• Berita Terkini

    Sabtu, 08 Juli 2017

    Sadap Pinus, Cara Warga Selogiri Bertahan di Wilayah Terpencil

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN-Mencari lapangan pekerjaan bukalah hal yang mudah di Desa Selogiri Kecamatan Karanggayam. Di desa yang langsung berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegera itu, mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani singkong.

    Adanya lahan milik Perhutani yang mempekerjakan warga menyadap pohon pinus sangat membantu masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.

    Desa Selogiri berada di kawasan perbukitan yang jauh dari pusat Kabupaten Kebumen. Selain itu sarana dan prasarana terutama akses jalan yang buruk, serta hancur membuat desa tersebut sulit berkembang.  “Mungkin Desa Selogiri adalah Desa tertinggi dan tertinggal di Kabupaten Kebumen,” tutur Arif Rifandi warga RT 4 RW 4 desa setempat, Jumat (7/7/2017).

    Dari pantauan Ekspres, akses jalan menuju Desa Selogiri memang buruk dan hancur. Jalan rusak menanjak dan berkelok di tengah hutan dan di samping jurang, membuat tantangan tersendiri bagi warga yang hendak menuju ke desa tersebut. Hal itu pula yang membuat masyarakat Desa Selogiri  kesulitan untuk berobat ke layanan kesehatan. Bahkan untuk menuju PKU Gombong saja, warga harus menempuh jalan yang cukup jauh. “Di sini mau berobat ke PKU saja transportnya sangat jauh,”  papar Karsinem (31) warga lainnya.

    Arif Rifandi menjelaskan, di Selogiri lapangan pekerjaan sangat minim, masyarakat umumnya hanya mengandalkan pertanian singkong yang dipanen sekali dalam se tahun. Selain itu terdapat pula pekerjaan yakni mengupas singkong dengan upah Rp 3 ribu perkilo. “Namanya juga desa tertinggal, mau bagaimana lagi,” terangnya.

    Selain bertani dan beternak, warga terdapat pula warga Desa Selogiri yang bekerja menyadap pohon pinus milik Perhutani. Adapun hasil getah pinus sadapan di jual ke Perhutani dengan harga Rp 3.350 perkilogram. Arif sendiri rata-rata mendapatkan 3 Kwintal getah pinus setiap bulannya. “Sebulan pendapatan dari getah pinus sekitar Rp 1 juta.  Adanya pekerjaan menyadap pinus sangat membantu warga,” terangnya.

    Untuk menambah penghasilan sebenarnya warga diperbolehkan menanam pohon kopi, petai jengkol atau kopi. Buah dari pohon yang ditanam itu dapat diambil, namun pohonnya tidak boleh ditebang. “Buah bukan kayu, kalau kalau mengambil kayu dilarang keras oleh perhutani,” ucapnya, sembari menambahkan pihaknya sangat membutuhkan bantuan bibit kopi untuk ditanam di lahan perhutani. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top