• Berita Terkini

    Kamis, 07 Desember 2017

    Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa di Cilacap Berakhir Ricuh

    BANYUMASEKSPRES
    CILACAP - Ricuh mewarnaia aksi unjuk rasa yang dilakukan sekitar 25 mahasiswa dari Komunitas Mahasiswa Pencinta Alam (KMPA) Ighopala Universitas NU Imam Al Ghazali (Unugha) Kesugihan, Cilacap, di depan Gedung DPRD Kabupaten Cilacap, Rabu (6/12/2017).

    Para mahasiswa peserta aksi saling dorong bahkan saling pukul dengan aparat kepolisian. Bentrok ini dipicu aksi corat coret yang dilakukan para mahasiswa. Tulisan "DPRD Tutup" dengan menggunakan pylox warna merah di pintu gerbang gedung Dewan itu membuat bentrok tak terelakan.

    Tindakan corat-coret oleh mahasiswa ini sendiri lantaran kesal karena mereka gagal bertemu dengan anggota Dewan yang membidangi lingkungan hidup. Melihat aksi mahasiswa itu, aparat langsung bereaksi dengan menarik keluar salah satu mahasiswa yang melakukan aksi tersebut dan mengamankannya ke tempat lain.

    Mahasiswa melakukan demo  karena prihatin dengan ulah penguasa, termasuk di Kabupaten Cilacap, yang terus-menerus melakukan eksploitasi alam tanpa mempedulikan rakyat. Selain itu, para penguasa dinilai dengan seenaknya menjual kekayaan alam kepada pihak asing, dengan membuka banyak industri yang tidak ramah lingkungan.

    Koordinator lapangan aksi, Qitfirul Rizal Aziz kepada wartawan mengatakan, persoalan lingkungan di Kabupaten Cilacap salah satunya disebabkan lemahnya fungsi pengawasan, hukum, tata kelola, hingga kebijakan pemerintah.  Di samping itu, kekayaan alam Cilacap menjadi magnet penarik investor untuk ramai-ramai mendirikan industri di Cilacap.

    "Rusaknya ekologi salah satunya terlihat dengan gundulnya Nusakambangan sebagai dampak dari korporasi-korporasi yang tidak bertanggung jawab," katanya sambil menunjukkan foto-foto Nusakambangan yang gundul.

    Menurutnya, penguasa harus bertindak tegas terhadap perusak lingkungan dari akibat maraknya industrialisasi.

    Dalam aksi yang dimulai pukul 10.30 WIB, para mahasiswa juga menggelar aksi teatrikal yang menggambarkan kecongkakan penguasa atas bumi pertiwi dan dijual seenaknya kepada pemodal asing dengan menawarkan bumi pertiwi dengan dikeruk sebanyak-banyaknya.

    Pada akhir teatrikal digambarkan bahwa rakyat yang merasa kehidupannya diusik memberontak, sehingga penguasa dan pemodal asing lari tunggang-langgang menyelamatkan diri. (rep/rud)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top