• Berita Terkini

    Sabtu, 25 November 2017

    Banjir Rob, 43 Hektar Tambak di Pekalongan Gagal Panen

    MUHAMMAD HADIYAN
    PEKALONGAN- Tambak seluas 43 hektar di Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan mengalami gagal panen akibat rob yang melanda desa. Kadar garam yang terlalu tinggi membuat petani tambak merugi hingga ratusan juta.

    Hal itu diungkapkan Wahyu, perangkat desa setempat, kemarin. Menurut Wahyu, tambak yang mayoritas menggunakan sistem tancam di desanya sebagian tidak produksi. Pasalnya, selain merendam ratusan rumah, rendaman rob juga merambah ke area tambak. Akibatnya, 43 hektar dari 200 hektar tambak di desa tersebut gagal panen.

    "Selain itu, sebagian besar tambak juga hasilnya kurang baik. Mayoritas tambak bandeng di Desa Jeruksari pertumbuhannya lambat akibat kadar garam di tambak yang tinggi. Sehingga ikan tidak berkembang," ujar Wahyu.

    Ia menjelaskan, biasayanya untuk bisa panen petani membutuhkan waktu hanya empat bulan. Namun, karena kondisi air tambak yang bercampur rob membuat panen membutuhkan waktu hingga delapan bulan. "Itupun hasilnya jelek," kata dia.

    Dikatakan, selama musim rob ini, petani tambak mengalami ketakutan untuk menabur benih. Sebab, benih ikan banyak yang mati.

    "Bahkan banyak yang tidak bisa menabur lantaran menunggu kadar garam turun. Kalau kadar garam tinggi mereka kebanyakan enggak berani. Sebagian ada yang 'prei', ada juga yang sebagian menabur namun tidak banyak-banyak. Biasanya 10 sampai 15 ribu benih, sekarang cuma 3 ribu benih saja," terangnya.

    Diakui, rob akhir-akhir ini di desanya cukup tinggi. Genangan rob yang biasanya tidak sampai ke permukaan jalan utama, kini telah merendam jalan tersebut hingga ketinggian 10 sampai 15 centimeter. Bahkan di beberapa lokasi, kedalaman rob mencapai 40 centimeter. Kecipak rob di desa pesisir Kota Santri itu telah merendam 650 rumah warga.

    "Dari 1.400 rumah di desa ini, ada 650 yang tergenang rob. Airnya masuk ke rumah-rumah warga. Yang paling parah ada di Rw 3, 1, 5 dan Rw 7," jelas Wahyu.
    "Rob itu datang dan pergi mas. Setiap hari rob, sudah biasa. Kadang kalau sore datang, terus paginya surut. Setiap hari warga juga membersihkan lantai rumah mereka yang bekar genangan rob," imbuhnya.

    Meski sudah terbiasa dengan genangan rob, ia tetap berharap suatu saat desanya terbebas dari bencana tersebut. Sebab, bencana rob telah mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di desa pesisir Kabupaten Pekalongan itu terhambat.

    "Pertumbuhan ekonomi terganggu. Masyarakat sulit beraktivitas, susah bekerja, bahkan akses pendidikan juga ikut terganggu akibat rob," jelasnya.

    Wahyu berharap, pembangunan tanggul melintang di desanya dapat segera terealisasi agar rob tak datang lagi ke permukiman warga. "Sudah lama warga ingin bebas dari rob. Kami berharap, pembangunan tanggul melintang dapat segera dilaksanakan. Kabarnya tahun depan, semoga bisa terealisasi. Karena warga sangat menunggu pembangunan tersebut," tandasnya. (yan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top