• Berita Terkini

    Rabu, 30 Agustus 2017

    Eko Darmawanto, Dosen Unisnu Jepara yang Menciptakan Formula Ukir 3D

    DOK PRIBADI 
    Meneliti 13 Tahun, Bisa Mengukir Lebih Cepat dengan Hasil Sama

    Kini mengukir kayu bisa lebih cepat. Eko Darmawanto membuat mesin formula Ukir 3D. Alat tersebut mampu mengukir kayu dengan hasil yang tak kalah bagus dengan cara manual alias memakai tangan. Dia membuat alat tersebut setelah meneliti selama 13 tahun.
    -----------------------
     NOOR SYAFAATUL UDHMA, Jepara
    -----------------------
    PENAMPILANNYA sama seperti dosen pada umumnya. Sering menggunakan baju batik dan sepatu pantofel saat mengajar. Sikapnya juga ramah dan sopan. Saat diajak berbicara juga nyambung dan luwes. Karena masih muda, dia akrab dengan mahasiswa. Selain memiliki model pengajaran yang kekinian, dia juga tidak galak. Banyak mahasiswa yang suka dengannya.

    Namanya Eko Darmawanto. Dia adalah salah satu pengajar di Program Studi (Prodi) Komunikasi Visual Universitas Negeri Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara. Eko-sapaan akrabnya- mengaku, memang bercita-cita menjadi pengajar sejak dulu. Keahliannya di bidang desain komunikasi visual tak diragukan lagi.

    Untuk itu dia bertekad mencetak generasi muda yang melek desain komuniaksi visual (DKV). Sebab saat ini DKV digunakan oleh semua pekerjaan. Baik hotel, restoran, media, hingga pemerintah. ”Bikin iklan produk juga pakai DKV. Karena itulah lulusan DKV banyak dicari perusahaan,” ungkapnya.

    Lelaki kelahiran Jepara, 4 Oktober 1981 menambahkan, selama 13 tahun meneliti pembuatan ukir dalam bentuk 3D. Formula ini dipandang lebih kekinian daripada ukir konvensional yang membutuhkan waktu lebih lama. Sederhananya, formula ini adalah penggunaan desain 3D dalam membuat ukiran. Desainnya masih nonparametrik.

    Desain ini menggunakan komputer dan mesin Computer Numerical Control (CNC). Cara kerjanya dengan memasukkan desain yang sudah dibuat ke dalam komputer. Setelah itu komputer akan mengubah menjadi kode. Kode itulah yang dimasukkan ke mesin CNC. Nantinya mesin CNC akan mengeksekusi kode tersebut. ”Nanti kayunya diletakkan di mesin, lalu mesin CNC ini akan mulai mengukir,” jelasnya.

    Dia menjelaskan, ada beberapa kelebihan dari ukiran mesin CNC ini. Salah satunya durasi lebih cepat. Sebab ukiran standar dengan cara konvensional membutuhkan waktu sekitar dua minggu hingga satu satu bulan. Sedangkan dengan formula ukir 3D ini mampu mengukir 1-3 hari saja.

    Selain itu, cetak dengan skala besar akan memudahkan produsen. Sebab, cetakan tidak akan geser. ”Jadi bisa sama persis. Kalau tenaga manusia bisa bergeser atau tidak sama persis. Dengan formula ini dianggap lebih efisien untuk pembuatan ukiran skala besar,” jelasnya.

    Dia menambahkan, formula ini juga memiliki kelebihan filenya bisa langsung dicetak. Bahkan filenya masih tersimpan rapi yang dapat digunakan sewaktu-waktu. ”Sangat terukur. Jadi kalau ada pembeli yang ingin model sama bisa dibuatkan lagi,” papar bapak dua anak ini.

    Dia mengaku tidak mudah menemukan formula ini. Sejak 2000 lalu dia mulai meneliti. Namun baru selesai pada 2013 lalu. Untuk alatnya, dia mengaku sudah bermitra dengan CV Retro Kreasi Masemery, Semarang. CV inilah yang membantu formula ukir 3D-nya dapat diesksekusi. ”Wah kalau tidak bermitra dengan CV ini ya tidak bisa terwujud. Sebab kalau bikin mesin sendiri harganya bisa mencapai Rp 100 juta per mesin,” katanya.

    Lulusan S2 Pendidikan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) mengaku, alat ini membutuhkan daya sekitar 7.000 watt. Selain itu harus menggunakan operator untuk mengatur desain yang diinginkan. ”Alat ini mampu digunakan dalam 7x24 jam,” ujarnya.

    Karena baru, alat ini juga memiliki kekurangan. Kekurangannya tidak dapat memutar. ”Ini hanya tiga axis router. Jadi tidak bisa muter besar. Kalau yang bisa muter itu yang empat axis. Namun harganya bisa berkali-kali lipatnya,” papar lelaki yang berdomisili di RT 3 RW 1, Dukuh Mengaran, Desa Dorang, Kecamatan Nalumsari, Jepara.
    Alasan terbesar mencari formula ukir 3D ini, karena pasang surut ukir di Jepara. Eko juga berharap di era digital saat ini, masyarakat sudah mulai mengaplikasikan model ukir ini. Selain lebih cepat, hasilnya pun tidak kalah dengan ukir manual. ”Okelah mau nguri-uri budaya. Namun karena teknologi semakin maju, kita harus melek dengan hal itu,” jelasnya.

    Delapan tahun mengajar animasi di SMKN 2 Jepara membuatnya terus mengembangkan diri di era digital. Selama delapan tahun berturut-turut dia juga mendampingi lomba keterampilan siswa hingga tingkat nasional. ”Saya juga pernah dikriim ke Jogja untuk mengikuti pembinaan animasi dari Kemendikbud,” ucapnya.

    Eko juga mengabdikan diri di masyarakat dengan mengajari pembuatan minyak virgin.”Hidup lebih bermakna jika kita berbuat baik dnegan sesama,” imbuhnya.




    Berita Terbaru :


    Scroll to Top