• Berita Terkini

    Selasa, 31 Oktober 2017

    Mahasiswi Purwokerto yang Coba Bunuh Bayinya Dikenal sebagai Pribadi Tertutup

    PriEstanto/BanyumasEkspres
    CILACAP - Fitrianti Wibowo (20), mahasiswi perguruan tinggi swasta di Purwokerto, tengah membuat gempar masyarakat Kabupaten Banyumas. Itu setelah mahasiswi asal Kabupaten Cilacap tersebut mencoba mengakhiri hidup bayi perempuan yang baru saja dilahirkannya, menggunakan sebilah gunting, Sabtu (28/10/2017).

    Tindakan di luar nalar itu dilakukan Fitri di kamar mandi kost di Desa Dukuwaluh, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas sekitar pukul 00.15 WIB. Sejauh ini, kasus ini tengah ditangani aparat kepolisian.

    Di mata warga dan tetangga-tetangganya, Fitrianti berikut keluarganya dikenal sebagai pribadi tertutup.

    Setidaknya itu keterangan sejumlah tetangga mereka yang ditemui wartawan Banyumas Ekspres ketika mengunjungi rumah Fitrianti di RT 01 RW 09 Kelurahan Sidanegara, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, Senin (30/10/2017)..

    Pintu gerbang rumah yang dibuat dari besi teralis itu tertutup, meski jendela ada yang terbuka. Dan ketika mengucap salam hingga beberapa kali, tak ada jawaban dari dalam rumah. Sampai mendekat ke jendela yang terbuka pun tidak ada jawaban juga dari dalam.

    "Mereka jarang berkomunikasi dengan tetangga. Sepertinya keluarga yang sibuk," kata Ketua RT 01 RW 09 Parsin (59), Senin (30/10).

    Ayah Fitrianti, Bowo Subekti (45), diketahui sebagai karyawan kontrak di Pertamina RU IV Cilacap. Di rumahnya yang sekarang, Bowo Subekti baru tinggal sekitar dua tahun.  Istri Bowo, Sugiarti (42) merupakan istri kedua setelah dia bercerai dan mempunyai dua anak perempuan, yakni Fitrianti Wibowo dan seorang adiknya yang juga perempuan.

    Sugiarti, istri Bowo juga jarang keluar rumah sehabis pulang kerja di sore hari. Karyawan koperasi di Pertamina RU IV itu cukup aktif di arisan ibu-ibu setempat meski jarang bergaul


    Meski dikenal tertutup, Bowo dikenal orang yang cukup baik dengan tetangga. Ibadahnya juga dikenal baik, meski hanya saat bulan Ramadhan atau Idul Fitri. Selebihnya, warga mengaku tak tahu banyak.

    "Ketemu saja kadang-kadang. Namun, dia sangat mudah kalau soal sumbangan," imbuh Parsin. "Ya, mungkin karena orang yang berkecukupan," lanjutnya.

    Ketika ditanya bahwa Fitri juga dikabarkan meninggal, Parsin menegaskan belum mendengar kabar itu. Juga Bowo sendiri belum memberitahu ke RT. "Kalau toh saya mendengarnya, akses untuk bisa tanya langsung juga agak sulit, sebab pagar rumahnya selalu tertutup," katanya. "Bergaulnya kalau ada kegiatan kerja bakti dan arisan," sambungnya.

    Dan informasi tentang Fitri meninggal menurutnya masih simpang-siur Fitri dan adiknya, kata Parsin, sama. Mereka tak pernah  basa-basi.  Sehingga setiap bulan, Parsin selalu mengingatkan orang tua harus selalu memantau anak-anaknya yang sekolah atau kuliah di luar kota.  "Di sini kan ada semacam pengajian. Saya selalu memberi pengertian," ucapnya.

    Parsin menduga, psikologis Fitri terpengaruh oleh ibunya yang sekarang, sehingga diduga berpengaruh terhadap perkembangan mental anak tirinya. (rep)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top