• Berita Terkini

    Rabu, 24 Januari 2018

    Getaran Gempa Banten Sampai Ke Jakarta, Gedung-Gedung Tinggi Dievakuasi

    JAKARTA – Setelah Gempa Tasikmalaya pada Desember lalu, pulau Jawa Bagian barat kembali diguncang gempa berkekuatan 6,1 Skala Richter (SR) kemarin (23/1) pada pukul 13.34 WIB. Episentrum berada di 81 Km barat daya kabupaten Lebak, Banten. Tepatnya 43 km arah selatan Kota Muarabinuangeun, Kabupaten Cilangkahan.


    Getaran terasa kuat di Jakarta. Terjadinya peristiwa di siang hari membuat kepanikan utamanya di kawasan perkantoran dan gedung-gedung tinggi. Di sepanjang Jalan HR. Rasuna Said, para karyawan dan penghuni kantor dievakuasi keluar gedung. Demikian juga rumah-rumah sakit melakukan evakuasi pasien.


    Daryono, Kabid Gempa BMKG mengatakan pada 5 menit pertama pasca gempa, BMKG merekam magnitude (kekuatan gempa) 6.4 SR dengan kedalaman 10 Km. Namun, setelah dilakukan pemutakhiran data, diperoleh bahwa magnitude gempa adalah sebsar 6,1 SR di kedalaman 61 kilometer.


    ”Gempa ini termasuk gempa kedalaman menengah. karena dalam, maka spektrum getarnya luas dari Lampung hingga Yogyakarta,” katanya pada Jawa Pos kemarin (23/1).


    BMKG mencatat getaran meliputi wilayah Jakarta, Banten, Lampung, Jabar hingga Jateng. Jakarta  sendiri masuk dalam lingkaran IV hingga V MMI (modified mercalli intensity). Demikian juga dengan Bogor dan Tangerang Selatan. ”Kalau sampai VI MMI berpotensi kerusakan,” kata Daryono. 


    Sementara itu Bandung, Purwakarta, Kebumen terekam II hingga III MMI, dilanjutkan dengan Lampung dengan getaran II MMI. BMKG mengkonfirmasi bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami. ”Dengan kedalaman 60 km, tidak cukup membuat deformasi dasar laut, sehingga tidak berpotensi tsunami,” Jelas Daryono lagi.


    Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis laporan sementara bahwa gempa menimbulkan ratusan rumah mengalami kerusakan. Di Kabupaten Cianjur, 6 pelajar SMK Tenggeung luka berat dan 2 pelajar luka ringan akibat tertimbung genteng yang runtuh. 1 rumah dilaporkan rusak berat di Desa Tanggeung. 1 lagi di Desa Pagermaneuh.

    Di Kabupaten Sukabumi terdapat 9 rumah rusak ringan, 1 rumah rusak sedang, 1 masjid rusak berat, dan 2 fasilitas umum kesehatan rusak ringan.


    Di Kabupaten Bogor,  rumah dan bangunan mengalami kerusakan di Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Nanggung, Kecamatan Megamendung, Kecamatan Caringin, dan Kecamatan Cijeruk. Sebanyak 7 rumah rusak berat dan 5 rumah rusak ringan. ”Data akan bertambah karena diperkirakan masih terdapat bangunan yang rusak,” kata Kepala Pusdatin dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.


    Di Pandeglang, Aula SMA CMBBS Pandeglang roboh dan beberapa rumah mengalami kerusakan. Di Banten terdapat  115 rumah rusak, 1 masjid rusak dan 1 puskesmas rusak. Belum ada laporan korban jiwa.


    Sutopo mengatakan, BPBD bersama stakeholder terkait masih melakukan pendataan dampak kerusakan akibat gempa 6,1 SR. Dampak kerusakan dipastikan akan terus bertambah seiring dengan pendataan yang dilakukan.


    Sutopo meminta masyarakat untuk tetap tenang serta tidak terpancing  oleh isu-isu yang menyesatkan bahwa akan terjadi gempa susulan yang lebih besar. Iptek yang ada saat ini belum mampu memprediksi gempa secara pasti. Wilayah Selatan Jawa memang merupakan wilayah rawan gempa dan sering digoyang gempa-gempa besar. ”Saat merasakan guncangan gempa segera keluar rumah atau mencari tempat-tempat yang aman,” katanya.


    Ahli gempa Institut Teknologi Bandung (ITB) Irwan Meilano menuturkan sempat kaget ketika melihat informasi awal bahwa kedalaman gempa di Kabupaten Lebak, Banten berada di angka 10 km. ’’Tetapi kemudian di-update jadi 61 km,’’ katanya saat dihubungi kemarin.



    Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB itu menjelaskan dari titik kedalaman itu, gempa di Lebak kemarin siang masuk kategori medium. Dia mengatakan gempa di Lebak ini identik dengan gempa di Tasikmalaya yang terjadi pada 15 Desember 2017 lalu.



    Irwan mengatakan gempa di Lebak kemarin itu terjadi karena ada patahan di bagian dalam lempeng Australia yang bertemu dengan pulau Jawa. ’’Terjadinya di bagian bawah kedua lempeng,’’ tuturnya. Sedangkan untuk gempa besar yang terjadi di Pangandaran, Aceh, Padang, dan Nias beberapa tahun lalu, merupakan gempa dangkal. Dimana kedalaman titik pusat gempanya kurang dari 30 km.



    Menurut Irwan di sepanjang pulau Jawa bagian selatan, cukup banyak potensi gempa. Dari segi dampaknya, Irwan mengatakan gempa kategori medium seperti ini memiliki tingkat megnitudo sekitar 6 – 6,5 SR. Berebda dengan gempa dangkal yang bisa mencapai 8 SR.



    Gempa dengan kedalamam medium seperti di Lebak kemarin sering dirasakan dalam radius yang cukup luas. Kemudian meskipun di titik terjauh, getaran masih dirasakan cukup kencang. Menurut Irwan fenomena ini merupakan efek dari adanya amplifikasi atau penguatan getaran gempa. Fenomena amplifikasi ini terjadi ketika gempa melewati daerah yang tanahnya halus.



    Irwan menjelaskan gempa di Lebak, dan sebelumnya di Tasikmalaya menyampaikan pesan bahwa pulau Jawa bagian selatan dekat dengan gempa. Untuk itu masyarakat dan pemerintah diharapkan waspada dan tanggap ketika gempa terjadi. ’’Waspada tanpa khawatir berlebihan,’’tuturnya.(tau/wan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top