• Berita Terkini

    Senin, 21 Agustus 2017

    Kunjungi Kebumen, Peneliti Belanda Akui Ada Dua Versi Kemerdekaan Indonesia di Negaranya

    FOTO-FOTOHAKAMFOREKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Perlawanan para pejuang di Kabupaten Kebumen merebut kemerdekaan pasca proklamasi 1945, khususnya pada peristiwa "Canonade of Candi"tahun  1947, menyita perhatian pemerintah Belanda.

    Melalui Nederlands Instituut voor Militaire Historie (NIMH), pemerintah Belanda mengirimkan seorang peneliti sejarah militer ke Kebumen, Azarja Daniel Harmanny, Sabtu (19/8/2017).


    Peneliti berusia 33 tahun itu kepada wartawan menjelaskan, NIMH adalah sebuah lembaga riset yang yang dibiayai pemerintah Belanda. Lembaga yang mengkhususkan diri di bidang militer tersebut berfungsi memberikan layanan publik terkait sejarah militer. Hasil penelitian INMH, menjadi rujukan baik pemerintah Belanda, perorangan dan pihak-pihak terkait.

    Baca juga:
    (Klarifikasi Soal Dua Versi Kemerdekaan RI, ini Penjelasan Azarja)



    Azarja menjelaskan, kedatangannya ke Indonesia dalam rangka menggali fakta sejarah khususnya pada masa dekolonisasi, kekerasan dan perang di Indonesia pada periode 1945-1950.  Kebumen menjadi salah satu tempat yang dikunjungi, karena di Kota ini pernah terjadi pertempuran di Karanganyar atau disebut "Canonade of Candi" pada 19 Oktober 1947.

    Peristiwa itu ditulis oleh sejarawan Kebumen asal Panjer, Ravie Ananda yang kemudian ditulis kembali dalam beberapa jurnal di negara belanda oleh Sejarawan Belanda yang pernah tinggal di Kebumen dan masih keturunan Direktur Mexolie pada masa kolonial, Conrad Worldring. Penulisan ini juga dibantu beberapa jurnal tulisan lokal dalam hal translate language (terjemahan bahasa).

    Tulisan Canonade of Candi mengungkap kebrutalan pasukan artileri Belanda yang membobardir pasar Candi, Desa Candi Karanganyar dan menewaskan 786 korban tak hanya gerilyawan, termasuk warga sipil.

    Inilah yang kemudian mendorong Pemerintah Belanda melakukan investigasi serius. Apalagi, data pemerintah Belanda menyebutkan korban tidak sebanyak itu.  Azarja lantas ditugaskan ke Indonesia, untuk mengetahui apakah ada indikasi kejahatan perang atau tidak dari pihak militer Belanda terkait peristiwa tersebut.

    Atau malah ada unsur politik dalam peristiwa tersebut. Termasuk hal lain yang terkait dengan peristiwa itu. Baik latar belakang, hingga dampak peristiwa tersebut sesudahnya.

    Unsur politis dimaksud, terkait kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Azarja mengakui, ada dua versi kemerdekaan RI bagi pemerintah Belanda. Yakni tanggal 17 Agustus 1945 dan tanggal 27 Desember 1949. Pemerintah Belanda melalui Perdana Menterinya pada awalnya hanya mengakui Indonesia merdeka pada Desember 1949. Dengan demikian, Pemerintah Belanda memiliki pembenaran terkait canonade of candi yang mereka anggap dalam masa perang.

    "Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, baru diketahui belakangan. Namun sudah ada pengakuan 17 Agustus Hari Kemerdekaan," katanya.

    Namun demikian, Azarja enggan berkomentar lebih jauh soal itu. "Itu sudah (masuk ranah) politik. Saya tidak sampai kesana karena saya disini melakukan riset (penelitian),"  tegas peneliti yang tinggal di Kota Den Haag Belanda tersebut.

    Azarja mengatakan, hasil penelitiannya di Indonesia tersebut nantinya akan dibuatkan buku.
    (cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top