• Berita Terkini

    Senin, 15 Januari 2018

    Arum Setiadi, Desainer di Balik Produk Kaus Putra Presiden

    Tidak Jeli, Gambar Kecebong Bisa Dikira Tahi Lalat

    Pertengahan 2017, putra bungsu Presiden Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep meluncurkan produk kreatifnya berupa kaus berlogo kecebong. Siapa gerangan yang mendesain gambar tersebut?
    -----------------------
    SILVESTER KURNIAWAN, Solo
    -----------------------

    DI pasaran, kaus “Kolektor Kecebong” telah diluncurkan sebanyak tiga seri. Nah, secara langsung maupun tidak langsung, Arum terlibat dalam menyukseskan kaus tersebut. Bagaimana ceritanya pria kelahiran Boyolali 24 Desember 1986 itu bisa bergabung dengan bisnis Kaesang?

    “Guratan takdir mungkin. Proyek “Kolektor Kecebong” mulai diobrolkan secara intens sejak awal 2017 hingga berhasil di-launching akhir Agustus 2017. Sebenarnya ya memang benar-benar kebetulan. Lha wong sama Mas Kaesang itu sebetulnya tidak kenal. Pokoknya panjang ceritanya,” beber Arum di sebuah kedai kopi pinggiran Alun-Alun Kidul Keraton Kasunanan Surakarta kemarin.

    Sebelum menjadi desainer gambar kecebong, Arum merupakan komik (sebutan artis stand up comedy) sejak 2013. Lantaran sering tampil dari panggung ke panggung, dia mengenal seseorang orang yang belakangan diketahui mengurus segala keperluan di kedai Markobar (bisnis kuliner Gibran Rakabuing Raka, putra sulung Jokowi).
    Arum kemudian dipercaya mengisi acara pembukaan cabang baru Markobar di Bandung pada 2015. Dari situ, dia mulai mengenal Gibran. “Saya kurang tahu pastinya bagaimana kenapa saya bisa digandeng Mas Kaesang. Saya pikir mungkin rekomendasi dari Mas Gibran. Bisa jadi juga sudah lihat portofolio saya,” ungkapnya sambil menyeruput kopi panas.

    Selain aktif di stand up comedy, Arum juga berprofesi sebagai komikus. Karyanya banyak digunakan menghiasi sampul buku dan majalah. Berbeda dengan stand up comedy, yang hanya sebagai pengisi waktu luang, bidang ilustrator bisa disebut sebagai mata pencaharian pokok.
    “Apa ya, boleh dibilang komikus, boleh juga kartunis. Tapi sepertinya lebih cocok pelaku seni saja. Lha wong saya gambar iya, akting iya, band-band-nan (bermusik) juga iya,” ujarnya.

    Sejak kanak-kanak, pria yang selalu tampil ceria ini gemar menonton film kartun. Baginya, hari Minggu menjadi saat paling spesial karena di layar kaca banyak diputar beragam film kartun kegemarannya.

    Rupanya, bukan hanya sebagai penikmat, Arum mewujudkan tokoh kartun idolanya lewat gambar. Beranjak dewasa, kegemarannya menggambar kian serius. Yakni dengan mengikuti sejumlah kompetisi menggambar.

    Dia kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Seni Rupa (sekarang SMKN 9). Ilmu baru banyak didapatnya. “Di sekolah yang diajari banyak, melukis dan lainnya. Tapi paling senang itu sebenarnya bikin kartun. Karena jamnya tidak ada, saya biasa bikin kartun sendiri kalau di kelas,” ucap Arum.
    Dari hobinya menggambar tokoh kartun, Arum mulai merambah bidang komik. Untuk karya perdana, hanya didistribusikan ke teman-teman dan kenalannya yang lain. Bahasa yang mudah dipahami dengan tema kehidupan sehari-hari membuat karya komik Arum selalu dinanti.

    Baginya, melihat senyum dan gelak tawa teman sekelas usai membaca komiknya menjadi kepuasan yang tidak ternilai. “Ide (membuat komik, Red) bisa dari mana saja. Bisa dari jam pelajaran, bisa dari ketemu orang di jalan, atau di mana pun. Sda puluhan judul komik yang saya cetak mandiri. Sayang sekarang komik-komik saya sudah hilang,” katanya.

    Meski tak melanjutkan perguruan tinggi, bukan berarti Arum berhenti belajar. Interaksi dengan seniman dan mahasiswa seni menjadi modalnya meningkatkan kemampuannya. Hingga akhirnya nasib mempertemukan dia dengan Kaesang lewat proyek kaus “Kolektor Kecebong”. “Tema itu dipilih Mas Kaesang sendiri. Kenapa itu yang dipilih, saya kurang tahu,” ungkapnya.

    Selama menggarap bambar kasu “Kolektor Kecebong”, Arum dituntut lebih kreatif. Mengingat karakter kecebong cukup sulit diilustrasikan sesuai tema yang dipilih. Setelah bergelut cukup lama, akhirnya karakter “Kecu” (kecebong lucu) berhasil dirampungkan dalam dua hari.

    “Harus jeli. Kalau salah (gambar kecebong, Red) bisa dipikir sperma atau tahi lalat yang ada bulunya,” tutur Arum.

    Seri pertama “Kolektor Kecebong” laris manis. 1.000 potong kaus ludes dalam tiga minggu. Tim kreatif Kaesang tambah bersemangat hingga akhirnya seri kedua dan ketiga bisa diluncurkan dalam waktu bersamaan.
    Untuk seri kedua, desain kaus diisi oleh karakter tunggal bernama Kece Boy, sedangkan seri ketiga diisi karakter Gatot Kece. Lalu bagaimana cara menjaga ide biar tetap fresh? “Jangan bosen buat nongkrong,” tutup Arum. (*/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top