• Berita Terkini

    Selasa, 03 Oktober 2017

    Magelang Bertekad Jadi Produsen Batik Terbesar di Kedu

    Wawalikota Magelang, Windarti Agustina/wiwid arif/magelang ekspres
    MAGELANG UTARA - Semenjak diakui oleh UNESCO menjadi warisan budaya, batik Indonesia terus berkembang. Daerah khas batik, sekarang tidak hanya dimiliki Pekalongan dan Solo, namun daerah lain pun punya ciri dan khas masing-masing, salah satunya Kota Magelang.

    Hampir tiap kelurahan di Kota Sejuta Bunga kini memiliki sentra batik maupun usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang terus berkembang. Pangsa penjualannya pun tidak hanya tingkatan lokal, bahkan hingga luar daerah.

    Dengan mengandalkan ciri khas masing-masing, Kota Magelang berhasil mendorong pertumbuhan industri batik, yang sudah menjadi tren gaya hidup masyarakat modern sekarang.

    Tak pelak, hanya dalam kurun waktu hitungan tahun, Kota Magelang yang semula hanya mengandalkan sektor jasa, kini mulai bergerak menjadi daerah produsen batik terbesar se eks-Karesidenan Kedu. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah setempat yang terus mendorong batik dijadikan pakaian identitas.

    ”Aparatur sipil negara (ASN) yang berada di lingkungan Pemkot Magelang, sudah menjadikan kebiasaan dan budaya pakai batik setiap hari Selasa-Jumat, dari lima hari kerja. Artinya, hampir tiap hari pegawai pakai batik,” kata Wakil Walikota Magelang, Windarti Agustina, saat dimintai pendapat bertepatan dengan peringatan Hari Batik Nasional, Senin (2/10).

    Menurut Windarti, tidak hanya satu motif batik yang menjadi syarat pakaian ASN. Pakaian batik pun harus disesuaikan dengan jadwal. Setiap hari Selasa memakai batik lurik, sedangkan hari Kamis dan Jumat, mengenakan pakaian batik lokal.

    ”Kita dorong supaya mulai dari pemerintah dulu memakai batik lokal, sekaligus sebagai penyemangat sentra batik dan UMKM di Kota Magelang. Ke depan kita arahkan ke ranah sekolah-sekolah, supaya pada hari tertentu, siswa bisa memakai batik lokal,” katanya.

    Menurut Windarti, perkembangan produsen batik di Kota Jasa, mengalami perkembangan yang cukup signifikan belakangan ini. Bahkan hampir tiap kelurahan kini sudah memiliki ciri khas masing-masing batik yang diproduksi.

    ”Hampir di 17 kelurahan ada (produsen batik) seperti Batik Kebonpolo, Batik Nanom, Batik Bayeman, Batik Kemirirejo, Batik Trunan, dan lainnya. Produksi mereka punya khas sendiri-sendiri, tapi tetap mencerminkan kearifan lokal,” paparnya.

    Ia berharap, tren positif ini diikuti industri batik untuk meningkatkan kualitas sehingga mampu bersaing dengan produk lokal daerah lain. Apalagi melihat pangsa pasar strategis di Kota Magelang.

    ”Potensi batik di Kota Magelang sangat besar. Tapi beberapa masih perlu inovasi biar bisa bersaing dengan produk daerah lain, seperti masalah pewarnaan, kualitas bahan, dan lain-lain, sehingga kualitasnya bisa terus meningkat,” tandasnya.

    Windarti mengaku para perajin batik tidak perlu khawatir terkait masalah pemasarannya. Pemerintah, katanya, siap menjamin dengan terus mendorong dan membuka peluang lebar, agar batik khas Kota Magelang tetap eksis.

    ”Jika kami ada undangan ke luar, saya dan Pak Wali, juga Forpimda selalu pakai batik khas Kota Magelang, sangat percaya diri. Ini juga bagian kami untuk terus memasarkan produk batik khas Kota Magelang,” ujarnya. (wid)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top