• Berita Terkini

    Sabtu, 11 November 2017

    Seorang Siswi SMP di Wonogiri Meninggal saat Upacara Hari Pahlawan

    HUMAS POLSEK PRACIMANTORO FOR RADAR SOLO
    WONOGIRI – Pastikan kondisi fisik Anda fit ketika beraktivitas cukup lama di bawah terik sinar matahari. Termasuk saat mengikuti upacara bendera. Sebab, kondisi tersebut bisa memicu terjadinya heat stroke.

    Heat stroke itu pula yang diduga menjadi penyebab meninggalnya Hilda Firdaus, 15, siswi SMP Muhammadiyah Program Khusus Pracimantoro saat mengikuti upacara bendera peringatan Hari Pahlawan di Lapangan Pracimantoro kemarin (10/11).

    Kepala sekolah setempat Kusnaini menuturkan, Hilda dan teman-temannya mulai mempersiapkan barisan untuk mengikuti upacara Hari Pahlawan tingkat Kecamatan Pracimantoro sekitar pukul 08.00.

    Siswi kelas 3 SMP ini kemudian mengeluhkan kepalanya sakit lalu pingsan. “Pingsannya sebelum upacara (dimulai, Red). Waktu baru di siap-siapkan. Mengeluh kepada temannya kepalanya mak clekit begitu,” tutur Kusnaini.

    Hilda lalu dievakuasi ke pinggir lapangan. Karena detak jantungnya terus melemah, dia segera dibawa ke Puskesmas Pracimantoro menggunakan ambulans. Di dalam ambulans, siswi warga Dusun Josari RT 1 RW 3, Desa Jimbar, Kecamatan Pracimantoro ini sempat muntah.

    Ketika tiba di puskesmas, anak sulung pasangan Suyono dan Supriyanti tersebut telah meninggal dunia. Kepala Desa Jimbar Sutrisno menuturkan, berdasarkan keterangan sementara dari pihak keluarga Hilda, murid yang dikenal ramah dan mudah bergaul itu tidak memiliki riwayat penyakit tertentu.

    “Belum pernah sakit. Tapi, saat upacara mengeluh pusing. Dilarikan ke puskesmas dan meninggal dunia,” jelasnya.

    Kepala Puskesmas Rawat Inap Pracimantoro dr. Dwi Cahyo Indriyanto memaparkan, dari gejala yang dialami Hilda, siswi tersebut diduga terserang heat stroke dan menyebabkan pingsan. Kondisi itu dapat terjadi karena faktor kepanasan akibat terpapar sinar matahari.

    “Pasien mengalami heat stroke biasanya langsung pingsan. Hal yang sama juga dialami dua siswi lain. Tapi, yang dua kondisinya langsung membaik,” terangnya.
    Menurut Dwi, Hilda juga mengalami gangguan pada pembuluh darah karena tekanan intrakranial-nya meningkat. Itu menyebabkan pasien tidak tertolong. “Tadi keluhannya nyeri kepala hebat. Di ambulans sempat muntah. Ini tanda-tanda kondisi tekanan intrakranial meningkat,” beber dia.

    Tim medis Puskesmas Rawat Inap Pracimantoro telah memberikan oksigen, pasang infus, resusitasi jantung paru (RJP), dan tindakan medis lainnya terhadap Hilda. Namun, Tuhan berkehendak lain.

    Kapolres Wonogiri AKBP Mohammad Tora melalui Kapolsek Pracimantoro AKP Kristiyanto menuturkan, pihak keluarga menerima kematian Hilda. “Sudah ikhlas. Tidak menuntut pihak mana pun atas meninggalnya korban,” katanya.

    Keluarga, tetangga, dan teman-teman tak menyangka Hilda begitu cepat meninggalkan mereka. Sebab, tidak terlihat tanda-tanda bahwa Hilda sakit. Saking terpukulnya, ketika jenazah Hilda tiba di rumah duka, sang ayah pingsan. Sedangkan sang ibu tak berhenti menangis.

    Sementara itu, hasil pemeriksaan polisi, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik pada tubuh Hilda. Dan dari keterangan sejumlah saksi, lanjut kapolsek, saat mengikuti upacara bendera, Hilda tiba-tiba mengeluh sakit kepala. Guru pendamping kemudian menyuruh Hilda beristirahat.

    Ketika denyut nadi Hilda terus melemah, dia dibawa ke Puskesmas Rawat Inap Pracimantoro. Ketika dalam perjalanan, Hilda sempat tidak bernapas kemudian dibantu alat pernapasan. “Sampai di rawat inap, korban sudah dinyatakan meninggal dunia oleh dokter yang menangani,” pangkas Kristiyanto. (kwl/wa)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top