• Berita Terkini

    Sabtu, 26 Agustus 2017

    32 Ribu Nahdliyin Tegal Unjuk Rasa Tolak Lima Hari Sekolah

    YERRY NOVEL/RADAR SLAWI
    SLAWI – Sekitar 32 ribu warga Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Tegal atau yang dikenal nahdliyin melakukan aksi unjuk rasa, Jumat (25/8) siang. Mereka memadati jalan utama Tegal-Purwokerto mulai dari Gedung NU Slawi hingga Taman Rakyat Slawi Ayu (Trasa). Dalam unjuk rasa itu, mereka menolak kebijakan Full Day School (FDS) atau lima hari sekolah yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

    Peserta aksi berasal dari Lembaga Pendidikan Maarif, Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI), Forum Komunikasi Diniyah Takbiliyah, Majelis Wakil Cabang (MWC) Nahdlatul Ulama (NU), Muslimat, Fatayat, Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), Badan Koordinasi (Badko) Taman Pendidikan Al Quran (TPQ), dan sejumlah warga NU dan masyarakat umum lainnya. Dalam aksi unjuk rasa itu, hadir pula Bupati Tegal Enthus Susmono dan sejumlah kiai serta tokoh NU.

    Orang nomor satu di Kabupaten Tegal ini menolak keras kebijakan FDS. Saat menyampaikan orasi di atas panggung, Enthus mengaku bakal menyurati Presiden RI Joko Widodo agar membatalkan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tentang FDS. Selain menyurati, dia juga berencana akan pergi ke Istana Negara untuk mendesak Presiden agar mengeluarkan Kepetusan Presiden (Kepres) ihwal pembatalan Permendikbud itu. ”Saya siap menerima sanksi dengan sikap saya ini menolak lima hari sekolah. Apapun konsekuensinya,” tegasnya.

    Ketua Pengurus Cabang (PC) NU Kabupaten Tegal Akhmad Was'ari juga mendesak agar pemerintah pusat membatalkan kebijakan tersebut. Dia mengungkapkan, warga Kabupaten Tegal juga merupakan bagian dari Bangsa Indonesia. Karena itu, dia meminta agar aspirasinya didengarkan dan ditindaklanjuti. Dia tidak ingin ada keributan antar organisasi Islam, yakni NU dengan Muhammadiyah.

    ”Muhammadiyah adalah kawan kita, tapi kita juga punya prinsip, rawe-rawe rantas malang-malang putung (artinya, segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan),” kata Was'ari saat menyampaikan orasinya di atas panggung.

    Tak hanya Was'ari dan Bupati Tegal yang geram dengan kebijakan tersebut. Rois Syuriah PCNU Kabupaten Tegal KH Chambali Utsman juga meminta agar FDS segera dibatalkan. Sebab, kebijakan tersebut dapat mengurangi jam belajar siswa di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) yang dilaksanakan setiap sore. ”Mari kita pertahankan MDA. Permendikbud (Nomor 23 Tahun 2017) harus dihapus,” ujarnya.

    Koordinator aksi Nurkholis mengatakan, unjuk rasa ini digelar untuk menuntut pembatalan Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017. Peraturan tersebut dinilainya bisa menghilangkan keberadaan MDA. ”NU punya andalan pendidikan yaitu madrasah. Kita juga punya TPQ. Itu jam pembelajarannya mulai jam 15.30 sampai 16.30. Kalau ini (FDS) diberlakukan, sama saja membunuh madrasah,” ucapnya.

    Dalam unjuk rasa itu, dia mengaku tidak akan menuntut Mendikbud diganti, tapi hanya ingin agar kebijakan tersebut dibatalkan. Aksi unjuk rasa itu, rencananya akan dilanjutkan di Jakarta dengan massa yang lebih banyak lagi. Namun, rencana itu dilakukan jika Permendikbud Nomor 23 Tahun 2017 tidak dibatalkan. ”Walaupun nanti Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) tapi Permendikbud itu belum dihapus, terpaksa kami akan menggruduk ke Jakarta,” tegasnya.

    Dia menambahkan, aksi unjuk rasa itu diikuti oleh 32 ribu orang yang berasal dari berbagai komponen dan lembaga pendidikan NU. Mereka dengan rela datang ke Gedung NU untuk menyerukan tentang penolakan tersebut. Termasuk Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) juga turut hadir dalam aksi itu. ”Di Kabupaten Tegal sudah ada sekolah yang memberlakukan FDS. Tapi mayoritas SLTA negeri,” pungkasnya.

    Sementara, puluhan ribu warga tampak memadati Jalan Ahmad Yani Slawi dengan berpakaian serba putih. Mereka juga membawa sejumlah spanduk dan poster yang berisi tentang penolakan FDS. Di antaranya, ”Sekolah Terus Kapan Ngajine”, ”Hilangkan Full Day School”, ”SMK NU Menolak FDS”,”Pendidikan Karakter Yes, Lima Hari Sekolah No”,”Jawane Apa? Balik Sore?? Nyangoni Ora Beee..”,”Aku Rindu Turu Awan”, dan ”Balik Sore Laka Dokar”.

    Aksi yang dimulai sekitar pukul 14.00 ini membuat ruas jalan di depan Terminal Slawi hingga kantor Koramil Slawi tak bisa dilewati oleh kendaraan karena tertutup oleh peserta aksi yang berjalan kaki memadati badan jalan. Sesampainya di depan Trasa, massa mendengarkan orasi dari para orator. Massa kemudian kembali ke Gedung NU Slawi kemudian membubarkan diri. (yer/fat)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top