• Berita Terkini

    Kamis, 30 November 2017

    Siklon Cempaka Mulai Menjauh, Siklon 96S Mendekat

    JAKARTA – Dampak siklon tropis cempaka di hari keempat semakin meluas. Pemerintah menghitung sebanyak 1,8 juta penduduk terdampak banjir dan longsor akibat siklon tropis ini. Korban jiwa juga bertambah jadi 19 orang dari beberapa lokasi.


    Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan pada 28 November jumlah korban meninggal tercatat 15 orang. Kemudian pada 29 November jumlah itu bertambah menjadi 19 orang. ’’Memang ada kecenderungan dampak siklon cempaka meluas,’’ tuturnya di Jakarta kemarin (29/11).


    Data yang dihimpun BNPB menyebutkan sampai kemarin banjir masih merendam beberapa tempat. Seperti di Pacitan, Magetan, Wonogiri, Klaten, dan daerah lainnya. Dia menjelaskan dari 19 orang korban meninggal, 15 orang meninggal akibat longsor dan empat lainnya karena banjir.


    Selain itu banjir dan longsor telah merusak ribuan rumah, ribuan hektar lahan pertanian, dan sejumlah fasilitas publik terendam banjir. ’’Kerugian dan kerusakan ekonomi diperkirakan triliunan rupiah,’’ jelasnya. Sampai saat ini pendataan dampak bencana akibat siklon Cempaka masih dilakukan masing-masing Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).


    Di Wonogiri banjir meluas di 18 kecamatan. Kemuduian di Pacitan banjir menggenangi 13 desa di tiga kecamatan. Banjir di Pacitan ini membuat jalur selatan lumpuh total. Sementara itu di Jogjakarta banjir menggenang di 84 titik, longsor di 93 titik, dan puting beliung di 116 titik.


    Sutopo menjelaskan siklon tropis Cempaka akan bergerak menjauhi wilayah Indonesia mulai besok (30/11). Meskipun siklon mulai menjauh, tetapi masih memberikan dampak hujan deras dan gelombang tinggi di wilayah Jawa dan Bali. Khususnya di bagian selatan wilayah Bali. Untuk itu Sutopo menghimbau masyarakat tetap meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman banjir, longsor, dan puting beliung.


    Sementara itu kemarin pagi digelar rapat lintas kementerian dan lembaga terkait penanganan banjir dan longsor akibat siklon tropis. Rapat ini dipimpin oleh Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani. Dalam rapat Kepala BNPB Willem Rampangilei mengatakan, selain siklon tropis Cempaka, masih ada siklon baru yang kemungkinan akan lahir di wilayah Samudera HIndia. Siklon yang belum dinamai itu, kata Willem, juga kan memengaruhi kawasan selatan Jawa. Menurutnya, berdasarkan laporan dari BMKG itu, bibit siklon itu akan terus membesar.

    ”Kalau diperkirakan, yang paling kena duluan Jawa karena bibit itu lahir di lautan Hindia. (Dampaknya) Jawa bagian selatan," ujar Willem.


    Setelah Jawa, wilayah Indonesia lainnya juga tidak lepas dari ancaman cuaca buruk sebagai dampak dari siklon tersebut. Sebagai langkah antisipasi, BNPB telah berkoordinasi dengan sejumlah pemerintah daerah untuk menyiapkan logistik, konsep operasi, evakuasi, hingga komunikasi.


    ”Hampir separuh dari provinsi rawan terjadi banjir dan longsor untuk tahun ini. Kalau dilihat di peta bencana, dari Sabang sampai Merauke itu merah (rawan)," kata Willem.


    Willem menjelaskan, sejak awal akan memasuki musim hujan, pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi. Di Kulon Progo, Pacitan, Jogjakarta, dan wilayah-wilayah lain yang terdmpak bencana banjir dan longsor, pemerintah pusat memberikan pendampingan. Berupa peralatan dan logistik.


    Pemerintah Pusat sudah meminta Pemerintah Daerah yang rawan banjir dan longsor untuk menyatakan siaga-darurat. ”Kejadian banjir dan longsor sudah berulang terjadi sehingga antisipasi sudah dilakukan. Pada saat tanggap darurat, dengan status siaga-darurat. Maka posko sudah beroperasi,” kata Willem.


    Sedangkan saat bencana terjadi, lanjut Willem, yang utama adalah penyelamatan. Masyarakat dievakuasi, kegiatan SAR dilakukan, selanjutnya penanganan pengungsi dari mulai pemenuhan kebutuhan pokok permakanan, minuman, kesehatan semua dilakukan. ”Kami juga melaukan assessment terhadap kerusakan sehingga pemulihan bisa dilakukan secepatnya,” terangnya.


    Menko PMK Puan Maharani mengatakan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan K/L terkait untuk melakukan upaya antisipasi dan penanganan banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa wilayah di Indonesia.


    Berdasarkan data yang dimilikinya, sebanyak 1,8 juta orang merasakan dampak dari bencana banjir dan longsor yang terjadi tahun ini. Hingga tiga bulan ke depan, jumlah masyarakat yang terdampak juga diperkirakan akan bertambah. ”Berdasarkan data dari BMKG, puncak musim hujan akan terjadi para Desember 2017 hingga Februari 2018,” tutur Puan.


    Puan mengatakan, dia meminta K/L terkait untuk memberikan peringatan dini kepada semua pihak dan menyiapkan seluruh keperluan masyarakat. Seperti beras, logistik, air bersih, sanitasi, dan pelayanan kesehatan.


    Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa memastikan distribusi kebutuhan masyarakat bisa berjalan dengan lancar. Untuk beras, katanya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan para kepala daerah untuk mengeluarkan  cadangan beras pemerintah untuk dibagikan kepada masyarakat.


    ”Saat ini, cadangan beras pemerintah yang sudah keluar sudah 200 ton. Pemerintah sendiri punya cadangan nasional sebanyak 278 ribu ton beras. ini bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga korban banjir dan longsor, Gunung Agung, serta Gunung Sinabung,” terang Khofifah.


    Terkait dengan akses pendidikan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy mengatakan, dirinya sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan di daerah-daerah. Berdasarkan laporan yang diterimanya, hanya ada satu gedung sekolah yang betul-betul terdampak bencana.


    ”Sekolah SMK. Semua ruang kelasnya, ada 12 ruang kelas, terendam. Tapis ekolah lain terbilang masih aman. Tidak separah itu,” katanya.

    Muhajir menambahkan, secara umum, akses pendidikan tidak begitu terganggu. Menurutnya, sebagian besar sekolah saat ini telah menyelesaikan ujian semester dan sudah memasuki masa libur. (wan/and)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top