• Berita Terkini

    Rabu, 29 November 2017

    Gunung Agung Lontarkan Bebatuan Panas Sejauh 4 Kilometer

    fotorakadeny/jawapos
    KARANGASEM – Gunung Agung memasuki fase sangat kritis. Selasa (28/11) lima stasiun seismik gunung tertinggi di Bali itu mendeteksi tremor menerus dengan kekuatan melebihi kapasitas ukur seismograf atau biasa disebut tremor menerus over scale. Berdasar catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tremor menerus over scale disusul fenomena lontaran bebatuan panas ke sebelah utara gunung tersebut. Tepatnya di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem.



    Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG I Gede Suantika  menuturkan, tremor menerus over scale berlangsung selama setengah jam. Mulai pukul 13.30 WITA sampai pukul 14.00 WITA. ”Kami mencatat (tremor menerus) over scale sampai alat ukur kami tidak lagi bisa mencatat amplitudonya,” terang dia. Sekitar satu jam setelah tremor menerus tersebut, PVMBG menerima informasi lontaran bebatuan di Desa Dukuh dengan durasi singkat.



    Desa Dukuh merupakan salah satu wilayah yang masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) III. ”Jaraknya sekitar 4 kilometer dari puncak Gunung Agung,” ucap pria yang akrab dipanggil Suantika itu. Menurut dia, lontaran bebatuan terjadi lantaran kekuatan magma yang naik ke permukaan kawah sangat tinggi. Hasil pantauan sementara, besaran batu yang terlontar seukuran kepalan tangan orang dewasa. Bebatuan itu terlontar ke arah utara lantaran dinding kawah dibagian itu cenderung rendah.



    Meski belum mengambil sampel, PVMBG memperkirakan panas bebatuan tersebut mencapai 500 derajat celcius. ”Saya kira sangat panas,” imbuhnya. Beruntung Desa Dukuh sudah kosong. Masyarakat sudah dievakuasi sejak status Gunung Agung naik menjadi awas dua hari lalu (27/11). Sehingga tidak ada laporan korban pasca fenomena itu terjadi. Namun demikian, fenomena tersebut menunjukan gejolak energi magma di dalam perut gunung itu semakin tinggi.



    Secara langsung gejolak tersebut mendorong terjadi letusan lebih besar. Suantika menjelaskan, bukan hanya catatan seismograf yang menunjukan letusan Gunung Agung kian kuat. Melainkan juga fenomena yang tampak secara fisik. Termasuk di antaranya lontaran bebatuan yang terjadi kemarin. ”Selama ini hanya abu vulkanis. Sekarang material beratnya sudah dilontarkan,” terang dia. Untuk itu, dia mengibau masyarakat mengikuti setiap rekomendasi PVMBG.



    Yakni mengosongkan wilayah dalam radius 8 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Selain itu juga meninggalkan area perluasan sektoral yang radiusnya mencapai 10 kilometer untuk sektor utara – timur laut dan tengara – selatan barat daya. Sejalan aktivitas vulkanis yang terus meningkat, potensi letusan besar atau letusan utama pun semakin besar. Untuk itu, PVMBG juga terus mengevaluasi kemungkinan dilakukannya perubahan rekomendasi.



    Menurut Suantika, langkah tersebut akan dilakukan apabila hitung-hitungan petugas menunjukan bahwa potensi ancaman meningkat. ”Kalau sudah melewati batas, kami akan perluas lagi,” imbuhnya. Senada dengan Suantika, Kasubbid Mitigasi Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana menjelaskan, letusan yang terjadi kemarin siang terekam sebagai letusan dengan energi jauh lebih besar dari sebelumnya. ”Itu adalah letusan dengan energi terbesar sepanjang (Gunung Agung) krisis,” imbuhnya.



    Berdasar data dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, sejak pukul 00.00 WITA sampai pukul 18.00 WITA kemarin tremor menerus terjadi berulang. Selain itu, semburan abu vulkanis pun tampak sepanjang hari. Ketinggiannya bervariasi. Mulai 2.500 meter sampai 4.000 meter di atas puncak kawah. Selain itu, pantulan cahaya dari lava yang sudah berada di dalam kawah gunung pun masih teramati. ”Malam ini (Senin malam) anomali termal pertama Gunung Agung terdeteksi satelit NASA Modis,” ucap Devy.



    Berkaitan dengan data pengungsi, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali Dewa Made Indra mengungkapkan bahwa pergerakan masyarakat menuju sejumlah lokasi pengungsian masih terpantau sampai kemarin malam. Dia pun menyampaikan, jumlah pengungsi terus bertambah. ”Sampai sore ini (kemarin) sebanyak 38.678 jiwa,” terang dia. Seluruhnya tersebar di 225 titik lokasi pengungsian. Besar kemungkinan angkanya terus bertambah.



    Sesuai imbauan Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, sebagian besar masyarakat Karangasem yang tinggal di zona berbahaya sesuai rekomendasi PVMBG memilih lokasi pengungsian di wilayah Karangasem. Data BPBD Bali mencatat, jumlah pengungsi di wilayah tersebut sudah menembus 19.869 jiwa. Mereka tesebar di 103 lokasi pengungsian. Dari angka tersebut 1.303 jiwa di antaranya merupakan balita dan 1.876 lainnya merupakan lansia. Mereka masuk dalam kelompok rentan di pengungsian. (syn/)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top