• Berita Terkini

    Rabu, 01 November 2017

    Kartu e-Tol Kanci-Pejagan Habis Terjual

    EKO FIDIYANTO/ RADAR BREBES
    BREBES – Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) untuk Tol Brebes dan Pejagan kehabisan kartu tol elektronik (e-tol). Kartu yang terjual habis hingga hari terakhir masa uji coba pemberlakuan transaksi nontunai, Selasa (31/10).

    Kepala Seksi Pengumpulan Tol Kanci-Pejagan Ian Dwinanto mengatakan, selama masa sosialisasi, sejak 16 Oktober hingga 31 Oktober di Pintu Tol Pejagan telah terjual sebanyak 1.600. Sedangkan di Brexit 1.800 kartu e-Tol. Karena itu, BUJT berkoordinasi dengan Bank Indonesia Tegal untuk meminta masing-masing cabang Bank untuk menyediakan kembali.

    ”Saya meminta kepada BI agar masing masing bank menyediakan kartu tol elektronik sebanyak 1000 kartu di tempat kami, dan meminta waktu sosialisasi diperpanjang,” ungkap Ian Dwinanto, saat berada di Pintu Tol Brebes Timur (Brexit) kemarin.

    Dia mengklaim, semua gardu titik masuk (entrance) di Pejagan hingga Brexit sudah terdapat alat gerbang tol otomatis (GTO). Namun, untuk pintu keluar (exit tol) diakui masih belum ada alat untuk penerapan non-tunai tersebut.

    Meski demikian, dia berjanji di akhir November nanti, GTO akan terpasang di semua titik pintu masuk dan keluar tol Pejagan-Brebes Timur. Adapun tiga titik masuk dan keluar tol Pejagan-Brebes, di antaranya di jalur Pantura Barat berada di Pejagan, Brebes Barat di Wanasari, dan Brebes Timur/Brexit di Kaligangsa.

    ”Dengan perpanjangan waktu sosialisasi, masyarakat masih bisa mendapatkan fasilitas pembelian kartu e-tol melalui program kartu unik. Yakni, kartu e-toll bisa didapat dengan harga murah. Bila warga membeli seharga Rp 50 ribu, saldo dalam kartu tersebut juga Rp 50 ribu,” ujarnya.

    Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Tegal Joni Marsius menegaskan, ada perpanjangan sosialisasi atau program kartu unik hingga 15 November mendatang. Dia mengklaim, stok kartu masih tersedia lantaran distribusi dari uang elektronik (e-money) gratis baru 30 persen dari keseluruhan. ”Padahal perbankan sudah menyiapkan 1,5 juta kartu e-money yang tidak dipungut biaya kartu,” ujar Joni.

    Sebelum kartu e-money gratis ini dibagikan, perbankan selaku penerbit membebankan Rp 20 ribu per e-money untuk biaya kartu. Dengan begitu, jika masyarakat membayar Rp 50 ribu, saldo di kartu adalah Rp 30 ribu.

    Namun demikian, untuk mempermudah mendapatkan e-money, perbankan menyubsidi Rp 10 ribu untuk biaya kartu. Sedangkan BUJT juga memberikam diskon Rp 10 ribu, sehingga pembeli akan mendapat kartu dengan saldo Rp 50 ribu tanpa biaya kartu.

    Sementara itu, seluruh pengemudi yang ingin melewati tol, sejak kemarin (31/10) tidak bisa lagi menggunakan uang tunai. E-tol sudah diterapkan di seluruh Indonesia setelah beberapa waktu diujicobakan. Ada beberapa hal yang sempat dikeluhkan. Namun pemerintah berdalih akan terus melakukan perbaikan sembari jalan.

    Antrean mobil sudah mulai mengular sejak di Flyover Semanggi kemarin pukul 15.10. Kendaraan roda empat atau lebih mengantre untuk masuk ke Tol Semanggi. Jarak antara flyover dengan gerbang tol kurang lebih 500 meter. Laju kendaraan melambat, hingga membutuhkan waktu 15 menit untuk masuk ke Gerbang Tol Semanggi.

    Di bibir pintu tol pun masih tak bisa berjalan lebih cepat. Malah mobil di depan mobil Jawa Pos berhenti agak lama. Dia membolak-balikkan kartu di mesin transaksi tol nontunai. Setelah menunggu kurang lebih 10 detik, mobil tersebut dapat melalui tol.

    ”E-tol ini bisa cepat kalau yang sopirnya bisa,” tutur Semy Thomas, pengemudi taksi online yang wartawan tumpangi. Dia menceritakan pengalaman pertamanya menggunakan e-tol yang membuat berkeringat karena mobil di belakang terus mengklakson, tidak sabar. Waktu pertama kali menggunakan, Semy salah meletakkan kartu. Dia meletakkan di monitor. ”Dibolak-balik tidak bisa. Ternyata salah tempat,” katanya kemudian tertawa.

    Selama perjalanan, pria yang tinggal di daerah Jakarta Timur itu menuturkan, jika dia memiliki empat kartu e-tol. Dia memiliki banyak kartu karena berbagai kesalahan yang dilakukan. Kartu kedua dimilikinya karena lupa membawa e-tol. Sementara kartu ketiga dan keempat dimilikinya lantaran saldo habis ketika masuk tol. Karena tidak bisa top-up, akhirnya dia membeli kartu yang waktu itu masih seharga Rp 50 ribu. ”Saldonya Rp 40 ribu,” ujarnya. Kartu ketiga dimiliki karena hal serupa.

    ”Dulu ada petugas tol yang meminjami. Misal masuk tol Rp 9000, kita bayar Rp 10.000. Sisanya buat dia,” ucapnya. Dia juga beberapa kali meminjamkan kartu e-tolnya kepada pengemudi di depannya karena saldo habis. ”Kalau pinjami kartu harus hati-hati. Bisa jadi kartu kita ditukar. Modus itu,” imbuhnya.

    Perjalanan terus berlanjut. Jawa Pos juga melewati tiga tol lainnya untuk melihat situasi. Tiga tol tersebut adalah Tol Gerbang Kayu Besar, Tol Kamal 1, dan Tol Meruya Utama 1. Disetiap transaksi, rata-rata menghabiskan waktu tiga hingga lima detik di pintu tol.

    Sementara itu di hari pertama penerapan e-money, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry Trisaputra Zuna memastikan bahwa seluruh gardu di semua gerbang tol sudah bisa melayanan transaksi nontunai. Namun, persentase transaksi nontunai masih belum mencapai angka 100 persen. Menurut Herry, pembayaran tol nontunai ada di angka 96 persen di Jabotabek dan 93 persen secara nasional.

    Sisanya, kata Herry, merupakan pengguna nontunai baru. Porsi tersebut, lanjut Herry, masih memerlukan bantuan petugas. ”Di gerbang tol, kami memang menyiapkan petugas khusus yang membagikan kartu dan membantu mereka melakukan transaksi tol nontunai,” kata Herry kepada Jawa Pos kemarin (31/10). (fid/lyn/and/fat)





    Berita Terbaru :


    Scroll to Top