• Berita Terkini

    Selasa, 11 Juli 2017

    Jokowi: Polisi Jangan Arogan

    JAKARTA – Pembenahan internal masih menjadi pekerjaan rumah kepolisian di usianya yang ke-71 tahun ini. selain perilaku koruptif, arogansi sejumlah oknum polisi saat menggunakan kewenangannya juga masih menjadi sorotan. Polri diharap lebih banyak berbenah, mengingat institusi tersebut mulai mendapatkan kepercayaan kembali dari publik.


    Hal itu disampaikan Presiden Joko Widodo saat memimpin upacara Hari Bhayangkara di Lapangan Monas kemarin (10/7). Ada lima instruksi yang diberikan Jokowi sebagai pekerjaan rumah. ’’Tekan budaya negatif seperti korupsi, penggunaan kekerasan yang berlebihan, dan arogansi kewenangan’’ ujarnya.


    Dia tidak ingin hal-hal negatif itu menjadi cacat Polri, mengingat sejumlah survei menunjukkan bahwa kepercayaan publik semakin meningkat. Kepercayaan itu harus dijawab Polri dengan kinerja dan pelayanan publik yang jauh lebih baik.


    Sebagai gambaran, tutur Jokowi, Polri sudah dinilai mampu mengamankan sejumlah gawe besar tahun ini. Di antaranya adalah pilkada serentak 2017 di 101 daerah, pengamanan Ramadan, dan mudik lebaran.


    Selama Ramadan, situasi kamtibmas tergolong kondusif sehingga masyarakat bisa nyaman beribadah. ’’Lalu lintas mudik lancar, kecelakaan lalu lintas turun drastis, dan harga-harga kebituhan pokok juga stabil,’’ lanjut Presiden 56 tahun itu.


    Kapolri jenderal Tito Karnavian menjelaskan, pihaknya memang sengaja memundurkan jadwal peringatan Hari Bhayangkara tahun ini. ’’Karena ada arus mudik dan balik, semua konsentrasi di lapangan sehingga diundur tanggal 10 Juli,’’ ujarnya.


    Saat ini, Polri memiliki total . 423.624 personel. Para personel itu tersebar di pusat, 33 polda, 461 polres, 4.872 polsek, dan perwakilan di kedutaan-kedutaan besar Indonesia di luar negeri. Dua tahun belakangan, dibentuk dua polda baru, yakni Sulawesi Barat dan Papua Barat. Juga, delapan polda ditingkatkan statusnya menjadi polda tipe A yang dipimpin oleh Inspektur Jenderal.


    Mengenai instruksi Presiden, Tito berjanji berupaya lebih keras. ’’Kami sudah punya program pencegahan dan penindakan, termasuk saber pungli untuk internal,’’ terangnya. Begitu pula dengan program laporan LHKPN hingga aturan mengenai pembelian barang mewah.


    Begitu pula dengan arogansi dan penggunaan kekerasan secara berlebihan. ’’Orang sudah menyerah, mereka tidak boleh dikerasi,’’ lanjut alumnus Akpol 1987 itu. Tapi kalau si tersangka mengancam petugas yang bisa membahayakan nyawa, maka petugas diizinkan membela diri maupun anggotanya. Tito memastikan sebagian instruksi tersebut suidah dilaksanakan, dan sebagian lagi akan dirumuskan tindak lanjutnya.


    Di sisi lain, Tito juga mengisyaratkan tidak akan menjalankan masa jabatannya secara penuh. Tito lahir pada 26 Oktober 1964. Saat ini dia berusia 52 tahun, dan baru akan pensiun pada akhir Oktober 2022. ’’Terlalu lama, tidak baik untuk organisasi, tidak baik bagi saya sendiri,’’ tuturnya.


    Bagi organisasi, Polri butuh penyegaran dan pimpinan baru. Bila dia menjabat selama enam tahun, akan timbul kejenuhan pada organisasi, anggota, maupun dia sendiri. Apalagi kapolri merupakan jabatan yang tingkat stresnya tinggi. Karena itu, pada waktu yang dirasa tepat, kemungkinan dia akan mengajukan pensiun dini.


    Tito memastikan tidak akan terjun ke politik, karena tingkat stresnya juga tinggi dan berpotensi melahirkan musuh. Di negara-negara lain, hal itu sudah lumrah, terlebih bila yang bersangkutan merasa sudah berbuat banyak. ’’Saya juga punya hak untuk menikmati hidup bersama keluarga saya dalam kehidupan yang less stressfull,’’ tambahnya.


    Peringatan hari Bhayangkara kemarin dihadiri sedikitnya 2.408 personel Polri dari berbagai kesatuan.dalam kesempatan itu pula, ditunjukkan berbagai atraksi yang bertkaitan dnegan pelayanan polri. Seperti pengawalan menggunakan moge, hingga pengawasan udara menggunakan paragliding. (byu)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top