• Berita Terkini

    Selasa, 16 Mei 2017

    “Dasamuka” Karya Novelis Purworejo Dilirik Amerika

    Angkat Peradaban Jawa, Junaedi Setiyono Mimpikan Karyanya Difilmkan

    Novel berjudul “Dasamuka” karya Dr Junaedi Setiyono MPd, sastrawan Purworejo, resmi melengkapi dokumentasi sastra Indonesia setelah diterbitkan oleh penerbit Ombak Jogjakarta. Karya sastra fiksi berlatar kisah sejarah yang mengangkat peradaban Jawa itu juga bakal mewarnai kesusastraan Amerika Serikat. Penerbit Dalang Publishing, Amerika, melirik “Dasamuka” dan akan meluncurkannya dalam versi bahasa Inggris di San Fransisco pada awal Juni 2017 mendatang.
    -------------------
    EKO SUTOPO, Purworejo
    ---------------------
    Peluncuran “Dasamuka” versi bahasa Indonesia telah difasilitasi Lembaga Bahasa Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) di kampus setempat pada Minggu (14/5). Meski digelar sederhana, peluncuran mendapat apresiasi tinggi dari puluhan pelajar, mahasiswa, sastrawan, serta budayawan asal Purworejo dan sekitarnya.

    Usai acara dibuka oleh Wakil Rektor IV UMP, Dr Rofiq Nurhadi MAg, “Dasamuka” setebal 291 halaman dikupas tuntas oleh Soekoso DM, pemerhati sastra dan sosial-Budaya yang juga aktif menggiatkan Kelompok Seni Sastra (Kopisisa) Purworejo. Prosesi peluncuran juga diwarnai pertunjukan teater reading oleh awak Komunitas Teater Purworejo (KTP).

    “Dasamuka” merupakan novel ketiga Junaedi Setiyono yang dinobatkan sebagai Pemenang Unggulan Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta 2012. Sebelumnya, dua novel yang ia terbitkan juga menasional. Novel pertamanya berjudul "Glonggong" menjadi pemenang Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2006 dan finalis Khatulistiwa Literary Award 2008. Novel keduanya berjudul "Arumdalu" menjadi Nominee Khatulistiwa Literary Award 2010.

    Saat membedah “Dasamuka, Soekoso DM menilai bahwa “Dasamuka” menyuguhkan kebaruan kepada pembaca. Terutama tentang cara penulisan, meliputi sudut pandang, tokoh, dan penokohan, dan alur cerita. Kebaruan lainnya yang tertuang adalah tentang isi novel.

    Menurutnya, ditinjau dari kacamata ilmu sejarah, novel seperti “Dasamuka” yang berlatar sejarah dapat mencuatkan kerancuan pemahaman, terutama bagi masyarakat yang awam sejarah. Hal itu disebabkan adanya simpang-siur nama-nama tokoh rekaan sang penulis dengan nama-nama tokoh yang nyata dalam sejarah.

    “Mungkin bagi kalangan sejarawan hal demikian mengkhawatirkan. Namun, sebaliknya bagi kalangan sastrawan, tidak masalah karena merupakan bentuk kreativitas sang novelis dan itu sah-sah saja,” ungkap Soekoso.

    Dipandang sebagai karya sastra, Dasamuka memiliki kelebihan tersendiri. Setidaknya dapat disetarakan dengan “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari. Potensinya mengangkat aneka karakter para tokoh serta khasanah flora fauna pedesaan yang menjadi pernak-perniknya, hampir dapat disamakan.

    Perbedaannya adalah, kisah Ronggeng disuguhkan secara lebih runtut, sedangkan kisah Dasamuka ditampilkan dengan pola zig-zag, bagaikan gelombang pasang surut.
    “Segera diterbitkannya Dasamuka dalam versi Bahasa Inggris di Amerika sungguh telah meletakkan Junaedi Setiyono layak disebut sebagai novelis muda Indonesia yang sukses dan wajib diapresiasi,” bebernya.

    Ditemui usai peluncuran, Junaedi Setiyono yang juga dosen UMP dan pengurus Dewan Kesenian Purworejo, mengaku lega dan bersyukur atas terbitnya "Dasamuka" yang digarapnya selama lebih kurang 2 tahun. Setelah diluncurkan di Purworejo, novel Dasamuka versi Bahasa Inggris akan diluncurkan di San Fransisco Amerika pada 9 Juni 2017 mendatang.

    “Penerbit pernah bertanya, novel Dasamuka ingin diedarkan di Amerika dan Kanada saja atau seluruh dunia, tapi saya memilih di Amerika dan Kanada saja karena saya ingin fokus disitu. Saya belum ingin di seluruh dunia, kayaknya belum saatnya,” katanya.

    Harapan besar Junaedi, “Dasamuka” dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dunia pendidikan yang tidak kalah dengan disiplin ilmu lainnya, seperti Ekonomi dan Kedokteran. Kisah yang mengangkat peradaban Jawa dalam “Dasamuka” diimpikan juga mampu mendunia lewat sebuah bingkai film.

    “Jika ada yang berminat untuk memfilmkan saya senang karena ini akan mengangkat peradaban Jawa,” ungkapnya.(*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top