• Berita Terkini

    Jumat, 13 Oktober 2017

    Sebelum Penembakan Anggota Brimob, Korban Sempat Nge-trail Bareng

    SUBEKAN/RADAR KUDUS

    BLORA – Sejumlah warga di sekitar lokasi penembakan sesama anggota Brimob di Blora masih tak percaya adanya insiden tersebut. Terlebih jika persoalannya dilatarbelakangi percecokan di antara ketiganya.

    Sebab, banyak warga yang melihat ketiganya sangat akrab. Sudah seperti saudara sendiri. Ke mana-mana sering bersama. Termasuk sebelum peristiwa itu berlangsung. Ketiganya sempat menjalankan hobi naik motor trail bersama.

    Seperti diketahui, tiga anggota Brimob Polda Jateng tewas dengan luka tembak di tubuhnya pada Selasa (10/10) lalu sekitar pukul 18.30. Mereka, Bripka Bambang Tejo, 36; Brigadir Budi Wibowo, 30; dan Brigadir Ahmad Supriyanto, 35. Sedangkan pelaku penembakan diduga Bripka Bambang Tejo.

    Setelah menembak dua rekannya menggunakan senjata laras panjang AK 101, Brigadir Bambang Tejo diduga bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri. Insiden ini terjadi saat enam anggota Brimob dilengkapi persenjataan laras panjang melaksanakan pengamanan pengeboran sumur minyak SGT, Selasa (10/10) lalu. Namun, pada saat pengamanan ini, dua orang anggota izin dan empat lainnya di lokasi.

    Jawa Pos Radar Kudus mencoba menelusuri jejak perjalanan sebelum terjadinya insiden tersebut. Lokasi tempat kejadian perkara (TKP) di SGT 01 Desa Karangtengah, Kecamatan Nagwen, Blora, masih dijaga ketat aparat kepolisian hingga kemarin. Awak media dan masyarakat umum masih belum diperbolehkan memasuki kawasan tersebut. Namun police line sudah tidak lagi menempel seperti hari sebelumnya.

    Sore itu, Putri Nuraini, 32, perempuan yang biasa mengirim nasi catering kepada petugas jaga masih tak percaya insiden itu. Sekitar pukul 17.15, dia masih mengirim jatah makan sore kepada belasan personel. Totalnya 13 bungkus.

    ”Saya sampai di tenda (camp, Red) ada empat TNI pada tiduran. Bukan tidur ya. Sedangkan tenda anggota Brimob kebetulan tertutup tidak seperti biasanya. Akhirnya saya ketuk dan dibukakan oleh Brigadir Ahmad Supriyono,” jelasnya.

    Dia menambahkan, salah satu anggota TNI saat itu sempat minta tolong dibelikan obat sakit kepala. Namun belum sempat dibelikan. Setelah sampai rumah, Putri lantas mendengar suara letupan dari TKP.

    ”Dua hari sebelumnya, (Bripka) Bambang Tejo meminta saya memasak nasi jagung dengan lauk gereh dan lombok yang banyak. Sekarang, pasca insiden ini saya tidak mengirim nasi lagi. Sudah ditarik semua,” jelasnya.

    Dia mengaku, hingga kemarin masih terbayang-bayang wajah para korban. Saat malam kejadian juga tidak bisa tidur karena ikut shock. ”Bambang dan Supriyono itu seperti saudara. Orangnya juga ramah. Wong saya sering lihat mereka selalu bersama-sama. Jadi kalau itu dibilang ada cekcok dan masalah pribadi, saya tidak percaya,” tegasnya.
    Sumarno, salah satu security di lokasi pengeboran SGT 01 Desa Karangtengah, Kecamatan Ngawen, Blora, mengaku, sebelum kejadian sekitar pukul 16.00, ketiga korban sempat trail-trailan di sekitar punden (makam yang disakralkan) di Desa Karangtengah. Selanjutnya, mereka mencuci sepeda motornya di bawah jembatan Sungai Lusi Karangtengah.

    Sekitar pukul 17.50 mereka masuk kerja. Dilanjutkan metting bersama rekan-rekannya. Saat itu dia melihat Bripka Bambang Tejo mencari obat sakit kepala di warung sekitar TKP. Namun Bambang tidak berhasil mendapatkan obat itu, karena tidak ada yang jual.

    ”Pembahasan dalam metting hanya sebentar. Sekitar pukul 18.10 para security bubar dan dia (Bambang) naik ke pos jaga yang jaraknya sekitar 25 meter dari lokasi metting. Tiba-tiba ada suara tembakan dari lokasi tenda jaga. Setelah itu Brigadir Ahmad Supriyono sudah terkapar,” jelasnya.

    Saat suara letusan ke-2, dia melihat ada salah satu petugas keluar dari kamar mandi (petugas yang selamat) dan hendak ke tenda, namun diminta Bambang untuk lari meninggalkan lokasi. Kemudian kembali terdengar letusan brondong dan mengenai Brigadir Budi Wibowo yang usai melaksanakan salat Maghrib. ”Terakhir ada suara letusan sekali lagi. Ternyata Bambang Bunuh diri,” jelasnya.

    Dia menambahkan, lokasi penembakan dengan pos satpam sekitar 150 meter. Sementara dari warung makan berjarak 125 meter. ”Saat ke warung (cari obat sakit kepala) Bambang sudah menggunakan seragam dan bersenjata lengkap. Dia (Bambang) jarang lepas dari senjatanya,” jelasnya.

    Melihat kejadian itu, security tersebut lantas menghubungi kepala desa setempat untuk mengabarkan insiden maut itu. ”Atasan saya yang memberanikan diri mendekati lokasi. Saya masih jaga di pos satpam sampai pukul 06.00,” jelasnya.

    Yasir, kades Karangtengah mengaku, mengetahui kejadian usai dikabari Sumarno. Dia juga sempat meragukan kabar tersebut. Namun setelah diyakinkan dia baru percaya. ”Saya lantas telepon Pak Camat,” jelasnya. (sub/lil)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top