• Berita Terkini

    Senin, 22 Januari 2018

    Siswa SMP Muhammadiyah 2 Kebumen Belajar Bikin Lanting

    ISTIMEWA
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-SMP Muhammadiyah 2 (Spemuda) Kebumen adakan field visit ke home industri Mekar Sari yang merupakan sentral lanting di Desa Lemahduwur Kecamatan Kuwarasan, Minggu (21/1/2018).

    Field visit atau kunjungan lapangan menjadi salah satu program unggulan di Spemuda. Di mana siswa diajak ke lapangan untuk mendapatkan pengalaman secara langsung. Field visit dilaksanakan bukan kali pertamanya, program tersebut rutin bagi siswa kelas full day Spemuda. Lanting merupakan makanan khas kabupaten Kebumen yang sudah tenar.   

    Kepala SMP Muhammadiyah 2 Kebumen Imam Romzan Faozi SthI menyampaikan bahwasanya siswa Spemuda harus mempunyai kompetensi lulusan berupa skill yang akan menjadi bekal hidup bagi mereka. Para siswa harus disiapkan sebagai manusia yang tangguh dan cerdas dalam mempersiapkan diri di era globalisasi. “Anak-anak haruslah mempunyai kemampuan yang nantinya bisa mereka manfaatkan untuk bekal hidup menjadi seorang interprenuer,” tuturnya.

    Dijelaskannya, dalam siswa Spemuda belajar langsung dalam proses membuat lanting. Ini dilaksanakan mulai dari mengenal jenis ubi yang digunakan hingga diproses melalui berbagai tahap yang cukup panjang.

    Kegiatan membuat lanting diawali dengan proses marut. Sebelum diparut ubi pilihan telah melalui proses pengupasan dan perendaman. Usai diparut langkah selanjutnya yakni di ubi dipres untuk menghilangkan kadar. “Proses pembuatan lanting tidak hanya sampai disitu saja, parutan yang sudah digempur kemudian dibuat berbentuk bulat. Proses ini disebut oleh para perajin dengan istilah mblondoni,” katanya.

    Setelah diblondoni adonan lantas dikukus. Langkah selanjutnya yakni dimasukkan mesin molen untuk diplender yang akan menghasilkan adonan mirip mie yang kemudian dibentuk angka delapan. Proses itu disebut “dibundel”. ”Usai proses membentuk angka delapan diakhiri dengan proses penggorengan untuk menjadi kudapan khas Kebumen yang gurih,” papar Ratimin yang tidak lain pemilik usaha lanting Mekar Sari.

    Dalam kesempatan kali ini Ratimin, yang usaha semenjak tahun 2005 itu berpesan agar para siswa dapat menjadi pengusaha muda. Kendati demikian para siswa tidak boleh lupa untuk terus belajar.  “Ilmu merupakan hal yang paling utama untuk bekal dikemudian hari,” paparnya.

    Omset pengusaha lanting, sebenarnya cukup menjanjikan. Dengan menggeluti usaha tersebut Ratimin mampu berpenghasilan delapan juta perbulan. Adapun satu ton ubi dapat menghasilkan lima kuintal lanting dalam sekali produksi. Bukan hanya semata-mata soal hasil, usaha membuat lanting juga cukup menyerap banyak tenaga kerja di desa setempat.

    Sementara itu Aulia Rahmadina salah satu siswa yang mengikuti field visit menuturkan sangat senang dengan kegiatan tersebut. Pasalnya para siswa dapat belajar langsung untuk membuat lanting mulai awal hingga proses menggoreng.

    Dari hasil wawancara dengan pemilik usaha rumahan lanting, lanjut Aulia, produknya telah dipasarkan hingga ke Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. Di musim penghujan produksi lanting juga terhambat karena bahan baku berupa ubi sulit didapatkan. Musim hujan membuat ubi terlalu banyak kandungan air dan warnanya pucat. Tak hanya itu saja, kayu bakar sebagai bahan bakar untuk menggoreng juga tak kunjung kering yang akan memperlambat produksi. “Katanya, produk kudapan khas Kebumen ini masih membutuhkan perhatian dari pemerintah. Hal itu meliputi peralatan modern yang berbahan stenlis agar lebih higenis,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top