• Berita Terkini

    Jumat, 18 Agustus 2017

    Novel Dipastikan Bisa Melihat Lagi

    SINGAPURA – Umar tampak kegirangan saat berbaring diatas kereta dorong (stroller). Wajahnya berseri-seri. Kakinya menendang-nendang. Saat disapa, bocah berusia 7 bulan itu melempar senyum sambil mengangkat kedua tangan yang sedang menggenggam botol susu. Dia seolah ingin beranjak dari stroller dan bermain di lantai di rumah sakit di Singapura, tempat dia berada kemarin (17/8).


    Gelagat bahagia bocah tersebut sejalan dengan suksesnya operasi besar tahap I Novel Baswedan, penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan yang juga ayah Umar. Kondisi Novel relatif normal pasca menjalani operasi di rumah sakit mata terbesar di Singapura itu. ”Novel masih terbaring, mungkin efek biusnya masih kuat,” kata kakak kandung Novel, Taufik Baswedan.


    Pantauan Jawa Pos yang ikut mendampingi Novel, operasi tersebut berjalan sesuai rencana. Penyidik andalan KPK itu tiba di rumah sakit (demi keamanan, nama rumah sakit tidak disebutkan) pukul 06.37 pagi waktu setempat. Dia mengenakan jaket hitam dan celana warna cokelat. Wajah Novel tampak sumringah ketika memasuki lobi rumah sakit.

    Dari lobi, Novel menuju lantai 2 gedung rumah sakit dengan menaiki lift. Dia kemudian menuju ruang registrasi, tidak jauh dari pintu lift. Selama proses itu, Novel ditemani seorang penyidik KPK, dokter KPK dan Taufik Baswedan. Setelah selesai, Novel diarahkan masuk ke ruang ganti oleh petugas rumah sakit. Petugas juga mengecek berat badan dan tekanan jantung Novel.


    Setelah persiapan operasi selesai, Novel lantas memasuki ruang operasi di lantai yang sama pukul 08.15. Di rumah sakit itu, ada beberapa lantai dan area khusus yang tidak sembarang orang bisa masuk. Ada 4 dokter yang terlibat dalam operasi tersebut (untuk keamanan, nama dokter tidak disebutkan). Yakni, ahli kornea mata, retina, glaucoma, dan gigi.


    Para dokter itu merupakan tenaga medis terbaik di rumah sakit tersebut. Sebagian merupakan pejabat penting dan kepala sejumlah penelitian kesehatan mata yang diadakan pihak rumah sakit. Tiga diantara dokter tersebut bergelar profesor. Sebagian dari mereka sempat mengeyam pendidikan kedokteran mata di Jerman. Mayoritas operasi yang dilakukan tim dokter itu berjalan sukses.


    Pukul 13.35, operasi selesai dilakukan. Artinya, operasi yang dijalani Novel memakan waktu sekitar 5 jam. Setelah operasi besar itu, Novel dibawa ke ruang pemulihan (recovery) yang tidak jauh dari kamar operasi. Ada 4 orang perawat dan petugas rumah sakit yang mengawal perpindahan kamar tersebut. Mereka menjaga ketat mantan Kasatreskrim Polres Bengkulu itu.


    Sebelum pindah ke kamar recovery, salah seorang anggota tim dokter menyatakan Novel dalam kondisi baik. Tidak ada masalah berarti. Bahkan, dia memastikan mata kiri Novel bakal bisa melihat kembali setelah operasi tahap kedua nanti. Hanya, penglihatan tersebut tidak bisa sempurna seperti sedia kala. ”Kalau (hasil operasi) yang sekarang belum bisa melihat,” ujar dokter berkacamata itu.


    Setelah operasi kemarin, Novel akan menjalani perawatan intensif di rumah sakit hingga beberapa hari kedepan. Dia harus memulihkan bekas luka operasi artificial (transplantasi kornea) tersebut. Setelah operasi, mata kiri Novel kemarin masih mengeluarkan darah yang merembes. Artinya, bekas luka operasi belum benar-benar kering. ”Bicaranya juga masih sangat pelan,” kata Taufik.


    Pada saat operasi, tim dokter melepas gigi taring sebelah kanan Novel. Sebagian gusi lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1998 tersebut juga dipotong untuk ditempelkan di mata kiri. Fungsinya sebagai pengganti jaringan ring kornea yang mati karena siraman air keras pada 11 April lalu. ”Sempat dikasih minum setetes saja, katanya (Novel) perih banget,” terangnya.


    Sebelum memasang gusi, tim dokter lebih dulu membersihkan cairan-cairan yang menempel di mata Novel dengan cara disedot. Setelah bersih, tim dokter baru memasang gusi untuk mengembalikan fungsi jaringan ring kornea. Di operasi tahap II yang rencananya dilakukan 2 bulan mendatang, proses itu akan disempurnakan.

    Saat ini, Novel memang membutuhkan dukungan moril yang besar. Hal itu bisa meningkatkan motivasi Novel agar bisa segera pulih. Sebelum operasi, psikologis dua dari tiga bersaudara itu sempat menurun. Dia sampai tidak mau makan karena merasa terlalu lama menunggu jadwal operasi. ”Kita tahu sendiri, sudah 4 bulan lebih menunggu operasi,” ungkapnya.


    Dari sekian banyak keluarga, ibu Novel paling terpukul melihat kondisi anaknya. Ketika mendampingi di rumah sakit kemarin, ibu Novel (atas permintaan, nama tidak disebutkan) tidak kuasa menahan air mata. Begitu pula dengan istri Novel, Rina Emilda yang kemarin juga turut menemani sang suami. ”Namanya perempuan, biasa seperti itu,” tuturnya. (tyo)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top