• Berita Terkini

    Senin, 03 April 2017

    Hantu Pocong Muncul di Terminal Jatijajar

    imam/ekspres
    Nguri-uri Budaya, Forkessa Gelar Pementasan Seni
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)-Maju pesatnya perkembangan teknologi, membuat beberapa hiburan tradisional dan budaya sedikit terabaikan. Untuk itulah diperlukan beberapa pihak yang konsen dalam budaya untuk selalu menguri-uri.

    Hal inilah yang menjadi salah satu alasan Forum Kesenian Desa (Forkessa) Desa Jatijajar Kecamatan Ayah melaksanakan pementasan kethoprak dan kesenian lainnya, Minggu (1/4/2017) di terminal Jatijajar Kecamayatan Ayah.

    Forkessa dibentuk pada Bulan Februari lalu. Kegiatan pementasan kesenian pada 1 April 2017 kali ini, merupakan pementasan perdana Forkessa yang dilaksanakan dalam peresmian pasar. Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala Desa Jatijajar Zulmiyatno dan Ketua Dewan Kesenian Daerah (DKD) Kabupaten Kebumen Ki Bambang Cermo Budhi Carito. Bahkan dalam acara tersebut, Kepala Desa Jatijajar Zulmiyatno juga turut menjadi pemain kethoprak.

    Ketua Forkessa Putut Bangkit Setiawan mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka untuk nguri-uri budaya. Kegiatan dilaksanakan dari Siang hingga malam. “Siang sampai sore dilaksanakan pentas kuda lumping. Adapun malamnya dilaksanakan pentas kethoprak,” tuturnya.

    Dijelaskannya, selain untuk nguri-uri budaya, kegiatan tersebut, juga dilaksanakan dalam rangka untuk meresmikan Pasar Desa Lembuawu. Adapun peresmian dilaksanakan dengan menampilkan kesenian tradisional Desa Jatijajar. “Jam 14.00-16.00 WIB dilaksanakan pentas kuda lumping. Setelah dilanjutkan doa bersama. Pemain kethoprak sebelum pentas juga diarak keliling kampung untuk publikasi,” paparnya.

    Usai pentas kuda lumping, lanjut Putut, malamnya ditampilkan pula kesenian kothek lesung, kenthongan, rebana, abid, beksan umarmaya jiweng, beksan gambyong. “Setelah itu baru dilaksanakan pentas kethoprak,” terangnya.

    Putut menambahkan, meskipun saat ini pembangunan pasar belum selesai, namun keinginan pemuda Forkessa yakni mengambil event terdekat untuk dapat nguri-uri budaya. Saat ini baru terdapat empat kios sementara rencananya pembangunan akan dilaksanakan sebanyak tujuh kios dan di belakang terdapat los-los. “Pasar Desa Jatijajar merupakan bagian dari BUMDes,” katanya.

    Sekedar mengingatkan, pembentukan Forkessa dilaksanakan saat acara forum silaturahmi seniman Jatijajar di Balai Desa Jatijajar pada 4 Februari 2017 silam. Saat itu, Kepala Desa Jatijajar Zulmiyatno mengatakan, kesenian pada dasarnya merupakan ajang hiburan bagi masyarakat. Kini seni sudah hampir punah karena pesatnya perkembangan teknologi informasi pada era globalisasi. Di sisi lain, para kaum muda sekarang enggan untuk menikmati hiburan-hiburan yang berbau tradisional. “Padahal di Jatijajar sendiri banyak sekali kesenian meliputi Kethoprak, Janengan, Kothek Lesung, dan Debus,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top