• Berita Terkini

    Rabu, 04 Oktober 2017

    Gaganawati Stegmann, Diaspora Jerman yang Plesiran ke Jepara

    NOOR SYAFAATUL UDHMA/RADAR KUDUS 
    Ibu Rumah Tangga yang Berhasil Bikin Belasan Buku

    Menjadi ibu rumah tangga di Negeri Jerman tak membuatnya berhenti berkarya. Baru-baru ini Gaganawati Stegmann telah menerbitkan buku berjudul Exploring Hungary. Dia pun mengenalkan karyanya hingga ke Jepara.
    ---------------------
    NOOR SYAFAATUL UDHMA, Jepara
    =-------------------------------
    TUBUHNYA mungil. Ukuran sepatunya juga kecil. Hanya 36 cm. Namun jangan remehkan perempuan satu ini. Meski kecil, prestasinya cukup membanggakan. Ibu rumah tangga ini produktif menulis. Setidaknya ada delapan buku yang telah diterbitkan. Ribuan artikel juga telah dia buat.

    Usianya kini menginjak 41 tahun. Dialah Kanjeng Raden Ayu Gaganawati Dyah Panca Harsanti Stegmann. Namun dia biasa menggunakan nama Gaganawati Stegmann. Biasanya orang memanggilnya dengan Gana.

    Dia seorang diaspora. Orang Indonesia yang menetap di luar Indonesia. Gana sendiri saat ini menetap di Jerman, negara suaminya. Ya, Gana menikah dengan orang Jerman. Usai menikah, dia diajak suami menetap di Negeri Hitler. ”Kurang lebih 11 tahun lamanya saya tinggal di Jerman,” ungkap ibu tiga orang anak ini.

    Pertemuannya dengan suami juga terbilang unik. Mereka kenal lewat media sosial. Saat itu Gana iseng berkenalan dengan suaminya. Dia mengaku hanya ingin kenalan dengan warga asing dan tidak berniat untuk menikah. Namun lama-lama muncullah benih cinta di antara keduanya. Selang beberapa lama, suaminya lantas memintanya untuk menikah. ”Saat itu dia memberi saya cincin sambil berlutut. Sudah kayak di sinetron,” kenangnya lalu tertawa.

    Sejak beberapa hari lalu, Gana dan suaminya di Jepara. Mereka datang untuk berlibur sekaligus mengenalkan buku terbarunya berjudul Exploring Hungary. Buku tersebut dia tulis tentang tempat-tempat menarik di Hongaria. Tulisan ini berdasarkan pengalamannya pribadi. Dia tulis lengkap dengan jarak, alat transportasi, hingga biaya masuk wisata di Hongaria.

    ”Saya sudah berkunjung ke lebih dari 20 negara di dunia. Namun saya selalu jatuh cinta dengan Hongaria. Kami biasa berlibur di sana. Tempatnya asyik. Wisatanya unik. Menarik dan murah,” ungkapnya.

    Buku tersebut sengaja dia bawa ke Jepara. Sebab, Gana melihat di Kota Ukir banyak tempat wisata yang belum terekspose. Dengan bantuan buku ini pemerintah bisa mengembangkan tempat wisata agar banyak pengunjungnya.

    Dia mengaku profesinya sebagai ibu rumah tangga. Dia pun bangga akan hal itu. Kendati jadi ibu rumah tangga, Gana mengaku tugasnya sangat berat. Sebab, tidak punya pembantu. ”Kami di Jerman tidak ada pembantu. Bahkan orang kaya di Jerman juga tidak punya pembantu. Karena pembatu di Jerman jarang,” tegasnya.

    Karena hanya memiliki hobi menulis, di sela-sela kesibukannya Gana mengaku lebih aktif menulis. Tidak semata-mata untuk profit, namun karena senang menjalaninya. ”Jadi jangan cuma shopping. Berkaryalah selama kamu masih mampu,” kata perempuan kelahiran tahun 1976 ini.

     Dia mengaku menerbitkan buku tidak mudah. Misalnya buku Bertahan di Ujung Pointe yang baru terbit setelah empat tahun membuatnya. Pernah ditolak, ada diskusi, rewrite, pemotretan, debat tim, hingga hampir putus asa. Begitu juga dengan buku Exploring Hungary.

    Mendapat kunjungan dari Gana, mahasiswa Unisnu Jepara  terlihat antusias. Beberapa kagum dengan sosok Gana dan membeli bukunya. ”Saya suka sharing dengan mahasiswa di Unisnu. Senang ngobrol dan berbagi pengalaman dengan mereka. Anak muda harus senang menulis,” ucap perempuan yang tinggal di Hangenweg 11 Setingen-Oberflacht Germany ini.
    Gana juga telah menerbitkan buku Exploring Gernmany, 38 Wanita Indonesia, I’am Happy to be 40, dan beberapa buku motivasi lainnya. Selain itu dia juga aktif menulis artikel tentang tips menulis dan berbagai topik lainnya di blog pribadinya. ”Kalau tekun, tiga bulan bisa jadi buku. Kalian semua pasti bisa, orang saya yang IRT saja bisa,” jelasnya lalu tersenyum.

    Tak hanya mengenalkan buku, Gana sekeluarga juga menginap di salah stau resort di pantai Bandengan. Selain itu dia juga berkunjung ke perajin ukir dan membeli beberapa ukiran khas Jepara. Selain itu, dia juga berkunjung ke perajin tenun Troso. Melihat proses pembuatan dan membeli beberapa tenun Troso yang dibawa ke Jerman.

    ”Ukiran Jepara memang tiada duanya. Bagus dan detail. Selain itu tenun Troso juga salah satu kebanggan warga Jepara dan patut dilestarikan. Saya beli sekeluarga,” paparnya.

    Lahir dari orang tua yang berprofesi sebagai seniman membuat Gana selalu bersinggungan dengan seni. Ayahnya seorang dalang. Sedangkan ibunya sinden. Darah seni itulah yang membuatnya menekuni dunia tari.

    Sejak TK, dia sudah pandai menari. Mulai tari Semarangan, Denok, Srikandi, Jaipong, dan Bondan. Selain itu dia juga terbiasa dengan tari Roro Ngigel, Yapo, Kerinci, Bajidor, Belibis, dan beberapa tarian tradisional lainnya. ”Menari, menulis, berwisata menjadi bagian dalam hidup saya. Saya menikmati tiga kegiatan itu,” katanya lalu melihat matahari terbenam di pantai Bandengan.


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top