• Berita Terkini

    Senin, 15 Mei 2017

    Ekstrem, Para Santri di Kebumen ini Bermain Sepak Bola Durian

    IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)– Puluhan santri Pondok Pesantren Al Hasani Desa Desa Jatimulyo Kecamatan Alian yang tergabung dalam Pagar Nusa memainkan  berbagai atraksi yakni bermain sepak bola durian, berjalan di atas bara api, berguling di atas duri dan kebal senjata tajam, Minggu (14/5/2017).

    Atraksi ekstrem tersebut merupakan tradisi pengesahan anggota baru Pagar Nusa. Di Kebumen saat ini terdapat 96 baru. Adapun jumlah seluruh anggota Pagar Nusa Kebumen lintas generasi mencapai 5000 an peserta.

    Durian merupakan buah dengan duri tajam, kendati demikian hal itu tidak menyurutkan nyali para anggota Pagar Nusa untuk tetap menggunakannya sebagai bola dalam permainan sepak bola. “Secara logika berjalan di atas api, senjata tajam, duri dan durian akan melukai para peserta. Namun jika tekun berlatih hal itu aman dilakukan,” tutur pengasuh Pondok Pesantren Al Hasani Kyai Sufyan Al Hasani.

    Kyai Supyan yang juga merupakan Dewan Penasehat Pagar Nusa Kebumen mengatakan Pagar Nusa didirikan di Kediri pada tanggal 3 Januari 1986. Adapun tujuan pendirian Pagar Nusa yakni menjadi benteng ulama, NU dan bangsa Indonesia.”Pagar Nusa sendiri merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU dan Bangsa,” terangnya, yang juga pernah menjadi santri dari pendiri Pagar Nusa yakni KH Maksum Djauhari atau lebih dikenal dengan sapaan Gus Maksum.

    Acara pengukuhan anggota baru Pagar Nusa Kebumen juga dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Pagar Nusa HM Nabil Haroen. Pihaknya mengatakan, semua atraksi yang dilaksanakan dilakukan secara profesional dan pengawasan dari para pengurus, sehingga aman. Selain itu para pemain telah mengikuti pelatihan dengan baik.  “Ini sudah menjadi tradisi, dan itu semua aman dilaksanakan,” terangnya.

    Salah satu peserta sepak bola durian Faozi (25) mengaku tidak merasa sakit saat melakukan berbagai atraksi tersebut. Menurutnya hal itu justru sangat menantang dan unik. Dengan bimbingan dari gurunya, beberapa benda tajam yang seharusnya dapat melukai kulit, seakan menjadi tumpul. “Kalau hanya lecet-lecet ya wajar, yang jelas tidak menimbulkan luka yang berbahaya,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top