• Berita Terkini

    Jumat, 26 Mei 2017

    Jenasah Gilang Satu Korban Bom Melayu Dimakamkan di Klaten

    haritsah/almudatsir
    JAKARTA –Ningwiyarti, 50,  tak henti-hentinya menatap peti jenazah anaknya. Briptu Imam Gilang Adinata, polisi yang tewas karena ledakan bom bunuh diri di Kampung Melayu, Rabu malam (24/5). Mata Nining -sapaannya- sembab akibat tak kunjung berhenti menangis.


    Sambil tergopoh-gopoh, dia dibantu anggota polwan menuju mobil ambulance yang membawa jenazah anak pertamanya ke kampung halaman di Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.

    Jenazah Gilang dibawa setelah diberikan penghormatan terakhir dengan upacara militer yang dipimpin Kapolres Jakarta Selatan Kombes Iwan Setiawan kemarin pagi.

    Jenazah dibawa dari tempat duka di Jalan Klingkit, RT5, RW1, Menteng Dalam, Kecamatan Tebet diikuti romobongan keluarga. Ningwiyarti mengaku tak memiliki firasat apapun mengenai anaknya tersebut. "Tidak ada firasat apa-apa, tapi sebelum kejadian sempat telepon kasih tau kalau dia lagi tugas di Kampung Melayu," ujarnya.

    Di tempat sama, paman korban, Muhamad Rifky 40, mengatakan keluarga pertama kali mendapat informasi Gilang menjadi korban bunuh diri pada Rabu (24/5) pukul 22:00. Waktu itu kata dia dua polisi datang ke rumah korban untuk memberi kabar tersebut.


    "Sejam dari kejadian udah ada anggota polisi yang ke rumah, kasih kabar keponakan saya jadi korban tewas bom di Kampung Melayu," terang dia.

    Saat mendapat kabar, Rifky langsung ke rumah keponakannya, jenazah baru sampai ke rumah korban untuk disemayamkan pada pukul 05:00. " Setelah dibawa ke rumah sakit, jenazah pagi tadi sampaI ke rumah," ujar dia.


    Menurut Rifky, Gilang merupakan pribadi yang ulet dan tak banyak bicara. walau terpaut usia hampir 15 tahun dengan korban, tetapi korban dianggap dia sebagai teman bagi Rizky."Orangnya nggak banyak ngomong, tapi rajin, kami sekeluarga sangat kehilangan sosok Gilang," terang dia.

    Gilang, kata Rifky, belum lama menjadi anggota kepolisian Sabhara Mabes Polri. "Dia (Gilang) dari kecil tinggal di kampung, selesai sekolah terus ke jakarta untuk masuk Polisi, sekitar tiga tahun lalu," jelas Rifky.


    Almarhum juga merupakan pribadi yang perhatian kepada keluarga, Komunikasi kepada keluarga juga selalu dijaga di tengah kesibukannya sebagai anggota kepolisian. "Dalam sehari Gilang ini pasti selalu berkomunikasi kepada keluarga, terutama ibunya, sedang bertugas dia selalu menyempat memberikan kabar kepada orang tua atau kerabatnya yang lain," ucap Rifky.


    Dirinya, sebagai perwakilan keluarga meminta kepada pihak kepolisian untuk mengusut kasus ini samlai tuntas. "Kalau bisa kami meminta pelakunya diusut sampai akarnya, agar kejadian semacam ini tidak terjadi lagi," harap dia.


    Senada, tetangga Gilang, Sulaiman, 31, mengatakan tiga hari sebelum kejadian, Gilang sempat bermaaf-maafan dengan dirinya. Korban juga dikenal mudah bergaul. "Tapi emang anaknya nggak banyak bicara, tapi bergaul dan ramah. Sebelum kejadian kami maafan karena kata dia, mau puasa," ungkap dia.

    Dia juga meminta kepada pihak kepolisian agar segera mengungkap kasus bom. Unuh diri ini. "Sudah mau puasa, ada kasus bom, kami berharap teror semacam ini tidak lagi terjadi," tutup dia. (bry)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top