• Berita Terkini

    Sabtu, 30 Desember 2017

    Waspadai Penularan Difteri Lewat Terompet

    JAKARTA – Difteri menghantui masyarakat. Sebab penyakit tersebut mudah menular. Selain itu, jika tidak tertangani dengan baik, bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.


    Dalam seminar awam yang diselenggarakan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, spesialis medik mikrobiologi dr Anis Karuniawati SpMK menuturkan jika trompet bisa menularkan difteri. ”Selama lembab (bakteri difteri) masih bisa bertahan,” katanya. Sementara pada keadaan kering, bakteri Corynebacterium diphtheria bisa bertahan hingga dua hari sampai akhirnya mati. ”Meskipun kalau keadaan (bakteri difteri) teler, tapi kalau nempel ditenggorokan bisa hidup lagi,” imbuhnya.


    Difteri tidak hanya berbahaya bagi anak-anak. Menurut data yang dimiliki dr Nina Dwi Putri SpA(K), dari Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis FKUI-RSCM, hingga 20 Desember ditemukan 12 pasien difteri yang berusia 20 hingga 50 tahun. Data tersebut hanya di Jakarta saja. ”Difteri dewasa mulai banyak,” ungkapanya dalam acara yang sama.


    Penyakit tersebut menurut Nina merupakan penyakit yang mudah menular. Dia menyarankan untuk kontak langsung dengan penderita difteri minimal berjarak 1,5 meter. ”Kalau ada suspek, harus diperlakukan seperti pasien difteri. Sampai akhirnya hasil pemeriksaan menyatakan tidak difteri,” ungkapnya.


    Direktur Surveilans dan Kerantina Kesehatan Kemenkes  Elizabeth Jane Soepardi juga menuturkan jika difteri bisa mudah menular ke siapapun. Terompet bisa menjadi satu sarana. Dia menyarankan agar satu terompet diperuntukkan hanya untuk satu orang, tidak untuk ditiup secara bergantian. ”Menularnya paling kalau digunakan berpindah (bergantian). Ya, itu bisa, karena ludah kita menempel di mulut terompet. Penderita (difteri) kan tidak boleh tukar menukar peralatan makan, sama saja kan salah satu penyebarannya bisa lewat air liur,” ungkap Jane.


    Lebih lanjut Jane mengatakan jika pemerintah sudah mengantisipasi untuk perawatan pasien difteri. Misalnya saja untuk ruang isolasi. Pasien difteri memang harus ditempatkan di ruang khusus. Tidak dicampur dengan pasien lainnya. ”Ruang isolasi utk difteri ruang biasa saja. Rumah pun bisa dijadikan ruang isolasi,” ujarnya. Sehingga tidak ada kekhawatiran untuk kekurangan ruang isolasi di rumah sakit.


    Persiapan lainnya adalah adanya anti difteri serum (ADS). ”ADS saat ini cukup untuk sekitar 40 pasien,” ujarnya. Walaupun jumlahnya terbatas, Jane menuturkan jika ADS cukup. (lyn)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top