• Berita Terkini

    Rabu, 17 Januari 2018

    Banyak Bangunan Keraton Solo Rawan Ambruk

    ISWARA BAGUS NOVIANTO/RADAR SOLO
    SOLO – Robohnya tembok di Prabuwinatan Keraton Kasunanan Surakarta, Senin malam (15/1/2018) sudah diprediksi sebelumnya. Meskipun sudah miring, pihak keraton tidak berani melakukan perbaikan.


    “Temboknya miring itu memang lama. Sudah ada obrolan untuk memperbaiki. Tapi, setelah dilihat perlu pembangunan total bukan perbaikan, ya kita tunggu robohnya saja. Karena kalau belum roboh sendiri, kami memang tidak berani merobohkan,” beber adik Paku Buwono (PB) XIII Hangaebehi, GKR Wandansari, Selasa (16/1).
    Sentana dalem yang akrab disapa Gusti Moeng itu menuturkan, ada beberapa titik tembok rawan ambruk di kompleks keraton. Mulai dari tembok benteng dalam keraton, dan bangunan lainnya. Paling parah adalah Ngelos dan Ngabean.


    Titik kerawanan disebabkan dua bangunan itu langsung bersinggungan dengan permukiman warga. “Ngelos adalah tempat yang diberikan PB X untuk para abdi dalem yang semuanya buta. Karena sering sowan sama raja, makanya diberikan tempat tinggal yang dekat dengan Sasana Putra (tempat tinggal raja),” beber Moeng.

    Sedangkan bangunan Ngabean, lanjutnya, tepat bersebelahan dengan Ngelos. Memanjang hingga barat Dalem Kayonan. Ngabean dan Ngelos cukup lama tidak terpakai sehingga kurang perawatan. Kondisi yang mengkhawatirkan juga terlihat di bangunan Keputren. Namun, karena sudah dikosongkan jadi lebih aman.

    Sebab itu, Moeng berharap proyek revitalisasi lanjutan segera diwujudkan. “Revitalisasi kini tinggal penyelesaian museum. Kalau Kamandungan dan dalam keraton sudah selesai tahun lalu, tapi belum menjangkau semuanya,” tuturnya.

    Adik Sinuhun lainnya, GPH Suryo Wicaksono tidak menampik munculnya retakan-retakan di bagian tembok keraton lainnya. Termasuk di sekitar Prabuwinatan. Penghuni kompleks Prabuwinatan yakni Prabuwinoto telah meninggal dunia. Dampaknya, kawasan tersebut tidak terawat sejak sekitar lima tahun terakhir.

    “Saat ini sedang dievaluasi dan verifikasi oleh BPCB (Balai Pelestarian Cagar Budaya). Masih banyak tembok-tembok lain yang juga retak. Harapan kita akan dilakukan perbaikan di anggaran 2018 jika memang memungkinkan,” urainya.

    Sementara itu, kemarin, tim pengkaji BPCB Jateng melakukan survei kemudian menggelar rapat tertutup di Sasana Putra selama dua jam. Di luar ruangan, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surakarta menebang pohon yang disinyalir akarnya merangsek fondasi tembok hingga menyebabkannya ambruk.

    “Tembok ini memang sudah tua. Konstruksinya juga sudah dimakan usia. Ditambah ada sebab lain yaitu pohon dan alam di mana konstruksi tembok terangkat oleh akar pohon. Itu dari analisis awal kami,” ujar koordinator tim pengkaji BPCB Jateng Wahyu Broto Raharjo.

    Mengingat tembok tersebut merupakan bagian benda cagar budaya (BCB), maka proses perbaikan harus didahului dengan kajian. Sembari menunggu hasilnya, Wahyu meminta pihak keraton membuat penguat sementara pada dinding bangunan bekas gudang alat-alat kelistrikan tersebut.

    “Jalan di sekitar TKP disterilkan dari kendaraan dulu. Kita mengantisipasi hal-hal tidak terduga. Pertama getaran dari kendaraan, yang paling rawan rasa ingin tahu masyarakat,” ungkapnya.

    Soal bangunan lain di keraton yang rawan ambruk, Wahyu dan timnya masih melakukan penyisiran dan pendataan secara menyeluruh. “Anggaran perbaikan nanti dari APBD dan APBN. Apalagi ini cagar budaya tingkat nasional. Jadi betul-betul harus dijaga dan dilestarikan. Kita bangun sama persis seperti semula,” katanya.
    Salah seorang kerabat keraton KP. Eddy Wirabhumi menuturkan, pihaknya tidak mau gegabah memperbaiki tembok. “Memang ada rencana diperkuat dengan beton. Tapi kami harus hati-hati jangan sampai karepe bener ning carane (maksud hati benar, tapi caranya) salah malah jadi masalah. Yang bisa kita lakukan sementara menjaga agar bangunan bekas gudang ini tidak ikut ambruk dan membersihkan puing-puing,” bebernya.

    Terkait anggaran perbaikan, Eddy menyebut akan ada bantuan dari pusat. “Peruntukan dana masih menunggu skala prioritas dari kajian BPCB Jateng. Apakah yang roboh dulu, atau juga untuk tembok lain yang hampir roboh,” ucapnya.

    Kasi Kedaruratan dan Kebencanaan BPDB Surakarta Dono Tumpo evakuasi dahan pohon dan puing-puing tembok dilakukan sesuai arahan keraton. (ves/atn/wa)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top