• Berita Terkini

    Selasa, 30 Mei 2017

    Densus Tangkap Dua Terduga Teroris di Sukoharjo dan Karanganyar

    ISWARA BAGUS NOVIANTO/RADAR SOLO
    SUKOHARJO – Di jam yang hampir bersamaan, anggota detasemen khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri meringkus dua orang terduga teroris, Senin (29/5). Satu ditangkap di Jalan Ciu, Desa Bugel, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo. Lainnya di Desa Plumbon, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.

    Pagi kemarin, sekitar pukul 05.00, Wahyudi, 35, warga Dusun Jati Baru, Desa Cemani, Kecamatan Grogol dan istrinya St, dalam perjalanan pulang dari mengunjungi rumah orang tua St di Dukuh Sono, Desa Bugel, Kecamatan Polokarto. Tiba di Jalan Ciu desa setempat, Wahyudi disergap anggota Densus 88.

    Kakak ipar Wahyudi, Sarmadi menuturkan, dirinya mendapat kabar penangkapan Wahyudi sekitar pukul 09.00. ”Saya dikabari Pak Bayan Suratno,” terangnya.
    Bagaimana kronologis pasti penangkapan Wahyudi? Sarmadi dan warga di sekitar tempat kejadian perkara tidak ada yang mengetahuinya.

    Sarmadi mengaku tidak mengetahui aktivitas iparnya tersebut. Dia hanya tahu, dahulu Wahyudi sempat bekerja di lembaga sosial. Sedangkan St merupakan mahasiswa salah satu kampus negeri di Eks Karesidenan Surakarta.

    ”Keduanya bertemu dalam sebuah kegiatan dan akhirnya berkenalan. Wahyudi saat itu (ketika masih bekerja di lembaga sosial, Red) sebagai sopir ambulans, dan St turut aktif dalam kegiatan tersebut. Hubungan mereka akhirnya berjalan serius,” urai Sarmadi.

    Setelah mereka menikah pada 2014, sifat St berubah. Dia tidak mau tinggal serumah dengan orang tuanya dan memilih mencari kontrakan. Selain itu, sikapnya lebih tertutup. ”Waktu lahiran anak mereka, keluarga baru dikabari sehari setelah melahirkan,” jelas Sarmadi.

    Usai melakukan penangkapan, Densus 88 menggeledah tempat kerja Wahyudi di jasa laundry Desa Cemani, Kecamatan Grogol mulai pukul 13.00 hingga 15.00. Polisi membawa sejumlah barang bukti dari lantai dua laundry.

    Ketua RT 03 RW 06 Dusun Jati Baru, Desa Cemani, Kecamatan Grogol Budi Santoso yang ikut menyaksikan penggeledahan menuturkan, ada 15 item barang bukti yang dibawa Densus 88 antara lain handphone, ketapel, kelereng, surat–surat, dan uang tunai Rp 1 juta.

    ”Saya tidak tahu rincinya yang diamankan, dan Wahyudi ini (ditangkap,Red) terkait kasus apa, juga tidak tahu,” katanya.

    Pemilik usaha laundry tempat Wahyudi bekerja Ayu Detia, 31, kebingungan ketika melintas di depan rumah toko (ruko) bercat biru tersebut dan melihat banyak aparat serta warga. Dia kemudian mendapat penjelasan bahwa tempat usahanya digeledah terkait aktivitas Wahyudi. ”Saya tidak menyangka. Wahyudi itu orangnya baik selama bekerja dengan saya, tidak ada yang aneh,” ujar dia.

    Wakapolres Sukoharjo Kompol Irfan Hariyat yang berada di lokasi penggeledahan enggan berkomentar. Dia bergegas masuk ke mobil ketika hendak diwawancara wartawan.

    Dugaan sementara, Wahyudi ditangkap karena terlibat jaringan Nur Solihin (NS) pelaku bom panci di Bekasi. Namun, seperti apa peran Wahyudi belum diketahui. Hingga berita ini ditulis, belum ada konfirmasi dari pihak kepolisian.

    Sekadar informasi, Wahyudi, lahir dan dibesarkan di Dusun Blimbing RT 4 RW 1 Desa Ketos, Kecamatan Paranggupito. Dia pindah ke Sukoharjo sejak tiga tahun lalu mengikuti istrinya yang merupakan warga Kota Makmur.

    Kepala Urusan (Kaur) Pemerintahan Desa Ketos yang merangkap menjadi Penjabat (Pj) Kadus Blimbing, Desa Ketos, Kecamatan Paranggupito Supardi menjelaskan, dari SD hingga SMP, Wahyudi tinggal di Paranggupito. Kemudian, ketika naik SMA, Wahyudi ikut pamannya sekolah di Semarang, tapi tidak lulus.

    "SMA-nya saya kurang tahu. Tapi, sejak kecil, ya seperti pada umumnya bocah ndeso, cari rumput," ungkap Supardi.

    Orang tua Wahyudi hidup sangat sederhana. Bahkan, rumah yang mereka tinggali masuk daftar Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan telah mendapatkan bantuan dari  pemerintah.

    "Sebelum menikah dan pindah, setahu saya bekerja di Sukoharjo, bikin gitar. Pernah juga menjadi sopir di lembaga zakat dan amal. Sejak pacaran itu mulai berubah," tuturnya.

    Supardi pernah bertanya kepada orang tua Wahyudi terkait keberadaan Wahyudi dan dijawab bahwa anaknya akan ke luar negeri. "Sekitar setahun lalu, saya juga sempat mengantarkan seorang laki-laki, berpakaian necis mengaku dari Densus 88 ke rumah orang tua Wahyudi. Laki-laki itu bertanya tentang aktivitas Wahyudi selama ini," beber dia.
    Lebih lanjut diterangkan Supardi, dirinya pernah mendapatkan laporan dari warga bahwa Wahyudi mengibarkan bendera warna hitam bertuliskan huruf Arab. Ketima diminta keterangan terkait hal itu, Wahyudi mengelak.

    Staf Kecamatan Paranggupito Danang Indarto mengakui bahwa Wahyudi adalah warganya. "Ya itu (Wahyudi,Red)  warga Parang. Sudah dipantau polisi sejak lama. Dulu di FB (Facebook)-nya sering posting gerakan radikal. Baru saja saya cari FB-nya sudah tidak ada," beber Danang. (yan/kwl/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top