• Berita Terkini

    Sabtu, 16 Desember 2017

    Musim Hujan Pendapatan Pengrajin Gula di Kebumen Menurun

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Datangnya musim hujan ternyata berpengaruh kepada penghasilan para pengrajin gula merah di Pesisir Pantai Selatan Kebumen. Pasalnya datangnya musim hujan kali ini ternyata berdampak pada berkurangnya jumlah nira yang dihasilkan dari setiap pohon kelapa.

    Umumnya, saat musim hujan datang maka  pohon kelapa justru akan menghasilkan lebih banyak nira. Namun entah kenapa pada musim hujan kali ini jumlah nira yang dihasilkan justru menurun.  Tidak hanya sedikit, penurunan jumlah nira bahkan mencapai sepertiga dari hasil biasanya.

    Salah satu pengrajin gula merah Neti (35) warga Desa Sidoharjo Kecamatan Puring menjelaskan, umumnya, dalam dua hari pihaknya dapat menghasilkan gula merah mencapai 15 kilogram. Namun pada musim hujan kali ini, pendapat membuat gula hanya mencapai 10 kilogram saja per dua hari. “Entah kenapa, seharusnya jumlah niranya lebih banyak, namun saat ini justru malah menurun,” tuturnya disela-sela mencetak gula, Jumat (15/12/2017).

    Ibu dua anak ini juga menjelaskan,  seperti pada umumnya warga pesisir, penghasilan utama masih mengandalkan pertanian dan peternakan. Peternakan seperti sapi bagi warga pesisir menjadi tabungan tersendiri saat menghadapi banyak kebutuhan. Adapun untuk keperluan kebutuhan hidup sehari-hari mengandalkan hasil pertanian. “Mayoritas penduduk di pesisir umumnya menjalankan tani ternak,” jelasnya.

    Untuk pekerjaan meladang dan mengurus ternak, umumnya dilaksanakan oleh suami. Sedangkan para ibu membantu saat suami tidak sempat mengurus ternak. Seperti itu pula yang dilaksanakan oleh Neti. Setiap hari Tuji (10) suami Neti, selalu mencari nira di pohon kelapa (nderes). Setelah nira terkumpul, maka tugas dari Neti adalah memasak agar nira menjadi gula dengan cara merebus. “Secara umum pekerjaan dilaksanakan secara bersama-sama. Namun dalam beberapa hal dilakukan dengan cara bagi tugas,” paparnya.

    Untuk membuat gula, lanjut Neti, perebusan nira setidaknya dilaksanakan selama 10 jam. Biasanya dilaksanakan mulai Pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB. Perebusan dilaksanakan menggunakan kayu bakat, sebab jika memakai elpiji tentu penghasilannya tidak seimbang dengan biaya yang di keluarkan untuk produksi. “Ya memakai kayu, kalau menggunakan gas tidak ketemu,” ucapnya, sembari menambahkan untuk setiap 1 kilogram gula dijual dengan harga Rp 11 ribu. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top