• Berita Terkini

    Rabu, 13 Desember 2017

    Teguh Hindarto : Waspadai Siklus Bunuh Diri Di Kebumen

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Banyaknya kasus bunuh di kabupaten berselogan Beriman ini ternyata tidak luput dari perhatian Pengamat Sosial Budaya Teguh Hindarto SSos MT. Pasalnya kasus bunuh diri di Kebumen tergolong banyak. Dari catatan Koran harian pagi Kebumen Ekspres saja, dari Bulan Agustus hingga Desember telah terdapat 18 kasus bunuh diri.

    Menurut Teguh, kejadian bunuh diri tersebut di Kebumen ternyata memiliki pola tersendiri. Sebab ternyata sepanjang Sepanjang 2015-2016 kasus bunuh diri ini tidak berkurang namun justru malah bertambah. Dari catatan Tahun 2015 telah terjadi beberapa kali kasus kematian akibat bunuh diri di Kebumen (10 Januari, 20 Maret, 10 April, 27 Agustus).


    “Sementara tahun 2016 sudah mencapai sepuluh kasus yakni 23 Januari, 9 Februari, 24 Maret, 10 April, 30 April, 8 Mei, 9 Mei, 22 Mei, 13 Juni, 23 Juni,” tuturnya, Selasa (12/12).

    Dari sejumlah analisis sosiologis komprehensif, kasus bunuh diri di Kebumen bisa dikategorikan Bunuh Diri Egoistik dan Bunuh Diri Anomik.

    Dimana Kabupaten Kebumen, sekalipun sebuah wilayah dengan mayoritas penduduk pertanian namun sedang mengalami pergeseran menuju semi industri sehingga menimbulkan perubahan-perubahan sosial yang cepat.

    Perubahan sosial yang cepat yang dipicu perkembangan teknologi informasi dan tidak diantisipasi dengan kesiapan mental dapat menimbulkan guncangan psikologis. Bagi mereka yang integrasi sosialnya lemah dengan keluarga, kelompok sosial dan keagamaan tentu akan mengakhiri dengan Bunuh Diri Egoistik.

    Sementara beberapa regulasi atau aturan-aturan dalam masyarakat terlalu longgar dan tidak berfungsi membendung arus perubahan sosial dan ekonomi sehingga membuat beberapa individu di wilayah Kabupaten Kebumen mengalami situasi “Anomie” alias kehilangan norma pengendali sehingga berakhir dengan bunuh diri.

    Untuk meminimalisir kejadian bunuh diri di Kebumen, menurut Teguh yang pertama yakni rumah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anggota keluarga. Dengan demikian mereka akan saling berinteraksi dan membangun integrasi psikologis melalui keterbukaan dan komunikasi yang dibangun. Integrasi yang sehat dengan orang-orang terdekat menghindarkan individu mengambil keputusan nekad  di saat kalut oleh tekanan.

    Kedua, sekolah harus menjadi tempat yang nyaman dan aman bagi peserta didik untuk membangun interaksi dan integrasi sosial dengan guru dan sesamanya sehingga mereka memiliki orang-orang yang dapat dipercaya manakala mereka mengalami persoalan yang berat dan tidak tergoda untuk mengambil keputusan jalan pintas melalui bunuh diri. “Sedangkan yang ketiga Pemerintahan Daerah melalui dinas terkait selayaknya memberi perhatian serius untuk menekan laju angka perilaku bunuh diri melalui kajian-kajian sosial dan penanganan terpadu,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top