• Berita Terkini

    Jumat, 07 April 2017

    Belum Juga Korban Ditemukan, Longsor Kembali Ancam Ponorogo

    ILUSTRASI
    PONOROGO – Jenazah 25 korban longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Ponorogo, belum ditemukan. Namun, bencana longsor lain sudah mengancam. Kemarin ratusan warga Desa Dayakan, Kecamatan Badegan, Ponorogo, diungsikan karena tanah tempat tinggal mereka mengalami retakan.



    Seperti halnya Desa Banaran, Desa Dayakan berada di perbukitan. Sejak Rabu sore (5/4) warga beberapa kali mendengarkan suara gemuruh yang diduga berasal dari dalam tanah. Plus kondisi tanah yang retak-retak, bisa dipastikan longsor juga mengancam desa itu.


    Pemerintah Desa Dayakan lalu meminta semua warga di daerah rawan tersebut mengungsi. ”Kami instruksikan melalui pengeras suara masjid agar mengungsi malam itu juga,” kata Kepala Desa Dayakan Kateno kemarin (6/4).


    Menurut Kateno, suara gemuruh itu sebenarnya sudah terdengar sekitar satu setengah bulan lalu. Namun, beberapa hari terakhir kembali muncul dengan intensitas lebih tinggi. Bahkan, sejak Rabu sore hingga kemarin siang ada lebih dari sepuluh kali suara gemuruh.

    Cuaca yang tidak bersahabat juga menambah kecemasan. Hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah itu sejak sore hingga tengah malam. ”Memang belum terjadi longsor, tapi kami harus waspada,” tuturnya.


    Hingga kemarin sekitar 269 warga Dusun Watuagung, Desa Dayakan, diungsikan ke tempat aman. Aparat desa juga minta sekitar 25 warga Dusun Kliyur ikut mengungsi. Sebab, jika terjadi longsor, dampaknya dikhawatirkan sampai ke rumah mereka yang berada di bawah lereng bukit. ”Warga Dusun Kliyur memang belum mengungsi. Tapi, kami akan beri pengertian agar mau mengungsi,” tambahnya.


    Aparat desa juga meliburkan kegiatan belajar-mengajar (KBM) MTs Sunan Ampel dan TK Muslimat sejak tiga hari lalu. Pondok kesehatan desa (ponkesdes) di Dusun Watuagung sementara juga dipindahkan ke lokasii aman. ”Kami akan pantau terus kondisinya, sambil berkoordinasi dengan pihak terkait. Belum tahu sampai kapan,” jelasnya.


    Pantauan di lokasi, retakan tanah di Dusun Watuagung semakin parah. Bahkan, bahu jalan poros penghubung dusun dan kantor desa sudah ambrol kemarin sore. Panjangnya lebih dari 5 meter dan lokasinya di atas lereng bukit setinggi sekitar 100 meter. Selain itu, retakan lama di beberapa titik juga semakin lebar.


    Warga mengungsi ke tempat yang lebih aman ketika malam. Siang kemarin hampir sebagian besar kembali ke rumah masing-masing. Hanya para lanjut usia (lansia) yang masih bertahan di pengungsian. Sekitar pukul 11.30 pemdes setempat kembali mengumumkan lewat pengeras suara masjid agar warga kembali mengungsi. Itu dilakukan setelah suara gemuruh kembali terdengar.


    Ketua Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung Herri Purnomo menyatakan belum mengetahui kondisi Dayakan, Badegan. Namun, suara gemuruh dan gempa kecil merupakan tanda adanya pergerakan tanah di bagian dalam. ”Ini kalau turun hujan terus bisa berkembang menjadi tanah longsor,” terangnya via telepon seluler kemarin.


    Untuk itu, jika turun hujan dengan intensitas tinggi saat malam, warga diminta mengungsi. Warga juga harus selalu waspada dan siaga. Perkembangan retakan tanah juga harus selalu diawasi. Jika warga enggan mengungsi, sebaiknya pemdes maupun camat setempat ”memaksanya”. ”Sebab, kondisi tersebut menjadi tanda-tanda tanah longsor,” jelasnya.


    Wakil Bupati (Wabup) Ponorogo Sudjarno kemarin mengunjungi Desa Dayakan. Sudjarno mendapat informasi itu sejak pagi di media sosial. Dia ingin memastikan kondisi di desa tersebut. Hasil koordinasi dengan pemdes dan camat setempat, pihaknya meminta BPBD segera mengirimkan tenda darurat untuk pengungsi. Warga juga diminta mau mengungsi sementara. ”Kami akan terus berkoordinasi dengan tim yang menangani untuk menentukan status kebencanaan di Dayakan,” ujarnya. (tif/sat/c10/ang)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top