• Berita Terkini

    Senin, 12 Juni 2017

    Lagi Gali Sumur, Warga Grobogan Temukan Fosil Gajah Purba

    KADES FOR RADAR KUDUS
    GROBOGAN – Bermula menggali tegalan untuk dijadikan sumur, Rusdi, 65, warga Desa Banjarejo, Gabus, malah menemukan potongan tubuh hewan mirip fosil gajah purba kemarin. Fosil itu berada di kedalaman 1,5 meter dari permukaan tanah.

    Menurut keterangan Rusdi, saat itu dia berencana membuat sumur untuk menampung air ketika musim kemarau. Namun saat penggalian tanah di kedalaman 1,5 meter, dia melihat ada benda mirip tulang yang berukuran cukup besar.

    ”Saya langsung memberhentikan penggalian dan menghubungi perangkat desa. Sebab, benda mirip fosil ini cukup besar. Saat itu saya melihat bagian yang mirip kaki dan gading dalam keadaan utuh,” katanya.

    Kepala Desa Banjarejo, Ahmad Taufik mengatakan, setelah dilakukan pengamatan ke lokasi oleh Komunitas Pecinta Fosil Banjarejo, diperkirakan fosil itu merupakan potongan gajah stegodon yang usianya diperkirakan 500 ribu hingga 1 juta tahun silam.

    ”Karena ada penemuan fosil di lokasi penggalian sumur, pemilik tegalan kami minta membuat sumur di lokasi lainnya. Kemudian petugas juga sudah melakukan pelebaran penggalian hingga radius 5x6 meter dari sebelummnya 1x2 meter,” paparnya.

    Penemuan tersebut juga dikoordinasikan dengan tim penelitian Museum Sangiran. Rencananya, hari ini (12/6) akan ada satu tim yang mendalami penemuan tersebut. ”Sementara ini dilakukan pelebaran areal penggalian untuk mendeteksi adanya potongan fosil lainnya yang terpendam di sekitarnya,” imbuhnya.

    Kepala BPSMP Sangiran Sukronedi membenarkan menerjunkan satu tim penyelamat fosil dari Museum Sangiran ke Grobogan hari ini. Jumlahnya sebanyak 5 orang. Mereka akan mendalami temuan itu. ”Kami belumtahu pasti fosilnya itu, karena belum dating ke lapangan. Tapi menurut Kades Banjarejo di lokasi itu cukup banyak penemuan. Jika benar, lokasi tersebut bisa ditetapkan masuk di zona perlindungan,” ucapnya.

    Tugas khusus dari tim ahli nantinya, salah satunya pengangkatan fosil yang terpendam supaya tidak rusak. Sebab, tidak bisa sembarangan dan perlu kehati-hatian,” imbuh Sukronedi.

    Petugas juga akan mencatat data terkait pengangkatan fosil. Dari arah mata angin dari posisi fosil yang ditemukan, ukuran kedalaman tanah, hingga pemeriksaan sampel tanah. (int/lil)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top