• Berita Terkini

    Kamis, 13 April 2017

    Pelaku Teror Banyumas dan Tuban Satu Jaringan

    SEMARANG - Pelaku penyerangan anggota polisi di Tuban dan Banyumas, diduga masih satu jaringan. Menyusul temuan terbaru Densus 88, adanya hubungan komunikasi Mohammad Ibnu Dar yakni pelaku teror penyerang anggota polisi di Mapolres Banyumas dengan Carlo, pelaku penyerangan anggota polisi di Tuban beberapa hari sebelumnya.

    ”Pelaku teror Banyumas masih terus diinterogasi Densus 88. Memang ada hubungan dengan yang di Tuban. Pertama ada satu pelaku di Tuban (Carlo) yang asal daerahnya sama dengan yang bersangkutan (Ibnu Dar). Keduanya ada komunikasi maupun SMS,” ungkap Kapolda Jateng, Irjen Pol Condro Kirono, usai membuka Rakernis Bidang Humas Polda Jateng Semarang Tengah, Rabu pagi (12/4) kemarin.

    Lanjut Condro, para pelaku teror di dua kota tersebut memiliki komunikasi dengan para teroris pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) di Lamongan. Bahkan, kelompok ini memiliki komunikasi dengan pelaku-pelaku teroris yang sudah mendekam di dalam tahanan (lapas), baik tahanan teroris di Kedungpane maupun Nusakambangan. ”Bahkan, ada komunikasi para pelaku dengan pelaku teroris yang sudah berada di dalam tahanan. Komunikasi ini, seperti halnya menjenguk dan lain sebagainya,” katanya.

    Terkait motif penyerangan di Mapolres Banyumas, Condro mengatakan saat ini bersama Densus 88, terus melakukan pengembangan. Berdasarkan analisis penyidik, penyerangan tersebut diduga buntut penindakan yang dilakukan kepolisian terkait penangkapan pimpinan JAD dan penindakan di Tuban.

    ”Motifnya masih dikembangkan. Yang jelas, kami dapat menarik garis merah bahwa ini ada kaitannya dengan penindakan yang selama ini dilakukan. JAD ini diketahui terus mengembangkan jaringan. Pimpinan terdahulu sudah ditangkap, lalu mengangkat pimpinan baru dan ditangkap lagi di Lamongan. Kemudian menginstruksikan pembalasan. Tentunya yang diincar adalah pemberantas (Polri),” tegasnya.

    Pihaknya menambahkan jaringan teroris merupakan masalah ideologi. Sehingga deradikalisasi harus benar-benar mengena dan paham radikal tidak meluas. Radikalisasi tersebut menyasar pada usia muda dan kalangan tertutup, seperti sejumlah pelaku baik di Tuban maupun di Banyumas yang rata-rata masih berusia 19 hingga 22 tahun.
    ”Deradikalisasi ini tidak hanya kepada masyarakat yang memang tidak akan terkontaminasi. Tetapi juga masyarakat tertutup atau inklusif yang memungkinkan bisa dimasuki paham radikal,” imbuhnya.

    Pada kesempatan yang sama, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Div Humas Mabes Polri, Kombes Pol Martinus Sitompul, mengatakan pelaku penyerangan di Mapolres Banyumas terus berupaya bungkam ketika dimintai keterangan. Hal ini menandakan pelaku berupaya menutupi jaringan atau kelompoknya.

    ”Kami pelan-pelan tindak dengan model pemaksaan secara keras. Kami tunggu hasil penyidikannya. Siapa dia, dari mana, tujuannya apa, sebelumnya tidak mau bicara, hanya berkata dendam dendam kepada petugas. Nanti jika ada hubungannya dengan jaringan yang sudah kami ketahui, ada kemungkinan akan kami bawa ke Mabes Polri,” katanya.
    Martinus juga mengungkapkan adanya dua kejadian dalam waktu berdekatan tersebut. Mabes Polri menyampaikan arahan dan instruksi ke masing-masing wilayah untuk meningkatkan kewaspadaan dalam pelaksanaan tugas. Paling utama adalah memperkuat body system dalam arti masing-masing personel yang bertugas harus memiliki teman atau sesama anggota yang menjadi body system. Termasuk memperketat markas kepolisian.

    ”Adanya beberapa kejadian tersebut tetap tidak menjadi halangan bagi kami untuk menutup rapat-rapat mako (Markas Komando) dengan catatan tidak mengganggu pelayanan publik. Jadi kami tingkatkan kewaspadaan seperti pemeriksaan dan pengawasan setiap orang yang masuk ke mako,” terangnya.

    Selain itu, Polri juga meminta peran serta masyarakat untuk memberikan informasi atau melaporkan setiap kejadian yang terjadi kepada kepolisian. Menurut Martinus, hal ini dilakukan sebagai deteksi dini untuk mendapatkan informasi terhadap setiap peristiwa yang terjadi. ”Butuh peran masyarakat agar kami bisa lebih dini melakukan pencegahan,” pungkasnya. (mha/ida/ce1)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top