan antara butir soal isian singkat dengan uraian berbeda. Untuk kepastian jumlah butir soal ujian berbentuk uraian (di USBN) dan isian singkat (di unas) akan segera ditetapkan.


    Pengamat pendidikan Indra Charismiadji tidak ada salahnya Kemendikbud maupun BSNP menganggap ujian berstandar nasional untuk anak-anak SD itu penting. Tetapi masyarakat atau orang tua siswa harus dijelaskan konsep evaluasi pada anak usia SD. ’’Buka Cuma bikin soal-soal USBN saja,’’ jelasnya. Seperti diketahui imbas dari pemberlakuan USBN, maka 20 – 25 persen butir soal ujian dibuat oleh Kemendikbud.


    Dia menuturkan ujian dalam bentuk pilihan ganda maupun isian yang diterapkan pemerintah selama ini merupakan cara kuno. Menurut Indra setiap anak memiliki kemampuan, bakat, dan minat yang berbeda-beda. Sementara dengan ujian seperti USBN maupun UN itu, anak-anak diharuskan bisa menjawab soal ujian yang seragam.


    Indra mencontohkan anak A dan anak B sama-sama salah menjawab sepuluh butir soal. Anak A salah menjawab butir soal nomor 1 – 10. Sementara anak B salah menjabat butir soal nomor 11 – 20. Nah apakah lantas kedua anak itu bisa disamakan kemampuannya. ’’Tentu tidak,’’ tegas Indra. Namun dalam sistem penilaian unas maupun USBN, pokoknya anak itu sama-sama salah sepuluh, dianggap sama kemampuannya. (wan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top