 |
| ILUSTRASI |
Namun di balik itu, ancaman berupa punahnya sidat juga menghantui. Mengingat sejauh ini, belum ada yang berhasil memijahkan sidat yang hanya terjadi di laut dalam tersebut.
“Selama ini budidaya sidat dilaksanakan dengan menangkap benih di alam. Saat hendak memijah, sidat akan menuju ke laut melalui sungai, maka dari itu jangan sampai menangkap sidat besar di muara sungai,” tutur Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen, La Ode Haslan melalui Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Kebumen, Sri Pambudi, baru-baru ini.
Siklus kehidupan sidat, jelas Sri Pambudi, mirip dengan ikan salmon. Sidat dewasa akan memijah di laut dalam. Setelah itu benih-benih sidat akan bergerak menuju sungai melalui muara, baru kemudian tersebar hingga ke sawah dan sungai-sungai kecil.
Saat benih sidat telah dewasa dan hendak memijah, maka induk akan bermigrasi menuju ke laut kembali. “Kebumen mempunyai potensi sidat sangat besar karena mempunyai empat DAS yang langsung menuju ke laut,” paparnya.
Terdapat tiga sungai besar yang langsung bersentuhan dengan laut, kata Sri Pambudi, yakni Lukulo, Wawar, Telomoyo dan Sungai Bodo. Selain itu terdapat beberapa sungai kecil yang tersambung dengan sungai besar seperti Sungai Tolang dan Sungai Kedungbenar. “Adanya berapa aliran tersebut, menjadi potensi besar bagi siklus kehidupan sidat,” tegasnya.
Mengambil dari alam untuk kebutuhan kehidupan manusia tentunya diperbolehkan. Kendati demikian itu harus dilaksanakan dengan bijaksana. Jika tidak maka akan terjadi eksploitasi yang mengganggu keseimbangan alam. “Jika tidak bijaksana bisa jadi sidat akan punah, maka selain kebutuhan konsumsi diperlukan pula kebijaksanaan untuk konservasi,” ucapnya. (mam)
