• Berita Terkini

    Sabtu, 03 Juni 2017

    Semarakkan Ramadan, Ibu-ibu di Solo Bikin Batik Kaligrafi

    ARIEF BUDIMAN/RADAR SOLO
    SOLO – Di bulan Ramadan, frekuensi tadarus Alquran serta membaca hadis-hadis meningkat. Ternyata, bukan itu saja. Banyak aktivitas keagamaan yang dikemas secara menarik. Di antaranya membuat batik kaligrafi ayat suci.

    Kegiatan bertema Keindahan Alquran Dalam Seni Batik yang dipusatkan di Masjid Agung Surakarta, Jumat (2/6), tersebut digagas oleh takmir masjid setempat menggandeng paguyuban kampung wisata batik Kauman, lengkap dengan duta batiknya.

    Puluhan santri Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfidz wa Ta'limil Qur'an (PPTQ) Masjid Agung Surakarta, para remaja masjid, dan warga Kelurahan Kauman, pagi kemarin mengelilingi tiga perempuan yang duduk di kursi kayu.

    Di hadapan mereka terdapat lembaran kain putih dikaitkan ke penyangga kayu. Di sisi kanan ibu-ibu berkerudung itu mengepul asap tipis dari malam yang dipanaskan.
    Ketika malam telah mencair, tangan kanan mereka buru-buru mencelupkan canting ke wajan berukuran mini kemudian menggoreskannya ke media kain putih untuk membuat pola kaligrafi ayat-ayat Alquran.

    Sekilas memang tampak mudah. Tapi, mereka harus hati-hati agar pola tulisan ayat yang dibuat tak satu pun salah. “Kegiatan ini untuk memeriahkan bulan Ramadan sekaligus syair Islam. Apalagi sekarang pembatik tulis sudah mulai langka,” ujar Gunawan Setiawan pengurus paguyuban Kampung Wisata Batik Kauman.

    Panitia, lanjut Gunawan, sengaja memilih peserta yang mayoritas dari kalangan muda agar mereka mengetahui bahwa membuat batik tulis tidak instan. Butuh proses. Yakni mulai dari membuat pola, membatik, mewarnai, dan sebagainya.

    Agar lebih mudah dipahami, belajar membuat kaligrafi batik tulis itu dibuat bertahap. Hari pertama kemarin, dikenalkan cara membuat pola yang baik dan benar. Tahapan ini menentukan hasil akhir batik.

    “Setelah membuat pola, dilanjutkan Jumat pekan depan dengan membatik, Jumatnya lagi mewarnai,” terang Gunawan.

    Membuat kaligrafi batik tulis tidak sesederhana ketika membatik untuk kemeja, sarung, selendang. Sebab, dituntut bukan sekadar indah. Ayat-ayat suci harus tertulis dengan benar. Karena itu, diperlukan cek dan ricek hingga beberapa kali.

    “Ketika dibuat pola dicek, saat dibatik dicek lagi, hingga setelah diwarnai juga dicek. Petugas pengeceknya dari Masjid Agung Surakarta. Tanda baca, huruf, semua harus sempurna,” beber Gunawan.

    Hasil akhir pembuatan kaligrafi batik tulis tersebut akan diserahkan oleh panitia kepada takmir Masjid Agung Surakarta. Rencananya akan dijadikan hiasan di kantor masjid atau sebagai suvenir.

    “Harapan dari paguyuban kampung wisata batik Kauman, batik tulis kaligrafi ini bisa menjadi produk unggulan. Bisa dijadikan cenderamata bagi wisatawan yang berkunjung ke Kauman, khususnya Masjid Agung Surakarta,” urainya. (wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top