• Berita Terkini

    Kamis, 15 Juni 2017

    Benar-benar Terjadi di Sukoharjo, Mendadak Miskin demi Sekolah Favorit

    RYANTONO P.S./RADAR SUKOHARJO
    SUKOHARJO – Menyusutnya kuota murid keluarga pra sejahtera pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online SMA dan SMK negeri menjadi perdebatan. Namun, yang lebih menyakitkan, ada indikasi penyalahgunaan kuota tersebut.

    Yakni, oknum orang tua murid yang sebenarnya berkecukupan, tapi malah membuat surat keterangan tidak mampu (SKTM) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), alias mendadak memiskinkan diri agar anaknya lebih mudah diterima masuk sekolah favorit.

    Salah seorang orang tua murid berinisial PP merasa dirugikan dengan modus tersebut. Sebab, posisi anaknya pada seleksi pendaftaran di SMAN 1 Sukoharjo terus melorot. Tergeser oleh anak yang mendaftar berbekal SKTM dadakan.

    Saat ini, ranking PP berada di posisi 150. Tapi, dia tidak akan mencabut berkas dan memilih mencari keadilan. ”Bila benar – benar miskin, kita terima. Tapi kalau ternyata (orang tuanya,Red) kaya, harus diungkap,” tandas warga Sukoharjo kota tersebut, Rabu (14/6).

    Ditegaskan orang tua PP, dirinya sudah mengecek sejumlah SKTM. Hasilnya, ada yang baru diterbitkan bulan ini. Selain itu, dari 45 calon murid baru yang melengkapi syarat pendaftaran dengan KIP, hanya delapan orang yang valid. “Kami mengecek KIP itu di website pipsd.kemdikbud.go.id,” ujar PP.

    Fenomena tersebut, lanjut orang tua PP, menguatkan kecurigaan bahwa SKTM disalahgunakan agar calon murid baru lebih mudah mendapatkan sekolah di SMA atau SMK negeri favorit. Padahal mereka berasal dari keluarga mampu.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala SMAN 1 Sukoharjo Sri Soewarsih mengatakan, pihaknya telah menerima aduan orang tua murid terkait dugaan penyalahgunaan SKTM. ”Sebelum aduan dari orang tua PP, ada juga aduan serupa. Yakni SKTM yang dikeluarkan kelurahan dan ditandatangani kecamatan tidak valid. Orang tua murid juga mengadu ke provinsi. Dari provinsi kemudian menelpon saya untuk ditindaklanjuti,” bebernya.

    Setelah kroscek ke kecamatan diketahui bahwa murid yang dilaporkan memang tidak layak mendapatkan SKTM lantaran masuk kategori keluarga mampu. Lha kok bisa mendapatkan SKTM? Soewarsih menuturkan, orang tua murid bersangkutan mengurus SKTM berbekal surat pengantar dari ketua RT tempat tinggalnya.

    ”Pak RT memberikan surat pengantar miskin karena pekewuh (sungkan dan ingin membantu,Red) tetangganya mau cari sekolah. Tapi sudah kami tindak lanjuti dan murid yang diadukan sudah mencabut berkasnya. Saya juga melapor ke Semarang,” beber Soewarsih.

    Fakta tersebut membuat Soewarsih prihatin. Dia mengimbau bila ada kecurigaan terkait PPDB online SMA dan SMK negeri segera melapor ke sekolah setempat atau ke Provinsi Jateng.

    ”Yang bisa membantu pengawasan hanya masyarakat yang mengetahui kondisi di lapangan, tetangganya atau lingkungan sekitar,” tegasnya.
    Sementara itu, Instagram Gubernur Jateng Ganjar Pranowo yakni Ganjar_Pranowo dibanjiri keluhan calon murid baru terkait pelaksanaan PPDB online SMA dan SMK. Mayoritas menyoroti kuota murid dari keluarga pra sejahtera. (Lihat grafis)

    Selain penyalahgunaan SKTM, keluhan terkait PPDB online SMA dan SMK negeri adalah ketidaksesuaian nilai yang tercantum dalam database PPDB online dengan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN). Seperti disampaikan Sutarman, warga Gayam, Kelurahan Sukoharjo Kota.

    Menurutnya, sesuai SKHUN, nilai anaknya untuk mata pelajaran Matematika 75 dan Bahasa Inggris 70. Namun, dalam database PPDB online nilai Matematika hanya tertulis 30 dan Bahasa Inggris tertulis 20. Hal tersebut membuat peringkat anaknya tidak masuk dalam kuota calon murid baru yang diterima di SMAN 1 Sukoharjo. ”Susah saya sampaikan ke panitia (PPDB online,Red) tapi belum ada keputusan,” ujarnya. (yan/aya/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top