• Berita Terkini

    Senin, 29 Mei 2017

    Korban Pasung di Grobogan ini Ditolak Keluarga

    PURWODADI - Korban pasung yang sembuh ada yang tidak diterima kembali oleh keluarganya. Padahal, Dinas Sosial saat ini menangangi 64 korban pasung. Mereka saat ini dalam upaya penyembuhan

    Agar diterima kembali di lingkungan sosial maupun keluarga, Dinas Sosial mengumpulkan keluarga korban pasung di Panti Sonorumekso. Kepala Dinas Sosial Andung Sutiyoso melalui Kabid Pemberdayaan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Kurniawan mengungkapkan, keluarga korban pasung dikumpulkan agar bersedia menerima kembali.

    “Kami berikan sosialisasi ke keluarga sehingga mereka harus bersabar dan memberikan kasih sayang. Sebab, orang yang mengalami gangguan jiwa itu tidak dapat disembuhkan total. Sehingga membutuhkan pantauan secara rutin meminum obat agar tidak kambuh,” jelasnya.

    Selain melakukan sosialisasi, pihaknya pemberian bantuan kepada korban pasung untuk kelangsungan hidupnya ke depan. Upaya ini untuk menargetkan Grobogan bebas pasung bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (OGDJ) di 2017 ini.

    Menurutnya, tidak mudah menyelesaikan masalah pemasungan. Karena kerap berbenturan dengan keluarga yang cenderung menyembunyikan kasus yang menimpa anggota keluarganya. Setelah dibawa petugas, keluarga tidak mau menerima kembali saat korban membaik.

    “Kurangnya motivasi keluarga untuk menyembuhkannya juga menjadi masalah utama. Disini kami ingin memberikan kesadaran kepada pihak keluarga agar mau menerima kembali korban,” paparnya.

    Berbeda, Sriwati, 50, dan anaknya Sumadi, 33, dirawat bersama di Panti Sonorumekso. Meski sudah sembuh. Namun, keluarga besarnya tidak mau menerima kembali kepulangan mereka.

    “Ibu sudah hampir dua tahun di Panti Sonorumekso ini. Kalau saya baru tiga bulan. Sebelumnya saya dipasung keluarga, saat itu petugas mengambil saya untuk dilakukan penyembuhan,” ungkap Sumadi.

    Selama di panti, pihak keluarga tidak ada yang menjenguknya. Justru suami dari Sriwati dikabarkan menikah kembali. Sehingga mereka tak ada tempat untuk pulang. “Rumah milik bapak, sedangkan bapak menikah kembali. Itu yang membuat kami tidak bisa pulang. Lagipula keluarga tidak menerima kami,” keluhnya.

    Meski begitu, Sumadi memiliki impian untuk pulang dan kembali bekerja. “Soalnya sudah tiga kali kumat gara-gara merantau dan telat minum obat. Saya berharap ibu bisa tetap dirawat disini atau di panti jompo. Sebab, tidak adanya tempat untuk kembali. Misalkan saya bisa bekerja, saya ingin membeli rumah agar tetap kumpul bersama ibu,” tandasnya. (int/ris)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top